Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh yeorobun :)
Oci mau ikut berkarya di platform wattpad ini, tulisan Oci masih acak-acak belum rapi. PUEBI juga masih kurang paham, Oci masih belajar nulis.
Minta bantuannya yeorobun, minta kritik sarannya 🙏
Jangan lupa follow+vote+komennya biar Oci semangat belajar nulisnya:)
Sayup sayup terdengar suara kiyai telah memulai pengajian rutin, seorang gadis memacu langkahnya cepat. Gadis itu sangat ceroboh, ia telat datang ke pengajian rutin yang diisi langsung oleh sang kiyai.
Sesampainya di sebuah gedung tempat mengajian, gadis itu langsung masuk kedalam menggunakan pintu samping. Ia berjalan membungkuk menunjukan rasa ta'dzimnya terhadap pengasuh pondoknya.
Gadis itu duduk di barisan paling belakang walau harus berdesakan dengan santriwati lainnya, duduk lesehan beralaskan tikar.
Tanpa ia sadari, tepat di samping kiyai terdapat pria yang terlihat gagah mengunakan koko putih, peci hitam dan warna sarung yang senada. Pria itu tak begitu asing di penglihatannya, ia memperhatikan gadis itu sejak masuk ke madrosah, sorot mata nya yang tajam, mimik muka yang datar membuat gadis itu bergidik ngeri.
Tanpa sengaja mata mereka bertemu disatu garis lurus, setelah menyadari itu keduanya langsung melempar pandang kesempatan arah. Gadis itu merasa ada yang aneh dengan lelaki di depan sana, wajahnya sangat familiar.
Selama pengajian berlangsung, pikiran gadis itu acap kali melayang kemana-mana. Ia tak begitu menyimak apa yang disampaikan oleh sang kiyai.
Pengajian rutinan kali ini pun selesai, kegiatan berjalan khidmat dari awal hingga akhir, semua santriwati berhamburan ke luar dari madrosah.
Saat di teras madrasah gadis itu celingak celinguk mencari keberadaan sendal jepit swalownya, ia mulai mencari ke beberapa sudut teras madrasah. Sudah bolak balik ia tak kunjung menemui sandalnya.
Gadis itu menggerutu pelan, dugaannya pasti tak salah. Sandalnya pasti kena ghasab lagi, entah kali keberapa sandalnya hilang setelah pengajian.
"Ekhem," seorang pemuda berdehem mengagetkan gadis itu, sontak ia membalikkan tubuhnya melihat orang di belakangnya. Ah, ternyata dia lelaki yang bersama abah Umar tadi.
"Cari apa?" tanyanya dari kejauhan, gadis itu menggaruk tekuknya yang tak gatal. Mengapa menjadi canggung? Ada apa ini? Mungkin karena ia tak mengenal lelaki itu.
"Eum cari sandal," jawabnya tanpa melihat ke arah lelaki itu karena masih mencari cari keberadaan sendalnya.
"Oh," sahutnya singkat.
'Oh we hungkul, lantas mau apa sih bertanya. Rariweuh.' -batinnya.
"Mau saya bantu?" tawanya sudah berada di samping gadis itu, namun masih ada jarak diantara keduanya. Namun, ada sesuatu yang aneh pada jantung gadis itu. Rasanya berdebar-debar, jantungnya memompa sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus
Ficção AdolescenteSkenario Alloh jauh lebih indah, dari pada skenario makhluk nya. -_My Gus [HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR DULU]