Chapter 01: Selamat Sore Dari Keluarga Bahtiar
Selamat sore dari rumah Bapak Yusuf Bahtiar.
Rumah berwarna biru muda bernomer 8 RT 3, depan pos ronda RT.
Sore itu hening. Keadaan rumah sepi. Cukup aneh dan langka. Pintu terbuka lebar, tapi tak ada siapapun di ruang tamu yang menjaga.
Sampai sebuah teriakan memecah kediaman di sana.
"ASSALAMUALAIKUM!"
Gadis itu berteriak memberi salam sambil masuk ke pintu yang terbuka lebar. Seragam putihnya sudah keluar berantakan dari rok abu selutut, rambut pendeknya diikat asal, dengan tali tas selempang ditaruh di atas puncak kepala memasuki rumah.
Lala menoleh kanan kiri. Tak ada yang membalas. Ia mengernyit, mengangkat kedua tangan menarik tali tas dari atas kepalanya sambil melepas sepatu, menendangnya asal ke belakang pintu. Sambil berjalan cewek itu membuka kaos kaki, masih menoleh kanan kiri.
Cewek itu memegangi tali tas berjalan ke pintukamar terdekat dan membukanya, "Amas?" panggilnya melongok. Tersentak tak ada orang. Ia berbalik, "MAS???" teriaknya mulai nyaring.
Bentar... Perasaan abang-abangnya masih di rumah dan masih WFH? Kok pada ilang?
Lala menuju pintu kamar paling pojok hampir ke belakang halaman rumah. Pintu agak terbuka membuat Lala bisa melihat seseorang di sana. Ia menggerutu, mendekat sebal karna salamnya tidak dibalas.
"AKAAK!!!" teriak Lala langsung membuka lebar pintu membuat cowok dengan kaos oblong di ujung ranjang terloncat kaget. "Kenapa nggak jawab?!"
Pemuda itu melotot, menunjuk hape di samping telinga mengancam Lala tanpa suara untuk diam.
Lala mengatupkan bibir, memelankan suara jadinya. "Amas mana?"
Si kakak kedua mendecak pelan, menjawab tanpa suara. "Nggak tau. Sana!" usirnya menggerakkan mulut sambil melotot.
Lala mencuatkan bibir. Ingin berbalik pergi.
"Iya sayangggg aku besok jam tiga."
Gadis itu mengurungkan niat, langsung berbalik dengan mata memicing. Menempel ke daun pintu kamar.
"Nggak, nggak papa. Ya aku lah yang nganter kamu, ngapain pake gojek gojek punya pacar yang bisa diandelin, gesit semakin di depan gini. Yamaha aja kalah sama aku."
Lala refleks mengeluarkan lidah. Enek sendiri. Mana garing pula. Cewek yang ditelpon nggak semaput apa ya, apalagi denger suara berat yang sengaja direndah-rendahin dan sok lembut gitu.
Lala diam sejenak. Memperbaiki tali tas yang kini di bahu kirinya lalu melompat masuk kamar.
"LANAAA SAYAAANGGG!!!!"
Pemuda itu terlonjak setengah mati.
"LANAAAAA! LANAAAA TANGGUNG JAWAB DONG LANAAAA..." teriak Lala sengaja maju ke depan hape membuat sang kakak melotot maju mendorongnya kesal.
"LANAAAAA KAMU JANJINYA MAU NIK—HMMPPTT!" Lala menabok keras tangan Lana yang membekapnya, dan kembali maju ke depan hape. "LANA AYO NIKAHIN AKU! LANA TANGGUNG JAWAB SAYANG!"
Pemuda bernama Lana itu langsung mematikan sambungan. Meraih bantal dan memukulkan pada wajah Lala menyuruhnya diam. Membuat Lala menjerit kali ini langsung turun dari ranjang dan berlari kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Novela JuvenilHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...