25|Uncertain

140 20 44
                                    

Welkambek to my story uhuuuyyy apakabs bestiee sehat-sehat terus buat kalian yang masih setia menunggu story ini update wkwkwk
Semoga masih memiliki stock kesabaran karena aku sedang berusaha untuk menamatkan cerita ini di tahun ini. Bantu aminkan biar aku sering update xixixi

Happy Reading!

~~~~

"Kamu benar-benar tidak mengarang cerita tentang kematian orang tuamu, kan?"

Li Xia menatap Jiaqi penuh kebingungan. "Maksud kamu?"

Jiaqi menghela nafas berat lalu mengusap pangkal hidungnya. Dia mengalihkan wajahnya tidak ingin menatap Li Xia. "Sudahlah, anggap saja aku tidak bertanya."

Li Xia yang masih kebingungan kembali duduk di sebelah Jiaqi menatap dalam laki-laki itu meminta penjelasan.

"Atas dasar apa kamu bertanya seperti itu? Apa kematian kedua orang tuaku terdengar seperti lelucon?"

Jiaqi terdiam. Perasaannya terhadap Li Xia membuatnya menahan untuk memberitahukan segalanya yang ia ketahui sebelum dia mendapatkan informasi lebih lanjut dari asisten Hao. Setidaknya saat ini Jiaqi masih memiliki harapan bahwa Li Xia tidak pernah membohonginya. Jiaqi harap seperti itu. Jika Li Xia memang benar melakukan semua ini karena ingin membalaskan dendam dengan keluarganya. Jiaqi pasti tidak akan membiarkan gadis itu melakukannya dengan mudah.

"Ma Jiaqi, jawab aku kenapa malah diam?" Li Xia kembali menuntut penjelasan dari laki-laki yang masih bergeming di tempatnya.

"Ada yang mengatakan hal itu kepadaku. Tapi aku percaya kamu tidak akan begitu, kan?" Bisa terlihat secercah harapan di balik bola mata Jiaqi.

"Siapa yang mengatakan itu? Aku tidak suka berbohong apalagi dibohongi, lebih baik mendengar kenyataan yang pahit daripada sebuah kebohongan yang manis," jelas Li Xia membuat Jiaqi merasa yakin kembali bahwa gadis itu tidak akan membohonginya.

"Baguslah kalau begitu, kuharap sesuai seperti perkataanmu," ucap Jiaqi lembut sambil mengelus pelan pipi gadis di hadapannya itu.

Terlihat semburat merah di pipi gadis itu membuat Jiaqi menahan gemas. Li Xia menegakkan badannya, menghirup napas dalam-dalam. Berada terlalu dekat dengan Jiaqi membuatnya lupa bagaimana cara bernafas dengan baik.

"Istirahatlah kamu pasti lelah," ujar Jiaqi. Li Xia mengangguk, lalu membalas singkat, "Aku pulang."

Jiaqi menatap kepergian Li Xia yang baru beberapa langkah kemudian menyadari gadis itu berjalan sedikit terpincang-pincang. "Tunggu," panggil Jiaqi menghentikan langkah Li Xia.

Cowok itu dengan cepat menghampiri Li Xia lalu berjongkok mengamati kondisi kaki gadis itu. "Kakimu kenapa?"

"Hanya tertusuk beling biasa." Li Xia menggigit bibirnya menahan nyeri ketika Jiaqi mulai menyentuh lukanya yang sudah ia balut sendiri.

"Sakit ga?"

Li Xia menggeleng dengan cepat, "Sudah ku obati tentu saja tidak sakit lagi."

"Aku hanya pergi sebentar kamu sudah terluka sampai seperti ini. Tidak bisa menjaga diri sendiri dengan baik. Dasar ceroboh." Omel Jiaqi.

"Iya, iyaa, iyaaa, aku ceroboh," tambah Li Xia.

"Dasar cerewet," cibir Li Xia pelan.

Jiaqi tersenyum simpul tangannya mengusap kepala Li Xia dengan lembut.

"Sudah larut malam istirahat di kamarku saja," ujar Jiaqi.

"Ga usah aku tidak ingin mengganggu istirahatmu aku pulang juga sangat dekat."

My Chinese BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang