"Ayah pikir... Ayah akan mati tanpa bisa melihat anak manis Ayah lagi."
Paruh baya itu tersenyum dengan wajah pucat. Menggoreskan luka di hati Jihoon yang saat ini menggenggam tangannya. Jihoon menghela nafs berat, baru saja mendengar diagnosa baru yang ternyata tidak lebih baik dari penjelasan Doyoung kemarin.
"Ayah mau sesuatu? Jihoon bikinin." Kata Jihoon.
Sang Ayah menggeleng. Masih sibuk menatapi wajah putra sulungnya yang sangat ia rindukan.
"Ayah mau dengar kabar Jihoon. Apa Jihoon makan dengan baik selama nggak sama Ayah?"
Jihoon sontak tersenyum. Ayah masih sama, begitu manis dan penyayang. Diawal kepergian Jihoon, Jihoon merasa sangat merindukan sang Ayah. Ayah yang baru ia tahu, tapi harus ia tinggalkan.
"Jihoon udah magang, sebentar lagi Jihoon mau skripsian. Jihoon makan banyak kok, kan Jihoon pinter masak... Ayah jangan khawatir." Kata Jihoon sembari mengusap tangan sang Ayah.
"Apa Jihoon sudah punya kekasih? Ayah juga ingin menimang cucu, meskipun kayaknya nggak mungkin."
"Jangan ngomong gitu terus dong, Yah." Sanggah Jihoon sedih. "Jihoon udah punya pacar. Kalau Ayah merestui, Jihoon juga mau meneruskan kejenjang yang lebih serius."
"Wah, siapa dia yang berhasil dapat anak manis Ayah ini?... Ayah harus ospek dia." Canda Ayah membuat Jihoon terkekeh.
Jihoon mengambil ponselnya. Menunjukkan foto Yoonbin dan Junghwan, yang menjadi wallpaper ponselnya.
"Eh...?"
Jihoon menyerngit kebingungan menatap wajah sang Ayah yang tampak terkejut. "Kenapa, Yah?"
"Direktur Ha?"
Jihoon tidak bisa mengingat dengan baik terakhir kali dia meninggalkan rumah ini, ada banyak hal yang ia tinggalkan juga. Seorang pelayanan membungkuk kepada Jihoon.
"Tuan muda sudah menunggu anda." Katanya sembari mempersilahkan Jihoon masuk.
Mereka berjalan menuju ke dapur lantai satu Mansion megah itu. Jihoon hanya menurut mengikuti langkah sang pelayan menyusur lorong. Dalam empat tahun terakhir rumah ini tidak banyak berubah, masih sama seperti terakhir kali Jihoon meninggalkannya.
Begitu sampai di meja makan, Jihoon dapat melihat Doyoung yang sudah duduk disalah satu kursi dengan beberapa makan mewah tersaji diatas meja.
Pandangan Jihoon teralih saat Yedam datang membawa sebuah piring berisi lauk pauk. Yedam lah yang pertama kali menyadari kehadiran Jihoon, lantas membuat Doyoung menoleh dengan senyum lebar.
"Kamu udah pulang? Ayo makan, aku tau kamu belum makan seharian." Ajak Doyoung begitu ceria.
Yedam yang mendengar itu segera memundurkan diri dan berniat kembali ke dapur. Namun dengan cepat, Jihoon menahannya.
"Kamu juga belum makan, Dam. Kita makan bareng." Kata Jihoon.
Meski Yedam menggeleng pelan, Jihoon tetap menariknya. Memaksa Yedam duduk disebelahnya, mengabaikan Doyoung yang melirik tajam kepada Yedam.
"Kenapa kamu suruh dia makan sama kita? Aku persiapkan semuanya cuma buat kamuㅡ"
"Beginikah kamu perlakukan istrimu? Apa kamu menikahi dia cuma buat jadi pembantu dan pemuas nafsumu?" Tanya Jihoon sarkas.
Doyoung meringis. "Aku bersumpah nggak pernah sentuh dia sama sekali."
"Syukurlah." Kata Jihoon tenang, membuat Yedam menoleh dengan wajah terkejut. "Dia... Nggak pantas buat sampah kayak kamu, Kim Doyoung. Kamu bakal hidup sama masa lalu kita sampai mati, nggak akan bisa ngerasain ketulusan orang yang bener-bener sayang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
papa gula | binhoon✓
Fanfictiontidak punya uang, ditipu mantan pacar, dikhianti sahabat sendiri, dan penghasilan yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. jihoon hanya ingin hidup damai tanpa harus khawatir dapat uang darimana.