"Ji! Bangun ih!"
Bukannya bangun, Jihoon malah menarik selimutnya. Padahal dia sudah mendengar Seungmin yang sedari tadi memang berusaha membangunkan dirinya.
Masalahnya Jihoon tadi subuh baru selesai mengerjakan tugasnya. Ada dua makalah, satu laporan dan satu presentasi yang semuanya bersifat individu dan deadline nya besok siang.
Iya, siang. Sekarang sudah hampir jam sebelas tapi Jihoon masih bergelung nyaman didalam selimutnya.
"Ya tuhan ntar kalau tugas lo nggak dikumpul malah nangis! Ayo Ji!"
Jihoon menggerang panjang saat seungmin menarik selimutnya. Mata Jihoon sedikit membengkak ditambah lagi dengan kantung mata yang semakin nampak jelas.
"Jam berapa deh ini?" dengung Jihoon dengan rengekan.
"Jam sebelas, putri tidur! Sekarang bangun!"
Dengan sangat terpaksa, Jihoon bangun. Langsung menuju kamar mandi sementara Seungmin balik ke kamarnya.
Hampir setengah jam Jihoon siap-siap, sudah rapih dan semua tugasnya juga sudah dibawa dalam satu tote bag khusus biasanya dia memang menaruh tugas-tugas yang mau dikumpul didalam tas itu.
"Loh? Mau ke kampus juga?" tanya Jihoon pas lihat ternyata Seungmin sudah rapih juga.
Seungmin menggeleng, "Mau ketemu temen. Tapi gue ngelewatin kampus, mau bareng nggak?"
"Boleh deh." Jihoon tidak mau menolak, rezeki naik mobil. Lagipula bayar ojek online juga membuang duit.
Ingat, Jihoon sedang krisis ekonomi.
Seperti biasa, Seungmin rapih dan kelihatan sangat produktif. Beda dengan Jihoon yang meksi juga rapih, wajahnya itu ditekuk dan rasanya beban berat sedang menumpuk dipundaknya.
Jihoon harus segera mencari pekerjaan. Kalau tidak, bisa-bisa dia tidak makan dan mati muda.
"Gue mau tanya, kemaren lo udah keburu masuk kamar soalnya." tiba-tiba Seungmin bersuara.
"Apa?"
Seungmin sesekali melirik, "Lo dianter siapa kemarin?"
Jihoon menyerngit bingung, memang kemarin dia kemana?
"Emang kemaren gue kemana deh?"
"Kemaren lo ada bimbingan, Ji! Biasanya lo pulang naik ojol, kemaren di anter Avanza." jelas Seungmin, diujung kalimat dia menghela nafas.
Jihoon memang kadang suka telmi sendiri. Untungnya Seungmin sudah terbiasa, meskipun kadang kala Seungmin ingin sekali memukul kepala sahabatnya itu.
"Bentar deh, kok gue lupa." Jihoon berfikir sejenak. Kemarin apa saja yang ia lakukan.
Dan...
"POKOKNYA MAU DIA MAMA NYA! PAPA AMBILIN!"
"Junghwan jangan gini, papa malu!"
"MALU APA?! ITU MAMA BUAT JUNGHWAN!!! AMBILIN POKOKNYA!"
"Bajingan! Gue inget, Min! Kemaren ada bocah freak minta gue dibeli jadi emaknya coba?!"
Seungmin hampir saja banting setir, bukan terkejut lagi tapi itu membuatnya tertawa terbahak sembari memukul setirnya.
Jihoon yang membayangkan bagaimana kemarin Junghwan menarik bajunya, kemudian memeluk lengannya. Demi tuhan Jihoon langsung ingin muntah ketika ingus Junghwan menempel dilengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa gula | binhoon✓
Fanfictiontidak punya uang, ditipu mantan pacar, dikhianti sahabat sendiri, dan penghasilan yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. jihoon hanya ingin hidup damai tanpa harus khawatir dapat uang darimana.