Mobil pun terhenti ditepi jalan. Sepi sunyi penuh pepohonan hijau nan rimbun. Terdengar kicauan burung menyapa pendengaran mereka. Berjalan pada jalan setapak penuh daun berserakan. Hingga mereka berhenti pada tempat yang diinginkan.
Suasana menjadi kalut dalam kesedihan. Diletakkannya rangkaian bunga disamping batu nisan warna putih. Setetes air mata tengah jatuh membasahi makam tenang yang dipenuhi rumput hijau. Makam ibu Leera, yang belum sempat ia lihat saat kembali ke kediamannya.
Bahu Leera bergetar, air mata mengalir dengan deras, dan tangisan yang ditahan oleh gadis ini pecah. Suaranya parau sambil terisak. Dirangkulah gadisnya oleh Taeyong. Mengusap kepalanya lembut, seraya memberinya beberapa kata agar dia tetap tenang.
"Ini. "
"Apa ini? "
"Aku tidak pernah memberi hadiah kepadamu, jadi kupikir kalung ini akan cantik saat kau pakai, " ucap Taeyong canggung sambil mengusap lehernya kaku.
"Terima kasih. Kalungnya cantik, " jawab Leera gembira akibat pemberian Taeyong.
"Kau suka? " tanya Taeyong sambil mengusap lembut rambut Leera.
"Sangat. "
"Biar aku bantu pakai. " Taeyong raih kalung berliontin mawar warna emas. Sangat cantik seperti gadisnya.
"Ini sudah usai kan?" tanya ambigu Leera pada Taeyong. Ditataplah netra hitam kecoklatan milik Leera oleh Taeyong. Gadisnya sudah lelah dengan cerita tak kunjung usai ini. Pembaca pun lelah, kisah kalian ini kapan bahagianya?
"Sudah. Lelah ya?" ungkap Taeyong. Satu kecupan berhasil ia loloskan pada dahi mulus milik perempuannya.
Dirangkul lembut agar Leera merasakan ketenangan. Ketenangan yang mereka harapkan hadir lewat sebuah pelukan indah di bawah langit. Jantung mereka serasa saling bertaut, detakannya kencang. Kulit dingin mereka saling bersentuhan nyaman. Tuhan, aku mohon jangan lagi pisahkan mereka.
Diusapnya lagi surai gadisnya lembut. Leera pun sama, mengusap surai milik Taeyong penuh kasih. Taeyong mendekatkan wajahnya. Menatapnya netra gadisnya lekat-lekat. Cerita mereka sangat panjang. Taeyong telah kembali pada rumahnya. Rumah yang awalnya hanya untuk singgah, namun terpaut nyaman hingga ia jadikan tempat berpulang.
"Can i?" tanya Taeyong lembut. Udara dingin menyentuh kulit mereka berdua. Anggukan Taeyong dapati dari sang empu. Meraih tengkuknya lembut. Mengikis jarak yang ada. Bertautlah bibir dua manusia ini. Saling melumat lembut penuh kasih. Tak ada paksaan. Lembut, sangat lembut.
Semesta, jangan pisahkan lagi dua manusia yang sedang mabuk asmara ini.
***
Pagi buta hari ini sangat ricuh. Persiapan matang nan elegan untuk pernikahan Taeyong dan Leera. Sosok pasangan itu sendiri sudah sangat siap. Tidak, sebenarnya sangat gugup berdebar. Taeyong berkali-kali mengucap kalimat dialognya di altar nanti.
"Sudah, aku sangat bosan mendengarkannya." Ucap Seulgi riba-tiba membuyarkan hafalan Taeyong.
"Gugup..."
"Hahaha, biasanya juga melawan musuh tidak gugup."
"Tidak. Kali ini sangat berbeda, ya Tuhan. Aku takut menangis. She's fucking pretty! Apalagi pakai wedding dress, membayangkannya saja aku sudah gila."
"Jangan gila dulu. Anyways, semangat Taeyong!"
Benar, ayo kita ucapkan bersama-sama, Semangat Lee Taeyong!
***
Janji suci mereka ikrarkan di depan altar penuh keluarga dan teman dekat. Penuh haru di hari bahagia ini. Tentu saja, Taeyong menangis melihat gadisnya berbalut gaun pernikahan indah nan cantik. Sorakan 'cengeng' dari tamu undangan memenuhi altar berusaha mengejek Taeyong yang berhasil meneteskan air mata haru. Setelahnya, tautan bibir mereka lakukan. Lembut penuh kasih sayang. Feels like everything it's right.
"Mau pergi ke rumah kita gak?" celetuk Taeyong setelah menyelesaikan ciumannya depan altar.
"Rumah kita? Di sini kan rumah kita?"
"Bukan, rumah yang sangat jauh. Jauh, hanya kita berdua."
"Selama masih bersama kamu, aku mau."
Mereka tersenyum manis. Taeyong menatap tamu undangan yang juga nampak terharu melihat keduanya berhasil menyelesaikan cerita panjang ini dengan akhir yang bahagia. Tidak ada perjuangan panjang lagi. Tidak kesakitan lagi. Kami harap kalian hidup penuh kebahagiaan yang belum kalian dapatkan wahai pejuang asmara.
Acara dipenuhi canda tawa. Senyum cerah dari tamu undangan maupun kedua tokoh utama. Saling salurkan kasih yang belum sempat terlontar. Malam ini sangat sempurna, ditemani bulan purnama dan tokoh utama yang berhasil menemukan kebahagiaanya.
"Aku akan pergi dengan Leera ke tempat yang jauh. Tak ingin ikut campur keluarga mafia atau apalah itu. Apakah bisa, ya, John?"
"Tentu saja. Tak usah kau pikirkan lagi keluarga itu, atau kita yang masih dimabuk rindu setelah bertemu teman lama. Pergilah yang jauh."
"Semoga, ya."
Obrolan tengah malam sepi antar teman sebaya setelah acara pernikahaan berakhir. Pergilah Taeyong. Pergilah jauh, hindari semua hiruk pikuk yang menjeratmu selama bertahun-tahun ini. Semoga, ya. Semoga segalanya berjalan sesuai rencana. Teman-teman, doakan Taeyong dan Leera pulang ke tempat paling tepat, dan tak ada lagi perpisahan dari semesta, ya.
***
Seluruh hadirin tamu telah tertidur pulas. Cukup lelah akan acara pernikahan Taeyong dan Leera tadi pagi. Namun, sang tuan masih sesap gulungan tembakau sembari teguk satu botol wine khas Italia. Dihampiri oleh sang kekasih. Rupanya yang anggun dipadu gaun tidur satin warna biru laut sukses buyarkan lamunan Taeyong. Ia hendak matikan rokoknya, namun segera dihalang sang wanita. Ikut duduk dihadapannya. Ambil satu gulungan tembakau dan dekatkan kepalanya.
"Bantu sulut rokoknya, dong."
Taeyong gelangkan kepala. Gadisnya memohon manja. Tak sanggup halau keinginannya, Taeyong arahkan pemantik warna hitam miliknya. Hingga, satu hembusan asap tercium. Mereka habiskan tengah malam dengan rokok dan wine. Bercanda singkat, sambil tunggu gelap gulita diganti dengan matahari cerah.
Taeyong bicarakan tentang rumah sebelumnya. Beranjak dari duduknya ambil beberapa berkas dalam lemarinya. Dua buah tiket pesawat dan dua tanda pengenal asing. Ingin ia hilangkan sosok Taeyong yang berbahaya. Dan, hadapi dunia lebih tenang berikutnya. Leera angguki segalanya. Turut ganti biodatanya dan pakai nama baru untuk hidup selanjutnya.
Sebelum para bedebah menghancurkan pembicaraannya. Sebelum dunia buka mata. Dan, sebelum para penghuni tau akan kemana dirinya. Taeyong ambil jas hitam setelannya dan kunci mobilnya. Serta, ambil jaket kulit warna hitamnya buat kekasihnya. Pakai sepatu kets kesayangannya pada lemari bawah. Tak lupa berikan Leera sepatu kets putih pasangannya.
"Sekarang?" tanya Leera keheranan. Taeyong dongakkan kepala penuh rambut hitam legam tampan milikknya. Senyum dan anggukan Taeyong berikan. Kembali menunduk bantu ikat tali sepatu milik Leera.
Taeyong raih telapak tangan kanan Leera. Seraya alisnya yang ikut naik turun mengisyaratkan bahwa inilah waktu mereka. Waktu mereka tinggalkan segalanya. Waktu mereka keluar dari dunia yang sesak. Waktu mereka habiskan waktu berdua. Leera ikuti langkah kakinya. Mansion besarnya sunyi sepi. Penghuninya tengah habiskan waktu dalam alam mimpi. Sedang mereka berdua tengah kabur lari.
Taeyong jalankan mobil sedan hitam miliknya. Jauhi mansion, tanpa seorang pun yang tau. Hanya mereka berdua, Tuhan, dan sepasang sepatu kets jadi saksinya. Tautan diantara mereka masih menyatu. Serasa dunia milik berdua. Diterpa angin tengah malam buat mata gadisnya mengantuk. Taeyong menoleh ke arah Leera. Mengisyaratkan untuk tidur saja. Saat sudah sampai baru ia bangunkan.
Malam itu, jadi akhir kisah mereka dalam dunia penuh drama. Pun, jadi awal kisah mereka pada lembaran baru segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy-Lee Taeyong
Fanfiction"Lee Taeyong! Badboy disekolah! Nakal, kaya, ganteng, idaman seluruh cewek, sayangnya dia kurang kasih sayang! " kimleera ©2017