Chapter 08: Imut dan Wangi

15.4K 3.5K 4K
                                    


Chapter 08: Imut dan Wangi



"La! Lala!" panggil Inara meraih lengan Lala membuat Lala yang baru menyentuh tanda send jadi mendongakkan kepala.

Lala menoleh pada Inara, melihat gadis itu memandang ke depan dengan mata melebar. Lala jadi ikut menggerakkan kepala ke arah yang Inara lihat.

Seorang cowok jangkung dengan hape menempel di samping telinga berjalan mendekat ke arah mereka. Tapi pandangan Lala jatuh pada pemuda dengan kemeja denim yang kancingnya terbuka memperlihatkan kaos hitam dalaman yang juga menjatuhkan pandangannya membalas tatapan Lala.

Cowok itu mendahului temannya yang menurunkan hape, kemudian berhenti di depan Lala dan Inara yang sama-sama kaget membatu. "Udah gue duga," gumamnya menyeringai kecil dengan senang, membuat Lala mengerjap tersadar.

"Aghan?" seru Inara menunjuknya tak menduga, "kok elo?" Ia jadi menoleh pada cowok jangkung berbaju biru navy yang bersama Aghan, "ini temen lo?"

Cowok bernama Eja itu tersenyum dan mengangguk, "hm. Gue ajak temen gue yang sekolah di Peridana, terus pas nyebut nama lo katanya dia kenal."

"Bukan kenal lagi, sekelas!" kata Inara membulatkan kedua mata.

Aghan menolehkan kepala ke Inara, lalu mengangkat sebelah alis. "Lah kita kenal?" tanyanya dengan menyebalkan. Inara melotot lagi kini dengan galak.

Lala merenggut, jadi mendecak. "Kok elo sih?" katanya tak bisa menahan untuk memerotes.

Aghan mengangkat sebelah alis, "dih. Elo juga. Kok elo sih?" balasnya tengil, mengulangi gaya Lala barusan.

Eja di antara mereka agak bingung, tapi berusaha tertawa kecil mencairkan suasana. "Mau langsung masuk aja nggak? Beli tiket dulu."

Inara mengerjap, berusaha menguasai diri. "Yaudah yok. Ayo La," ajaknya sambil melangkah lebih dulu.

Lala merapatkan bibir. Ia mengerti, jadi melepaskan pegangan Inara dan melangkah di belakang, membiarkan Inara sejajar dengan Eja. Kemudian Lala menoleh, menatap tajam membunuh Aghan yang ke sampingnya.

"Kenapa sih ketemu elo???" ucap Lala geram dan sebal.

Lagi-lagi, Lala merasa harapannya dijatuhin gitu aja. Udah heboh heboh pake acara make over di rumah Rebecca, nyiapin bahan obrolan biar nggak canggung, ehhhhhh yang nongol ni manusia non akhlak.

Sumpah, Lala lama-lama ngerasa jadi badut. Lucu mulu dah hidupnya dikerjain sama ekspetasi sendiri.

"Dih gue juga nggak tau kalau elo yang diajak Inara," jawab Aghan membela diri.

"La," panggil Inara saat masuk ke area bioskop membuat mereka jadi berhenti, "gue beli tiket dulu ya sama beli minum."

Lala mengerjap. Ia melirik, melihat Eja di samping Inara. Duh, Eja ini ternyata cakep. Cakep banget. Rahangnya tajam, mukanya maskulin, badannya jangkung tegap. Nggak zonk sama sekali. Lala mau nggak mau harus dukung Inara buat lebih dekat.

"Hm." Lala mengangguk, melirik kecil Aghan di sampingnya. Melengos pelan mencoba menguasai diri, "gue sama ni primata duduk di sana ya," katanya menunjuk ke sisi area menunggu di bioskop.

"Hah? Siapa?" Aghan menoleh kanan kiri belagak tak tahu menahu.

Lala memukul pelan punggung tangan ke lengan Aghan, lalu melangkah lebih dulu membuat Aghan mau tak mau mengekorinya. Berpisah dengan Inara dan Eja yang melanjutkan langkah ke ticket box.

Beauty and The ClownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang