Part 28 - Sedih dan Bahagia

16.8K 1.5K 59
                                    

Hai!! Ada yang kangen aku nggak? Maksudnya Nasha sama Althaf wkwk..

Gimana kabar kalian ges? Semoga selalu baik-baik ajaa ya. Tetep jaga kesehatan, patuhi prokes, minum vitamin, semoga selalu dalam lindungan Allah ya!

Kemarin ada yang minta ceritanya Asyraf nih, kira-kira banyak yang setuju nggak?

Wkwk buat yang bilang aku anak fisika, enggak ya ges ehee.. aku anak peternakan. temenku sapi, kambing, ayam, kelinci, dan temen2 nya ahahahah..

Okee terimakasih buat kalian yang udah vote and comment cerita aku di part² yang kemarin. Semoga pahalanya banyak!

Aku tunggu spam komen kalian di part ini, okay?

Happy reading, All!

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Kehadiran kamu di hidup aku adalah hal yang membuat aku merasa sedih dan senang disaat yang bersamaan, Al."
~Haura Nasha Athaillah~

🌸🌸🌸

Suasana makam pagi itu begitu lengang. Hanya terdengar suara gesekan dedaunan yang berbunyi mengiringi heningnya pemakaman. Banyak yang berubah dari keadaan 2 tahun yang lalu saat Nasha berada di sana. Baru kali ini, ia kembali menginjakkan kakinya ke tempat itu, tempat dimana keluarganya disemayamkan.

Hati Nasha terasa sesak seiring dengan langkah kakinya yang kian mendekat. Nasha masih ingat betul dimana letak nisan keluarganya berada. Mereka dikebumikan secara bersebelahan, sehingga mudah untuk Nasha menemukannya. Tangan Nasha saling bertautan, efek gemuruh yang bergejolak dalam hatinya.

Althaf berjongkok di dekat tiga nisan yang berbaris bersebelahan. Membersihkan rumput-rumput liar yang mulai tumbuh di sekelilingnya. Nasha menatap punggung Althaf dalam diam. Sesekali mencuri pandang di nama yang tertera di tiga nisan tersebut. Sesak. Hatinya masih terasa sesak.

Selesai membersihkan makam tersebut, Althaf berjongkok di dekat Nasha. Althaf mengangkat kedua tangannya, melangitkan beberapa do'a. Tanpa sadar, Nasha ikut mengangkat tangannya,  mengaminkan do'a Althaf dalam hati.

"Abi, Umi, Bang. Ini Althaf. Yang sekarang sudah jadi keluarga kalian juga. Maaf Althaf baru bisa membawa Nasha untuk kembali mengunjungi Abi sama Umi. Sebenernya dia kangen, tapi anak perempuan kesayangan Abi sama Umi itu terlalu gengsi. Althaf ngajak kesini aja perlu perjuangan loh."

"Maafin Althaf ya Abi, Umi. Althaf menikahi anak Abi tanpa izin dulu. Tapi insyaallah Althaf akan menjaga Nasha sekuat yang Althaf mampu. Semoga Althaf bisa menjadi suami yang baik kaya Abi, ya. Bisa menjadi imam dan pembimbing yang baik bagi anak kesayangan Abi sama Umi."

Nasha masih terdiam kala mendengarkan Althaf yang berbicara sendiri. Nasha mendongak, menahan agar tidak ada air mata yang keluar. 'Tuhan. Kenapa Althaf bisa sesabar ini?'

"Terimakasih ya Abi, Umi. Sudah melahirkan perempuan secantik dan sehebat Nasha, untuk menjadi pendamping Althaf. Meski Althaf belum tahu alasan takdir mempersatukan kita, tapi Althaf yakin skenario Tuhan tidak pernah mengecewakan. Semoga Althaf bisa selalu membahagiakan Nasha ya Abi, Umi."

Althaf berdiri, memposisikan dirinya di samping Nasha. Althaf mengusap puncak kepala Nasha pelan, "Ada yang mau di sampein?"

Nasha terdiam sejenak, lalu mengangguk. Ia menarik napas berat, mengumpulkan segala kekuatannya, ditengah kekalutan hatinya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang