Part 7 - Liat-liatan

17.3K 1.3K 9
                                    

"Ya Allah, jagalah pandanganku dari sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat. Jagalah diriku dari fitnah dunia. Hanya Engkau sang Maha Pemelihara"
~Althaf Fairuz Azzamy~

***

"Kenal aja kaga"

"Cinta tak harus kenal kan? Aseekkk"

"Lo ngomong apa sih? Nggak jelas!" Althaf mempercepat jalannya, agar tidak mendengar ucapan Arsen lagi, sementara Arsen semakin gencar menggoda Althaf di depannya.

Tak terasa langkah mereka sampai di perempatan masjid Ar-Rayyan. Arsen dengan santainya mengikuti Althaf yang belok ke kanan menuju pelataran masjid untuk lelaki. Saat ia melihat ke arah depan, di kejauhan terlihat perempuan yang berjalan menuju arahnya dengan mendekap sebuah buku didadanya. Ditemani dengan seorang perempuan juga disampingnya.

Arsen menajamkan pandangannya, kemudian ia tersadar saat perempuan itu adalah orang yang sama. Saat dirinya dan Althaf memakai sepatu di teras masjid Ar-Rayyan beberapa hari yang lalu. Perempuan bergamis biru.

Arsen mempercepat langkahnya hingga menyamai langkah Althaf. "Al Al, itu didepan" bisiknya disamping telinga Althaf.

Althaf sedikit memiringkan kepalanya tatkala mendengar suara Arsen yang tiba-tiba ada di telinganya. "Apasih?"

"Itu Al! Cewe gamis biru!" Althaf mengamati perempuan yang dimaksud Arsen dari kejauhan. Benar. Perempuan itu memakai gamis biru lagi. Sepertinya dia memang menyukai warna biru.

Tanpa terasa, lengkungan tipis tercetak di bibir Althaf. Membuat Arsen yang memang sedari tadi memperhatikannya menjerit heboh.

"Anjir langsung senyum senyum dah itu bibit!" Jerit Arsen heboh.

Althaf melebarkan matanya. Menyuruh Arsen untuk diam. Lengkungan tipis itu hilang, berganti dengan ekspresi datar yang siap menelan muka Arsen bulat-bulat. Untung saja ucapan Arsen tidak begitu keras. Tetapi bukan Arsen namanya jika tidak usil.

"MB-PHHHHHHHHH"

Dengan sigap, Althaf menginjak kaki kiri Arsen dan tangannya bergerak untuk membekap mulut Arsen dari belakang. Dijepitnya leher Arsen diketiaknya sehingga lelaki itu tak bisa meronta. Althaf dengan cepat berjalan menuju pelataran masjid untuk pria. Sebelum Arsen mempermalukannya di depan masjid.

"BWEH! Anjir tangan lo asin nyuk!" Umpat Arsen begitu Althaf melepaskan bekapannya. Arsen menjulurkan lidahnya untuk menghilangkan rasa asin terasa di indra perasanya.

"Kalau tangan gue manis, entar lo ketagihan" Jawab Althaf sekenanya. Cowo itu bergerak untuk melepas sepatunya.

"Gila! Gak waras! Gue masih normal. Straight!"

"Gue juga ogah jadi korban kalau lo beneran homo" Tanpa memperdulikan Arsen lebih lanjut, Althaf terlebih dahulu naik ke atas masjid, menuju tempat berwudhu.

Masjid Ar-Rayyan biasanya menyediakan tempat kultum di lantai 1. Sebuah tempat minimalis bagi mahasiswa atau mahasiswi yang ingin mengikuti kultum atau kajian. Dilengkapi dengan panggung kecil dibagian depan untuk penyampai kultum.

Seusai berwudhu, Althaf melangkahkan kakinya menuju tempat kultum lantai 1 di bagian kanan. Khusus untuk ikhwan. Bagian kiri khusus untuk akhwat. Keduanya dipisahkan oleh ukiran kayu yang tidak terlalu tinggi. Sehingga antara akhwat dan ikhwan masih bisa terlihat. Banyak mahasiswa yang mulai berdatangan.

Althaf duduk dibagian depan. Tak lama kemudian, Arsen datang menghampiri dan duduk disebelah kirinya. Pembicara kultum sudah datang. Beliau perlahan menaiki panggung minimalis yang sudah dipersiapkan untuk menyampaikan kultumnya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang