Chapter 04: Rubah Cantik Yang Memesona
"Lo mau pergi bareng Nathan?"
Lala kaget bukan main ditodong pertanyaan itu saat dia baru aja naruh mangkuk bakso di meja kantin. Rebecca di depannya juga membawa mangkuk bakso.
Hari ini Lala ke kantin bersama Inara karena Laila sudah membawa bekal dan makan di kelas, lalu Rebecca bergabung bersama mereka.
"Nathan bilang lo ngajakin dia pergi bareng basket," kata Rebecca membuat Lala tersentak dan membelalak kecil merasa malu.
"A.... anu," Lala mencoba menguasai diri agar tetap terlihat natural tidak panik, "soalnya.... Gini... Kan..."
"Lah kan Nathan biasa pergi bareng Becca," celetuk Inara juga ikut serta sambil meraih saus menuangkan ke baksonya.
Rebecca mengangguk, lalu menoleh lagi pada Lala yang mencoba mencari alasan. "Jadi si Nathan nyuruh gue minta Ace jemput, biar dia bisa sama lo," ucapnya membuat Lala terkejut setengah mati.
"Nathan ngomong gitu?" tanya Lala hampir memekik tak percaya.
Rebecca mengangguk, "emang lo ada urusan sama Nathan?" tanya Rebecca bingung.
Inara meneguk kuah bakso yang ia sendok sesaat sebelum menyeletuk dengan santai. "Lala naksir Nathan kali, mau dipacarin."
"Sembarangan lo!" balas Lala segera sambil melotot pada gadis cantik di sampingnya itu.
"Gue cuma ini loh..." Lala mengecap sejenak sebelum melanjutkan, "ngebantu lo Bek! Biar bisa lo tuh pergi bareng Ace. Kan pandemik kemaren lo pasti jarang ketemu Ace kan nah tuh sweet-sweet dah lu jalan berdua."
Rebecca mendelik bingung, "ngantar ekskul?" tanyanya tak paham.
Inara malah tertawa geli, "sweet sweet, emangnya jagung," katanya asal membuat Lala melongo bingung.
Sumpah ya. Inara tuh kalau aja dia ngomongnya nyambung dan pinteran dikit, pasti bisa nyaingin Laila jadi Most Wanted. Masalahnya, Inara tuh kalau ngomong asal banget. Lucu nggak, aneh iya. Padahal dia cantik, punya wajah bak permaisuri anggun yang manis dan tidak bosan dipandangi. Inara tuh dibilang pendiem ya nggak pendiem, dibilang cerewet ya nggak cerewet. Tomboy iya, tapi girly juga iya. Dia beneran biasa-biasa aja, ada di tengah-tengah.
"Kalau emang alasannya lo mau sama Nathan nggak papa kali, La," kata Rebecca sambil mengaduk baksonya membuat Lala membelalak karena sedang ada di kantin yang ramai.
Rebecca ngomongnya santai, pasti karena udah biasa banyak cewek yang naksir kembarannya itu.
"Ya nggak lah," sahut Lala sambil menunduk memakan bakso belagak sibuk.
Rebecca mengangkat alis. Ia sebenarnya agak bingung sih. Antara percaya nggak percaya. Masa iya sih Lala yang cueknya setengah mati ini malah naksir kakak kembarnya yang judesnya juga setengah mati? Apalagi Lala kan pasti tau sikap Nathan yang suka julid dan komen pedes, sementara Lala emang suka ngegas dan sentimental. Jadi apa kalau mereka pacaran? Tapi, sikap Lala ini hampir sama kayak cewek-cewek yang udah pernah coba deketin Nathan.
Rebecca yang melamun terkejut saat kepalanya disentuh dengan rambut yang diacak membuat gadis itu hampir saja latah. Ia mendongak, lalu menoleh.
"Ck! Kebiasaan deh!" omel gadis bermata runcing itu merapikan rambutnya, merenggut pada pemuda yang mendudukkan diri ke sampingnya menghadap Rebecca dengan seringai lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...