Hei hei hei
Assalamu'alaikum warahmatullohi wabarakatuh
Kembali lagi bersama saya di cerita ini hehe😁
Hmm BTW ada yang baca cerita saya gak nih? Kalo ada yang baca syukur alhamdulillah, kalo pun gak ada yang baca ya gak papa mungkin cerita saya kurang menarik😔, lagi pula cerita ini di buat hanya iseng iseng aja. Cuma buat ngisi waktu luang. Eh saya malah curhat yah😅Ya sudah saya lanjut yah ceritanya
_________________
Di tengah asiknya rebahan santai, terdengar seseorang mengetuk pintu kamar mereka. Hafidzah ngedumel pelan saat ketukan pintu terdengar kembali di pendengarannya. Ia melirik Alma, Nisa, Halimah serta Ilmi yang sudah tertidur. Mereka terlihat tidak terganggu sama sekali dengan suara ketukan pintu.Tok tok tok
Hafidzah berusaha memejamkan matanya dan mengabaikan suara itu. Ia mengingat rumor tentang suara ketukan pintu yang berkali-kali pada malam hari.
"Ish. Siapa sih malem-malem kek gini, ganggu istirahat orang aja." gerutu Hafidzah lalu bangkit dari tidurnya, ia pun berjalan mendekati pintu. Ia membuka pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara decitan.
"Mbak ditunggu Ummi di dekat gerbang, " ujar santri itu, Hafidzah merasa aneh mendengar suara santri itu. Suaranya terdengar lemah dan datar.
Hafidzah berpikir keras. Ini udah hampir jam 23.00, gak biasanya Bu Nyai manggil santrinya jam segini. Mana cuma ketemu di dekat gerbang lagi. Hafidzah bergidik memikirkanya.
"Tapi ini udah jam tidur, mbak. Umi jugaa pasti udah istirahat loh," balas Hafidzah.
"Umi udah nunggu lama dari tadi," ucapnya datar. Hawa di sekelilingnya pun terasa sangat berbeda, dingin dan mencekam.
Hafidzah berpikir sebentar, jika benar umi menunggunya bagaiman? Ia cukup lama menimang-nimang. "Ah sudah, saya panggil teman saya dulu. Biar ada yang nemenin," ujar Hafidzah hendak membangunkan Alma.
"Gak usah mbak, mari bareng saja sama saya." ucapnya kembali. Jangan lupakan nada bicaranya yang lemah dan datar.
"Hmm ya sudah, kamu jalan duluan aja." putus Hafidzah.
Gadis itu merasa aneh dengan gelagat santri yang berjalan di depannya ini. Mbak-mbak ini dari tadi nunduk mulu yah, aah mungkin dia sedang mencari uang receh yang yang jatoh pikirnya
"Mbak, sebenarnya ada apa ya kok Umi manggil saya jam segini?" tanya Hafidzah memecah keheningan.
Hanya terlihat gelengan kepala sebagai jawaban.
Tak habis pikir Hafidzah terus mengajak nya bicara. Namun santri itu tidak merespon hafidzah sedikit pun.
Saat melalui lorong dekat kantor pengurus santri bulu kuduk Hafidzah berdiri, ia merasakan angin malam begitu dingin namun kali ini hawanya sangat berbeda. Tiba-tiba angin berhembus kencang dan listrik pun mati. Sialnya ia tidak membawa senter.
"Mbak bawa senter gak? Gelap ini," ujar Hafidzah namun ia tidak mendapat jawaban.
"Mbak? Mbak denger Hafidzah ngomong ga? Saya nanya ini, kenapa gak dijawab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus
Ficção AdolescenteSkenario Alloh jauh lebih indah, dari pada skenario makhluk nya. -_My Gus [HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR DULU]