Chapter 13: Kamu Juga Manusia
Rebecca meneguk ludah. Cewek itu masih berdiri di pos satpam. Ia menggigit bibir, lalu menoleh ke belakang mendengar suara.
Rebecca melebarkan mata, jadi menegak. Kedua jempolnya terangkat dimain-mainkan gelisah. Mengerjap-ngerjap mencoba menguasai diri melihat Nathan datang menghampiri.
Nathan mengernyit saat berhenti di depan Rebecca, "elo masih di sini? Kenapa belum pulang?"
"A.... baru beres main basket," jawab Rebecca memain-mainkan jari-jarinya.
Nathan menangkap gerakan itu. Raut wajahnya berubah, kini menunduk melihat jempol Rebecca yang bergerak satu sama lain. Cowok itu kemudian mendongak lagi.
"Bikin masalah apa lo," tuduhnya membuat Rebecca terkejut.
Rebecca langsung menurunkan kedua tangan. Cewek cantik itu berusaha menguasai diri, "apa maksud lo," balasnya dengan gaya tak terima.
Nathan mengangkat sebelah alis. Ia diam. Menatapi Rebecca lama membuat saudari kembarnya tersebut makin gugup dan mengalihkan wajah tak membalas tatapan Nathan.
"Rebecca," panggil Nathan singkat dan tegas.
Rebecca jadi menolehkan kepala dan menatap Nathan nyalang. "Gue nggak ngapa-ngapain. Gue nggak ada bikin masalah," katanya membela diri dengan yakin. Lagipula, dia jujur. Rebecca tak membuat masalah.
Nathan merapatkan bibir. "Lo selalu sok berani padahal aslinya penakut. Jangan nutupin apapun dari gue karena kalau masalah itu jadi besar gue jadi nggak bisa belain lo—"
"Gue tau!" jawab Rebecca segera. Wajahnya menajam kini, "gue nggak boleh bikin masalah karena bakal bawa-bawa title lo sebagai murid cerdas yang berprestasi. Gue tau," katanya merasa tersinggung.
Nathan mengangkat sebelah alis, makin curiga dengan respon itu. "Apa yang lo tutupin?" tanya Nathan dingin dan tajam.
Rebecca mengatupkan bibir. Cewek itu mencoba menenangkan diri, menghembuskan nafas keras. "Nggak ada urusannya sama lo," katanya balas tajam. Ia membuang muka, langsung beranjak dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan Nathan yang terdiam.
Nathan mengerjap, menatapi punggung saudari kembarnya itu yang menjauh. Nathan tau.
Rebecca sedang merasa bersalah karena sesuatu.
**
Lala memakaikan kupluk jaket birunya menutupi wajah Laila yang menunduk. Ia membawa tas putih Laila di tangan, menggandeng gadis itu pergi berjalan keluar melalui pintu belakang sekolah.
"Makasih La," ucap Laila serak sambil keluar dari gerbang belakang.
Lala menoleh, "ssttt, diem dulu," katanya kini jadi merangkul Laila yang kepalanya tertutupi kupluk jaket membuat Laila tertunduk. "Sekarang kemana? Lo mau pulang ke rumah?"
Laila menggeleng, "gue bakal dimarahin pulang kayak gini," katanya membuat Lala mengerti.
Jangankan Laila, Lala juga kalau pulang ke rumah dalam keadaan berantakan pasti Ayah dan dua kakaknya heboh dan rusuh bukan main.
Lala membawa Laila melangkah di trotoar jalan, menghampiri warung terdekat. "Beli minum dulu," katanya dijawab anggukan kecil Laila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...