Chapter 06: Pujian Kecil Yang Menenangkan
Lala nggak pernah berantem sama temen cewek, apalagi Laila. Dia bingung harus berhadapan dengan Laila bagaimana karena mereka sebangku. Di satu sisi masih ngerasa bersalah, tapi di sisi lain dia masih sebal mikir negatif kalau cowok-cowok tau pasti bakal belain Laila.
Mereka perang dingin. Sama sekali nggak teguran. Laila juga tak menyapa Lala, anteng di tempatnya terkadang bermain hape atau pun menulis mengerjakan tugas. Sementara Lala yang lebih sering pergi, entah menghampiri Inara yang duduk di depan ataupun pergi keluar kelas.
Setelah pulang dari kantin, Lala berpisah dari Rebecca dan beberapa teman kelas Rebecca yang tadi ikut dengannya. Inara tadi pamit ke koperasi karena ada urusan menjadikan Lala harus balik kelas sendirian.
"Lalaaa!!!!"
Gadis berambut sebahu itu tersentak. Ia mengangkat alis, menoleh melihat cowok berbehel dengan gelas plastik berisi es jambu yang es batunya sudah cair itu berlari kecil menghampiri.
"Tumbenan sendirian," kata Ivory ke samping Lala, jadi mendampingi berjalan di koridor sekolah.
"Nggak juga, tuh si Rebecca duluan ke kelas," jawab Lala menggerakkan dagu kecil ke arah pintu kelas 11 IPS 1 tak jauh darinya.
Lala yang menoleh ke belakang jadi tersentak melihat sosok Laila terlihat. Ia mengerjap, bola matanya secara refleks langsung bergerak menghindar. Laila yang melangkah sendiri kali ini juga diam saja, agak menunduk melewati Lala dan Ivory menuju kelasnya segera.
Ivory mengernyitkan kening. Ia melirik Lala, lalu memandang punggung Laila yang menjauh. Pemuda itu memainkan sedotan di bibir bawah tak mengerti. Sebenarnya mau menyapa Laila, tapi cewek itu menundukkan kepala dan terkesan buru-buru.
"Lo tadi sama temen-temennya Becca ya?" tanya Ivory membuat Lala menoleh, lalu mengangguk. "Tumbenan."
Lala mengangkat sebelah alis, menunggu Ivory melanjutkan.
"Cewek-cewek ips 1 kan geng cantik gitu, cewek-cewek hits. Aneh aja liat lo sama cewek-cewek heboh," kata Ivory dengan polos.
"Maksudnya gimana?" tanya Lala tak mengerti.
Ivory menyedot minumannya, tak langsung menjawab. Ia memelankan suara, berjalan pelan di samping Lala. "Elo tadi nyuekin Laila," katanya membuat Lala tersentak. "Terus lo gabung sama geng yang keliatan jelas musuhin Laila. Jadi disimpulin, lo udah gabung sama cewek-cewek itu."
Lala mendecak. Ia berhenti, menghadap Ivory dengan tersinggung. "Jadi maksud lo, gue masuk golongan cewek-cewek yang musuhin Laila?" tanyanya dengan kesal.
Ivory mengerjap, membulatnya mata bundarnya memasang wajah tak merasa bersalah. "Nggak gitu sih..." Ia diam sejenak, "tapi selama ini lo tuh netral."
Gadis berambut sebahu itu tersentak. Ia tertegun, dengan kedua bahu menurun jadi terdiam sendiri.
"Laila tuh kayak suka dijulidin sama cewek-cewek. Bukannya elo yang selalu nemenin dia tanpa ikutan julid? Elo nggak pernah keliatan benci sama Laila," kata Ivory dengan gaya polos andalannya. "Tapi tadi lo keliatan nggak akur."
Lala mendecak. Ia merasa terganggu. Mencoba menampik bahwa ia kali ini tersinggung, karena merasa hal itu ada benarnya.
"Kasian Laila jadi sendirian...."
Mendengar itu, Lala jadi terpancing. Gadis berambut sebahu itu memandang Ivory dengan wajah mengeruh. "Kenapa harus kasian sama dia? Kenapa lo ambil sisi dia doang? Lo nggak pikirin posisi gue?" tanyanya dengan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...