"Dokter serius?" Jihoon bertanya dengan hati-hati.
Sang dokter lantas tersenyum dan mengangguk. "Kemungkinan berhasilnya 60%, kalau pasien dalam kondisi bagus persenannya bisa bertambah."
"Saya harus konsultasi sama Ayah dan adik saya dulu." Kata Jihoon ragu.
"Iya, saya juga mau menyarankan hal itu. Secepatnya kalau bisa keputusan kalian ambil, karena ini kayak keajaiban dari tuhan."
Jihoon mengangguk paham. "Pendonornya gimana, dok?"
"Koma dua tahun, beberapa dokter sudah nyoba menangani tapi nggak berhasil. Pasien dinyatakan mati otak minggu ini, dan pihak keluarga setuju buat lepas alat-alat bantu nya. Saat itu saya mencoba bicara sama pihak keluarga, dan syukurlah mereka setuju untuk mendonorkan jantungnya."
Kesempatan yang membuat jantung Jihoon berdebar. Kemungkinannya berhasil dalam operasi juga lumayan besar, Ayah mungkin bisa melanjutkan hidupnya.
"Saya pengen ketemu sama pihak keluarganya..."
Jihoon terdiam. Sejak saat pemuda itu duduk dihadapannya, Jihoon hanya bisa termenung. Karena penasaran dengan bagaimana bisa dunia sesempit ini sampai ternyata keluarga yang akan mendonorkan jantung untuk Ayahnya adalahㅡ
"Lama nggak ketemu ya, Ji." Seungmin membuka percakapan. Matanya bergerak gelisah saat Jihoon tidak memberikan balasan berarti.
Seungmin juga sebenarnya terkejut akan kehadiran Jihoon. Seingat nya Jihoon bercerita bahwa kedua orang tuanya telah meninggal dulu.
"Lo keluarga pasien yang mau donorin jantung itu?" Tanya Jihoon pelan.
Seungmin mengangguk. "Papa. Papa udah mengalami koma sejak dua tahun lalu. Gue sama Mama udah ikhlas sekarang, karena... Gue juga tau kalau rasanya nggak mungkin Papa bisa balik lagi kayak dulu."
"Lo yakin? Bukannya lo harus nunggu bentar lagi?"
"Udah... Gue sama Mama udah nunggu, nunggu dan nunggu. Tapi semuanya malah bikin gue sama Mama makin hancur, kenyataan bahwa otak Papa udah rusak total, kemungkinan hidupnya udah 0% tapi gue sama Mama masih memperjuangkan hal yang... Mustahil." Jelas Seungmin panjang lebar. "...gue yakin Papa bakal merasa bangga karena organ nya bisa menyelamatkan orang lain."
Seungmin tidak bisa menahan tangisnya. Tangannya bertaut diatas meja, menundukkan kepala dan membiarkan lelehan air mata turun begitu saja.
"Maaf." Kata Jihoon merasa bersalah.
"Lo nggak salah, Ji. Gue yang harus nya minta maaf, sebagai temen gue nggak bisa ngejaga lo. Gue minta maaf..."
Jihoon menghela nafas panjang, ia bergeser untuk lebih dekat dengan Seungmin kemudian menenangkan sahabatnya itu.
"Udah lama gue maafin kok."
"Ji~ balik ke kos lagi ya?" Ajak Seungmin.
Jihoon lantas menggeleng pelan. "Nggak bisa, Min."
"Kenapa?"
"Panjang ceritanya... Intinya... Sekarang gue harus ngurusin Ayah gue dulu yang paling penting."
•••
Yedam terbangun dari tidurnya. Ia beranjak dan menemukan Doyoung yang berkaca di depan lemari dengan pakaian rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa gula | binhoon✓
أدب الهواةtidak punya uang, ditipu mantan pacar, dikhianti sahabat sendiri, dan penghasilan yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. jihoon hanya ingin hidup damai tanpa harus khawatir dapat uang darimana.