Chapter 10: Sempurna Tanpa Celah
Lala melangkah memasuki sekolah dengan ringan. Gadis itu bergumam-gumam kecil bernyanyi, memegang tali tas ransel dengan riang.
Senin awal minggu ini, Lala benar-benar memutuskan untuk tidak lagi memikirkan ekspetasi aneh-aneh. Dia bahkan tidak peduli lagi jadi peran sampingan atau bukan. Bagi Amas, Lala cantik kok. Jadi rugi lah orang-orang itu yang nggak bisa buka mata lebar buat Lala.
Lala mendengus kecil tanpa sadar, sudah hanyut dalam pikiran sendiri. Ia melompat-lompat kecil di koridor, kini jadi memilih mau nyanyi apa untuk soundtrack pagi ini.
"LALAAAA!!!!"
Gadis itu terlonjak. Ia berhenti, baru saja menoleh ke belakang saat Rebecca menghambur ke pelukannya karena berlari cepat mengerem mendadak.
"GIMANAAAA???? IH PARAH DEH YA DI GRUP NGGAK ADA YANG JAWAB, INARA KAGAK CHAT GUE, ELU JUGA!" amuk Rebecca meledak-ledak membuat Lala sampai termundur kaget.
"Bek, masih pagiiii buset dah," balas Lala geleng-geleng. "Kegirangan tuh Inara pasti nggak bisa tidur, si Ejanya cakep beuttttt mana sweet bener. Kalau kata Inara, sweet kayak jagung."
"Ih gimana maksudnya???" tanya Rebecca jadi gemas penasaran. "Terus terus temennya gimana?"
Lala mengatupkan bibir. Ia jadi ragu, apalagi melihat wajah antusias Rebecca yang melebarkan mata berbinar ingin tau.
Sampai sebuah telapak tangan meraih wajah Rebecca lalu mendorongnya menjauh membuat kedua gadis itu jadi saling mundur terpisah satu sama lain.
"Minggir," kata Nathan dingin, melewati keduanya membuat Rebecca berteriak sebal.
"NAPA SIH?! BAPAK LO YANG PUNYA JALAN!?" amuk Rebecca ingin maju menjambak dari belakang tapi Lala segera menarik gadis itu menjauh.
"Tahan tahan, itu anaknya bapak lo," tegur Lala mengingatkan.
Rebecca menggeram kesal. "Dari kemaren tu anak cari masalah mulu sama gue! Kerjaannya marah-marahhhhh mulu," kata Rebecca mengamuk.
Lala merapatkan bibir. "Kayaknya Nathan emang tiap saat marah dah," katanya lalu melanjutkan, "elu juga."
"KOK GUE?!"
"UDAH IH NGGAK USAH TERIAK TERIAK TELINGA GUE PERIH!" balas Lala dengan nada tinggi juga. "Dah nanti lagi, siap-siap upacara!"
Rebecca mendengus, "nanti kantin bareng ya!" katanya melepas Lala yang melanjutkan langkah menuju kelas sendiri.
Lala menarik nafas dalam, saat dekat pintu kelas baru sadar dia bakal ketemu Ghandy Haidar lagi.
Aduh gila ya. Lala kemaren-kemaren sih sempet ngarep kisah cintanya genre benci jadi cinta. Tapi kalau bener kejadian tuh...................................................
Malu.
Gadis berambut sebahu itu menggeleng cepat, mengerjap mencoba sadar. "No no tahan tahan, jangan drama mulu otak lu!" katanya bicara sendiri.
Lala mendecih sambil melanjutkan langkah, "lo mending jadi penulis wattpad aja deh La sekalian halunya daripada begini," sambung gadis itu marah-marah dengan suara pelan.
Lala menarik nafas dalam sekali lagi, menghembuskannya mantap sebelum berbelok masuk ke dalam pintu kelas 11 IPS 2.
Sudah mau dua menitan sebelum bel, kelas ramai dan berisik. Lala melirik, beberapa orang sibuk menyalin PR, termasuk Inara yang sudah menempel pada Randi dan Ve di meja depan. Farel di dekat meja guru sibuk berkaca pada cermin yang digantung samping lemari kelas merapikan rambutnya (yang padahal entar ketutupan topi juga pas upacara). Aghan di meja barisan samping dinding, sedang tertawa-tawa becanda dengan Iyan juga Yesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Clown
Teen FictionHari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena pandemik. Kadang Lala kaget. Perasaan baru kemaren Lala sibuk ngurusin berkas masuk SMA, kok sekarang udah mau kelas 12. Kelas 11 beneran n...