Part 17 - Mulai Menerima

15.7K 1.4K 4
                                    

Sebenarnya apa yang lo inginkan dari gue, Althaf?
-Haura Nasha Athaillah-

🌸🌸🌸

Happy reading...
.
.
.

Althaf melangkahkan kakinya memasuki lift bersamaan dengan beberapa orang lainnya. Dentingan lift terdengar ketika sampai di setiap lantai. Begitu angka menunjukkan lantai yang dituju, Althaf keluar dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku. Ia tidak membawa apa-apa, hanya tas selempang kecil berisi beberapa barang yang dibutuhkan.

Althaf membuka pintu ruangan yang terletak di sudut gedung yang memiliki 15 lantai itu, memperlihatkan tiga perempuan yang sedang asyik bercengkerama. Mendengar pintu terbuka, sontak mereka menoleh.

"Althaf! Untung banget lo dateng," pekik Azel lega begitu Althaf melepas tas selempangnya di sofa yang berada tak jauh dari brankar.

Ini sudah hari keempat dimana Nasha dirawat di rumah sakit. Keadaannya sudah berangsur membaik. Jahitan pasca operasi juga sudah mulai mengering. Tetapi ia masih belum diperbolehkan pulang, sampai kondisi tubuhnya benar-benar stabil.

"Kenapa?" tanya Althaf menaikkan sebelah alisnya.

"Malem ini, gue nitip Nasha sama lo ya? Gue sama Nazifa nggak bisa nginep. Ada rapat BEM dan Nazifa juga ada kumpul buat persiapan lomba band. Lo bisa kan?"

"Iya Al, lo bisa kan? Gue nggak tega kalau ninggalin Nasha sendirian disini," timpal Nazifa.

Althaf tak langsung menjawab. Biasanya, memang Azel dan Nazifa akan menginap setiap malam. Untung saja Althaf memberikan perempuan itu ruangan VIP, yang menyediakan ranjang tambahan bagi siapapun yang ingin bermalam disana. Belum lagi sofa tebal yang sudah lebih dari cukup jika hanya digunakan untuk tidur.

"Nggak usah nggak papa, gue bisa sendiri kok," sela Nasha menyahuti permintaan kedua sahabatnya itu.

Azel menggeleng tegas, "Udah deh lo diem aja."

"Oke," putus Althaf menyanggupi permintaan Azel dan Nazifa.  Beruntung Adeeva malam ini tidak ada di apartemen, sehingga ia tidak perlu menghindari pertanyaan interogasi akibat tidak pulang semalaman.

Sore tadi, Adeeva memang meminta Althaf untuk mengantarkannya ke apartemen Sekala, teman dekatnya. Katanya ada tugas yang harus dikerjakan bersama. Bahkan Adeeva sudah membawa baju untuk kuliah keesokan harinya yang masuk jam 06.30 pagi. Adiknya itu sudah berpesan untuk tidak menjemputnya karena ia akan berangkat dengan temannya, Sekala.

Azel melirik pergelangan tangannya, "Berhubung ini udah hampir isya, gue sama Nazifa pulang dulu ya. Jangan macem-macem sama temen gue," pesan Azel sembari mulai mengemasi barang-barangnya diikuti Nazifa.

Jika ada Althaf, Nazifa akan berubah menjadi sosok yang pendiam dan jaga image. Nazifa tidak seperti Azel yang mudah akrab dengan orang baru. Tidak peduli orang itu baru kenal, Azel tetaplah Azel yang cerewet, nyerocos, dan ceplas-ceplos. Dan Nazifa belum seberani itu.

"Gue juga pamit dulu ya." Nazifa melemparkan senyum ke Nasha dan Althaf. Memeluk Nasha sekilas lalu meninggalkan mereka berdua mengikuti Azel yang sudah berjalan duluan.

"Hati-hati gaes," teriak Nasha pelan yang dibalas Azel dengan jari membentuk huruf menyerupai huruf O.

Kini tinggal Nasha berdua dengan Althaf. Perempuan itu canggung, Althaf tahu itu. Untuk memulai sesuatu yang lebih serius, Althaf perlu memulai melakukan pendekatan pada gadis itu. Tapi dia adalah Althaf, lelaki yang seumur hidupnya belum pernah mencoba mendekati satu perempuan pun. Jangankan mendekati, mengobrol basa-basi pun Althaf tidak tahu harus membahas topik apa. Jadi jangan salahkan jika hari ini dia mendadak canggung.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang