Chapter 09: Tentang Hal-Hal Yang Tidak Kamu Sadari
Di bioskop, Lala masih merapat di belakang Aghan. Gadis itu jadi agak was-was. Kayaknya ini pertama kali dia ke bioskop pasca pandemik Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Selama ini Lala kalau ke mall atau keramaian bareng Prita, sesekali sama Putra atau Lana. Jarang banget dia ke kerumunan sebanyak ini, Putra juga suka ngingetin buat tetap jaga jarak buat Lala masih kebawa sampai sekarang.
Namun, kali ini rasanya aneh.
Lala menggigit bibir, tangannya masih dibungkus telapak tangan Aghan. Cowok itu memunggunginya, menuntun Lala di antara kerumunan melindungi gadis itu. Dari tadi Lala udah bisa nyium bau parfum cowok ini. Kok bisa ya wangi seseorang bikin jantung deg-degan gini?
Lala meneguk ludah. Nggak bisa dipungkiri sih, Aghan walau nyebelin tapi dia cukup gentleman. Pernah juga Aghan yang minjamkan jaket ke Dhisty saat cewek itu sakit. Atau kejadian kemarin Aghan yang buka suara lantang menegur Pak Sofyan agar menjauh dari Laila. Jadi... yang Aghan lakukan sekarang mungkin hanya nalurinya sebagai laki-laki.
Iya. Aghan pasti tidak punya maksud khusus. Aghan hanya mencoba melindungi Lala dari kerumunan orang.
Lagian entar balik ke sekolah, cowok ini pasti kembali lagi jadi Ghandy yang nyebelin.
"Lala!!"
Gadis berambut sebahu itu terlonjak. Ia refleks menarik tangannya melepaskan genggaman Aghan, lalu menolehkan kepala ke belakang. Mereka sudah keluar dari teater bioskop, menyatu di antara keramaian. Terlihat Inara baru mendekat menyusul bersama si jangkung Eja di sampingnya.
"Ih gue kira lu balik, gue nyariin elo!" kata Inara segera mendekat meraih lengan Lala. "Tadi kepisah gitu."
"Serem banget ya," ucap Lala berkomentar, "orang-orang penuh banget. Gue nggak sadar tadi kursi bioskop penuh."
Inara mencuatkan bibir bawah, mengangguk setuju. Kini jadi bergandengan dengan Lala keluar dari bioskop dengan Aghan dan Eja di sisi mereka.
"Mau langsung balik?" tanya Eja menawarkan.
"Oh ya, La. Gue kayaknya balik sama Eja," kata Inara menoleh pada Lala yang mengangkat alis, "Lo sama Aghan aja gimana?"
Aghan yang namanya disebut jadi menoleh. Ia sebelumnya baru saja menunduk pada hapenya. "Eh rumah lo yang deket Ivo kan ya?" tanyanya pada Lala yang mengangguk menjawab, "hm berarti..... sekitar 3 kilo dari sini.... 20 ribu lah."
Lala mengumpat, ingin maju menabok kalau Inara tidak sengaja menarik gadis itu menahan. "Gue naik grab aja Na, nggak papa," kata Lala membuat Inara tersentak, begitu pula Aghan yang jadi mengatupkan bibir terdiam.
Eja melengos pelan melihat itu. Ia berpandangan dengan Aghan, lalu menggerakkan bibir tanpa suara. 'Goblok.'
Aghan ingin balas, tapi segera menguasai diri saat Inara menoleh padanya.
"Ghan, lu mau ngantar Lala apa nggak?" tanya Inara memastikan.
"Ya gue bisa bisa aja," jawab Aghan enteng, lalu melirik Lala yang merenggut kecil membuang muka. "Gue juga udah nawarin. Dianya kagak jawab."
Lala mendengus, menolehkan kepala. "Makanya lo tuh yang bener!!!" katanya membela diri.
"Guenya udah bener lu aja sering salah denger!" balas Aghan tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...