Trigger Warning: Violence.
((ini snacktime apaan dah kok ada TWnya))
Chapter 30: Genre Action Yang Salah Pilih
Lala duduk di angkot dengan santai. Ia merasakan angin jalanan dari jendela yang terbuka. Gadis itu melamun sudah belagak lagi syuting video klip.
Sebenarnya... apa maksud Nathan sih? Cowok itu beneran super aneh.
Percaya? Percaya tentang apa?
Apa Nathan sedang menutupi sesuatu?
Lala menghela nafas berat. Ia mendongak melihat gang rumahnya sudah terlihat. "Kiri bang!" seru gadis itu memperbaiki letak ranselnya.
Lala turun dari angkot yang menepi di jalan. Gadis berambut itu melangkah sendirian di siang terik begini. Ia agak mendumel kecil. Kemaren-kemaren aja turun hujan, sekarang pas dia jalan kaki sendirian malah panas cuacanya.
Lala tak merasakan apapun ketika suara motor terdengar. Yang membuatnya tersadar hanya karena ada sebuah motor berhenti dua meter darinya menghadang, lalu diikuti motor lain.
Gadis itu berhenti dan mengangkat wajah bingung. Raut wajahnya langsung berubah. Jadi berdiri menegak, kemudina menoleh ke belakang melihat motor lain berhenti.
Lala mencoba menguasai diri, mengangkat wajah tak takut ketika pemuda dengan seragam sekolahnya turun dari motor menghampiri gadis itu. "Kalian udah jadi fans gue? Sampe nguntit sejauh ini," kata Lala dingin.
Si kakak kelas itu mendecak keras. "Lo bakal terus sebelagu itu?" tanyanya dengan nada meninggi, "Jangan terus sok jagoan."
Yang lain juga ikut turun dari motor, mulai mengepung gadis itu yang berusaha setengah mati menguasai diri tetap terlihat tenang.
"Kalian mau apa?" tanya Lala lantang. Diam-diam merutuk ia tak bisa menahan diri mulai merasa gemetar.
"Sans. Kita nggak jahat," celetuk yang lain dengan nada ringan, "kita cuma mau ngasih teguran ke elu."
Lala terkekeh sinis, "pergi," katanya mengusir. "Ini daerah gua. Gua bisa teriak biar satu kampung datangin lo semua," lanjutnya mengancam.
Para kakak kelas itu malah terkekeh geli tak merasa gentar. Sementara itu bola mata Lala mulai bergerak gelisah. Siang begini tentu saja keadaan kampung sepi. Banyak rumah yang tutup pintu dengan keadaan jalan yang kosong.
"Teriak? Bukannya lo jagoan?" tanya salah satu dari mereka di belakang Lala, membuat Lala makin siaga.
"Sebenarnya kalian mau apa?" tanya Lala kini lebih lantang. Menutupi bahwa dia bergetar.
Si jangkung di depan Lala melipat kedua tangan depan dada. "Kelakuan lo kemaren terlalu alay. Bukan lo yang kita kerjain tapi lo yang paling sibuk. Temen lo aja nggak marah," katanya mulai membentak.
Lala mendelik mengepalkan tangan, "elo kakak kelas gua. Lo sekolah tapi otak lo nggak fungsi?" tanyanya membuat yang lain jadi tersinggung, "lo bahkan nggak tau apa itu sopan santun?"
"Harusnya itu yang kita sampein ke elo!" balas si gimbal melotot emosi, "lo nggak usah bikin ini terlalu jauh. Mumpung kita datang cuma buat kasih teguran. Minta maaf sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...