Chapter 19: Pelampiasan

12.5K 3.3K 2.6K
                                    


Chapter 19: Pelampiasan


Lala bergumam kecil. Ia merasa kelopak matanya masih terasa berat. Cewek itu bisa mencium aroma minyak kayu putih dan angin kecil seperti sedang dikipasi. Lala mengernyitkan dahi, perlahan mencoba membuka matanya.

"La?"

Lala mengerang kecil. Berusaha mengumpulkan kesadaran penuh sambil membuka mata mendengar panggilan itu.

"La? Udah bangun?"

Lala mengerjap-ngerjap lemah, "Becca?" gumamnya setelah terjaga sepenuhnya.

Rebecca menghela nafas panjang dan lega. Ia menurunkan kertas karton yang tadi digerakkan mengipasi Lala dan segera sigap berdiri mengambilkan air mineral. Inara yang juga di sisi lain menutup botol minyak kayu putih dan menegakkan tubuh duduk di kursi samping tempat tidur UKS.

Lala mencoba mengumpulkan sisa-sisa kesadaran. Cewek berambut pendek itu mencoba bangkit, dibantu Inara yang merapat dan memegangi lengannya sambil membenarkan letak bantal di kepala Lala. Rebecca datang kembali, menyodorkan segelas air dan menyodorkan pada Lala meminumkannya pelan.

"Kan gue udah bilang nggak usah ikut pelajaran," kata Rebecca langsung mengomel menaruh gelas di meja samping tempat tidur.

Lala mengernyit. Mengerjap-ngerjap sambil menunduk melihat baju olahraga yang ia pakai. "Lo gimana Bek?" tanyanya memandang Rebecca yang duduk di sisi ranjang.

"Gue nggak ikut jam olahraga. Lo juga belum bangun," kata Rebecca khawatir, "Kata Nathan sih lo udah nggak pingsan kemungkinan lagi tidur karena lo kecapekan."

"Hm. Nathan kan anak IPS tapi tadi udah kayak dokter," kata Inara ke sisi tempat tidur lain. "Untung dia bisa ngangkat elo tadi. Badan lo otot semua gini."

Lala mengerutkan dahi. Gadis bingung, "Nathan?" tanyanya bergumam. "Tapi... bukannya yang nangkap gue...." Ia berhenti tak melanjutkan, mencoba mengingat samar-samar wajah panik Aghan yang sempat ia lihat dengan setengah kesadaran sebelum pingsan sepenuhnya.

"Hm. Tadi Inara juga bilang Nathan panik lari bawa lo ke UKS," kata Rebecca dengan mata melebar sungguh-sungguh. "Gue nggak pernah tau dia bisa seperhatian itu sama orang asing... Maksud gue, 'cuma temen'-nya."

Lala tersentak. Raut wajahnya berubah. Ia mengerjap-ngerjap, mencoba menguasai diri tak salah tingkah.

Pintu UKS dibuka membuat ketiga ceweknya mendongak. Lala mengangkat alis tinggi melihat si ketua kelas itu datang.

"La? Udah bangun?" tanya Arky mendekat.

Wajah Lala jadi makin mengeruh melihat sosok Ace terlihat. "Kok lo sih yang datang?" tanyanya kecewa dan memerotes.

Inara menoleh, lalu mengerling menggoda. "Asikkkk pengennya Nathan ya?" godanya membuat Lala terlonjak dan melotot.

"Aduhhhhh yang jadi princess digendong-gendong," ledek Ace juga melompat mendekat sudah membuat kerusuhan.

"Maksud gu—" Ucapan Lala terhenti saat ia menoleh, terdiam begitu saja sosok Aghan baru terlihat di belakang Ace. Mengikuti Arky dan Ace mendekat ke tempat tidur Lala.

"Nih, sebagai ketua kelas yang perhatian sama anggotanya gue bawain nasi goreng," kata Arky sambil ke samping Inara di sisi kiri Lala. Menyodorkan plastik bening berisi kotak mika nasi goreng membuat Inara yang menerimanya membantu menyiapkan.

Lala mencibir, "tadi aja lo nggak percaya sama gue," katanya menyindir.

Arky mendecak, duduk ke pojok ujung tempat tidur. "Bukan gitu, La. Masalahnya elo masih meledak-ledak. Lo minjem baju ke Rebecca aja suara lo masih kedengaran sampe kelas. Gue kan harus teges juga La," katanya membela diri, "lagian maksud gue kan baik, lo isi absen dulu biar ada nilai kehadiran. Entar gue anter ke UKS."

Beauty and The ClownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang