"Ibu bakal kangen banget sama kamu."
Aku menerima ciuman di pipi kiri dan kanan dari Ibu sebelum ibu masuk ke dalam taxi online yang baru Nan pesan beberapa saat yang lalu.
"Main-main ke Bogor ya, kalau kamu enggak sibuk. Itu keponakan kamu sering banget nanyain, katanya Onty jarang main ke rumah."
"Iya, bu. Nanti Zizi sama Mas Nan usahain buat main. Mas Nan nya lagi sibuk, ya, mas?" Aku meraih tangannya yang sedari tadi diam cemberut.
"Hm.."
"Itu suami kamu kenapa?" Tanya Ibu, berbisik.
"Dia kangen berat katanya sama ibu, makanya cemberut pas ditinggalin," jawabku juga dengan bisikan kecil di telinga Ibu.
"Fajar fajar kamu ini, kayak anak kecil banget. Makanya pulang, nanti ibu buatin lotek kesukaan kamu. Udah ah, ibu pamit ya, jaga diri kalian baik-baik. Ibu tunggu kehadirannya di rumah."
Aku menatap kepergian mobil yang membawa ibu sampai ujung jalan bahkan menghilang. Sedang Nan masih berdiri dengan tubuh disenderkan di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya, ia juga memejamkan matanya.
"Ada chat tuh."
"Pendengaranku masuh tajam, Nan."
"Oh."
Aku meliriknya sebentar, sebelum merogoh ponsel dari saku celana jins berwarna abu-abu yang kupakai.
"Brielle bukan?"
Aku tak tahu bentuk mataku seperti apa. Namun, aku yakin, mataku menyala waktu jawaban Nanta benar dan... sebenarnya aku lebih marah dengan isi pesan yang Brielle kirimkan.
Gabriel Angelina 🤢 : Kak Nan tadi nge-chat gue, katanya lingerie yang kita beli kemarin bagus banget. Gilak! Keren banget kan pilihan gue, next kita beli yang banyak biar lo pake tiap malem!! 🙉
Nanta... aku lelah.
"Aku pamit duluan ya, mau tidur lagi, ngantuk." Dia menyunggingkan senyumnya macam manusia tak bersalah sedikitpun.
...
"Kenapa lagi, sih, Zi?"
"Zizi?!"
"APA SIH?!"
Aku yakin, Kak Lala dan Christy sama terkejutnya waktu ku bentak tak sengaja beberapa saat yang lalu. Mereka menatapku dengan tatapan aneh, terutama Kak Lala, memiringkan wajahnya sambil memicingkan mata semacam sedang mencari apa yang salah dari diriku sekarang.
Kemudian wanita beranak dua itu memilih menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sambil menyibakkan rambut sebahu yang ia punya.
"Kita di sini itu mau have fun lho, ya." Christy menoleh sekilas sambil masih memainkan iPad-nya, sesekali gadis itu tersenyum, terhitung beberapa kali ia mengerutkan keningnya.
Sampai detik ini, Christy satu-satunya teman di Generasi-ku yang masih bertahan di JKT48. Sebuah keajaiban ketika ia menganggukkan kepala waktu Kak Lala iseng mengajaknya untuk liburan di dalam kota, mengingat bagaimana manusia yang punya jabatan sebagai kapten itu susah sekali diajak keluar dari zona theater, apalagi kesibukan lainnya, Christy sedang menyusun skripsi beberapa bulan terakhir ini. "Harusnya lo seneng gue enggak absen, ya.. walaupun realitanya kita cuma bertiga aja jadinya. Jessi enggak bisa diganggu gugat sih."
"Gue kesel banget sama Brielle."
"Diapain lagi?"
Waktu kulihat dua pasang mata itu menatapku dengan tatapan aneh dan penasaran, nampaknya aku tak harus susah-susah bercerita soal Brielle dan Kisah Lingerie karangan Nanta pagi tadi. Lagi pula, aku yakin, Kak Lala akan dengan sangat senang hati untuk menertawaiku sekencangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Kebebasan
FanfictionAzizi Shafaa Asadel kala itu berusia 19 tahun dan memutuskan menyudahi karirnya di bawah naungan idol group, JKT48. Kemudian ia bertemu dengan seorang pria yang konon lima tahun kemudian menggenggam jemarinya yang dihias cincin manis sekian karat, m...