Part 51 - Kejutan lain

13.6K 1.4K 179
                                    

Halo gais! Ada yg kangen aku? Wkwkw

Author notenya nanti aja kali ya, aku tau kalian pasti udah kangen banget wkw, happy reading all..
.
.
.

Ps: Yuk dengarkan mulmed 😍

Althaf menatap kepergian Nasha dengan hati yang kacau. Ingin sekali Althaf berlari mengejarnya, namun dirinya sadar harus menyelesaikan ini terlebih dahulu. Althaf kembali menatap Zara yang sedang duduk dengan gelisah di tempatnya.

“Mas-“

“Cukup Zara. Saya tidak ingin mendengar drama kamu lagi. Sudah berulang kali kamu mencari alasan untuk bertemu dengan saya dan ternyata sama sekali tidak ada hal penting. Saya tegaskan sekali lagi, saya sudah menikah dan saya tidak berniat untuk mencari istri kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagi saya, Nasha saja sudah cukup. Jadi berhenti mengejar saya, bisa?”

Althaf tak menghiraukan sorot mata Zara yang menatapnya sedih. Althaf meraih kunci mobil dan ponselnya lalu berdiri, “Saya harap kamu menemukan laki-laki yang lebih baik dari saya. Nikmati makanan kamu.”

Althaf mempercepat langkahnya sembari merapalkan ribuan doa dalam hati, berharap Nasha masih berada di sekitar restoran. Hatinya cemas, Althaf tidak akan sampai hati jika Nasha pulang menggunakan taksi. Dari kejauhan, netranya menangkap seorang perempuan yang sangat familiar di matanya berdiri di tepi jalan sembari menunggu sesuatu di ponselnya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di depan Nasha. Althaf mempercepat larinya lalu meraih pergelangan tangan Nasha tepat sebelum perempuan yang menjadi istrinya semenjak 4 bulan yang lalu itu masuk ke dalam mobil.

“Nasha, pulang sama aku ya?”

Nasha berusaha melepaskan cekalan tangannya sembari memalingkan mukanya ke arah lain. Enggan menatap Althaf.

“Lepas, Althaf.”

Althaf tidak melepaskan genggamannya, namun semakin menarik Nasha mendekati dirinya, lalu merengkuh tubuh ramping Nasha dengan satu tangan, membuat Nasha terpaksa menabrak dada Althaf dan tenggelam disana.

“Nasha, mengabaikan suami itu dosa,” bisik Althaf lirik di samping telinga Nasha.

Ketegangan di bahu Nasha perlahan mereda. Sudut bibir Althaf sedikit melengkung. Usai memberikan uang ke driver yang semenjak tadi menunggu mereka, Althaf membawa Nasha berjalan menuju parkiran, pulang ke apartemen.

“Nasha, aku bisa menjelaskan-”

“Aku hanya ingin pulang, Althaf. Aku tidak ingin mendengar apapun.”

Althaf tertegun sejenak, namun memilih untuk menurut. Sepanjang perjalanan, hanya hening yang menyelimuti mereka berdua. Entah sampai kapan, Althaf tak tahu.

***
Suara bel apartemen sedikit mengganggu Azel yang tengah fokus bersama dengan laptopnya. Ini masih jam 5 pagi. Azel bersumpah siapapun yang memencet belnya adalah seseorang yang gabut. Berbekal rasa penasaran, Azel memutuskan untuk memakai hijabnya lalu berjalan menuju pintu apartemen, melihat siapa gerangan yang bertamu sepagi ini.

“Lo?”

***
Sinar matahari yang masuk di sela gorden jendela kamar mengusik ketenangan Althaf dari tidurnya. Lelaki itu perlahan membuka matanya. Mencoba memeriksa bagian samping kanannya. Kosong. Althaf sontak melebarkan matanya. Memeriksa sekali lagi untuk memastikan penglihatannya. Namun tetap saja, Althaf tidak menemukan Nasha di sampingnya.

Masih terekam jelas di benak Althaf saat Nasha sengaja menghindarinya semenjak semalam. Althaf tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Althaf menyadari bahwa ini bukan sepenuhnya salah Nasha, karena ia telah merusak kepercayaan yang Nasha berikan kepadanya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang