Jihoon dan Doyoung baru saja pulang dari acara pemakaman Ayah Seungmin. Jihoon tidak bisa menahan tangisnya kala bertemu dengan Nyonya Kim, berterimakasih dan meminta maaf yang sebesar-besarnya atas jasa yang telah dilakukan mendiang Tuan Kim kepada Ayah Jihoon dan Doyoung.
Mereka tidak lantas pulang kerumah, Jihoon menyuruh Doyoung mengantarkannya ke rumah sakit untuk bertemu Ayah. Dan disinilah mereka, setelah Ayah sadar, mereka berbincang ringan meskipun ditengah percakapan Doyoung acap kali mengungkit perihal keputusan Jihoon yang selalu semena-mena.
Ayah hanya tersenyum, masih lemah namun bahagia karena masih diberi kesempatan hidup dan melihat kedua putranya.
"Ayah ingin bertemu Yedam." Lirih Ayah ditengah perdebatan kedua kakak beradik itu. "Ayah rindu sekali dengan Yedam."
Jihoon melirik Doyoung. Sedangkan yang dilirik menatap sinis. "Tanya pada putra kesayanganmu ini, Yah. Dia bawa Yedam entah kemana dua hari yang lalu."
"Ayah bisa ketemu Yedam nanti, pas orang nggak tau diri ini pergiㅡ"
"Jaga mulutmu, Ji! Bawa aja dia kesini sekarang juga." Potong Doyoung marah.
Jihoon menoleh sepenuhnya dengan wajah meremehkan. "Kalau gitu mending kamu pulang. Bukannya kamu nggak mau ketemu Yedam?"
"Kamu yang bawa dia!" Balas Doyoung dengan suara tinggi.
"Tiba-tiba kamu marah?" Tanya Jihoon tak percaya. "Nggak usah akting, Kim. Kamu sendiri yang pengen Yedam pergi."
"Sudah-sudah, hentikan." Pinta Ayah sembari menarik tangan Jihoon perlahan. "Apa kalian berusaha membuat Ayah sakit lagi? Ini bukan yang mau Ayah lihat pas kedua putra Ayah berkumpul."
Jihoon menghela nafas panjang, kembali memusatkan atensinya kepada sang Ayah. "Maaf, Ayah."
"Bawa menantuku kemari." Pinta Ayah lagi.
"Jangan sebut dia menantu, Ayah. Doyoung akan bercerai dengannya sebentar lagi." Doyoung tersenyum sinis dengan pandangan marah. Ia segera melangkah pergi meninggalkan Ayah dan Jihoon. "Jihoon akan suruh Yedam kesini. Jihoon harus mengurus sesuatu dulu."
"Sop ayam..."
Kata pertama yang keluar begitu Jihoon duduk dikursi sebelah ranjang Junghwan. Anak itu merengek dengan suara agak parau karena baru bangun tidur.
Jihoon menatap Yoonbin yang agak pucat, pria itu tidak tidur semalaman karena khawatir Junghwan pendarahan lagi. Karena sore kemarin luka Junghwan sempat bocor lagi.
"Hwan belum boleh makan itu."
Junghwan merengut lebih dalam. "Mama nggak mau buatin Hwan sop Ayam?"
"Bukan nggak mau, ih. Belum boleh. Nanti kalau Hwan sembuh baru boleh, okay?"
"Terus Hwan makan apa?"
Jihoon nampak berpikir, kemudian menarik nampan berisi bubur dan beberapa sayur yang tadi dibawakan seorang suster untuk Junghwan.
"Makan ini." Kata Jihoon bersemangat.
Junghwan menatap makanan diatas piring dengan tidak berminat. "Ih nggak mau. Mau makanan Mama."
"Loh ini Mama yang buat!"
"Beneran?" Jihoon mengangguk antusias, berusaha meyakinkan Junghwan. Anak itu harus segera minum obat. "Okay, suapin!"
Jihoon dan Yoonbin lantas tersenyum. Jihoon dengan cekatan menyuapi Junghwan, yang untungnya tidak begitu cerewet setelah percaya bahwa makanan dinampan itu adalah buatan Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa gula | binhoon✓
Fanfictiontidak punya uang, ditipu mantan pacar, dikhianti sahabat sendiri, dan penghasilan yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. jihoon hanya ingin hidup damai tanpa harus khawatir dapat uang darimana.