Chapter 02: Pemilihan Tokoh Utama Laki-laki
Lala berdiri menghadap gedung sekolahnya pagi itu. Gadis berambut sebahu tersebut bengong sendiri walau sejak tadi ramai para murid melewatinya.
Lala mengerjap. Memikirkan apa mungkin dia bisa punya kisah seru remaja SMA yang bisa diceritakan nanti seperti dalam film atau novel?
Selama masa pandemik ataupun lockdown kemarin, Lala memang lebih sering main ke rumah Prita.
Keluarga keduanya memang dekat. Lala sebaya dengan si bungsu keluarga itu, Ivory. Namanya emang kayak jenis kertas. Panggilannya Ivo, cowok berbehel yang suka ngintilin Lala sejak kecil. Temennya Lala pasti temennya Ivo, temennya Ivo pasti temennya Lala.
Sementara itu, Prita seumuran dengan Lana. Walau tak sedekat Lala dan Ivory. Justru Prita dan Lana suka nggak akur. Lana jahil, Prita galak. Kalau ketemu (apalagi nggak ada Putra) mereka berdua gelut mulu, beda sama Lala dan Ivo yang akur kayak saudara.
Dari kecil, Putra sebagai yang tertua menjaga keempatnya. Walau Putra selalu sendirian karena tak punya teman sebaya masa itu. Bahkan banyak orang baru di kampung yang sempat mengira bahwa kedua keluarga itu sebenarnya bersaudara, dan Lala adalah sepupu Ivory.
Sejak diajak Prita nonton drama Korea bareng, Lala jadi lebih sering sama Prita. Mungkin karena beranjak dewasa jadi seorang gadis remaja, Lala lebih nempel ke Prita ketimbang Ivory yang sudah mau 17 tahun tapi masih kayak anak kelas 4 SD yang suka main games sambil jaga warung keluarganya. Ivory lebih sering ngumpul bareng bocah-bocah main games Free Fire.
Bersama Prita, jiwa gadis remaja Lala lebih hidup.
Si cewek tomboy itu jadi ingin tau tentang make up, membicarakan tentang drama romantis, mendambakan laki-laki tampan, sampai membaca novel-novel cinta. Prita ceria dan dewasa, seperti gabungan Lana dan Putra hanya saja ia lebih satu frekuensi dengan Lala dan lebih mengerti Lala ketimbang para laki-laki itu.
Prita berhasil meracuni Lala untuk jadi lebih memerhatikan diri sendiri. Lala yang masa bodoh jadi ingin terlihat rapi dan cantik, ingin juga diperhatikan dan dipuji lawan jenis.
Setelah 16 tahun lebih hidup, Lala ingin jatuh cinta.
Tak perlu jadi rebutan Ketua OSIS dan Badboy sekolah seperti dalam film, cukup satu orang yang memerhatikannya spesial.
Sekian lama mematung bodoh, Lala mengatupkan bibir. Ia menarik nafas, mencoba meyakinkan diri melangkahkan kaki memasuki Sekolah Peridana Kusuma.
Matanya bergerak melirik kanan kiri.
Ok. Kita akan mulai darimana? Apa harus adik kelas? Banyak wajah baru yang Lala tak pernah lihat karena setahun sekolah dari rumah. Atau kakak kelas? Mengingat sisa beberapa bulan lalu sekolah mungkin saja mereka juga mau cari pasangan untuk akhir masa sekolah.
Tapi, bukankah di kelasnya sendiri ada banyak cowok keren ya?
Ah, oke. Kemarin Lala sempat menyesali pikirannya kalau para teman kelasnya itu ganteng. Tapi kalau dipikir lagi tanpa ngingat kelakuan laknat mereka... Temen-temen Lala lumayan ganteng kok.
Lala berhenti di ambang pintu kelas 11 IPS 2. Ia memerhatikan kelas yang mulai penuh. Gadis berambut sebahu itu jadi kembali bengong. Ia melirik sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...