Part 46 - Mencari Tau

12.7K 1.3K 170
                                    

Ciyee ada yang nyariin, hei hei Alsha comeback 😂 Happy sunday guys!

Makasih yaa yang udah sabar nungguin Alsha, inget Innallaha Ma'as Shabirin 💖

Aku tau digantung tuh nggak enak, makannya aku selalu usahain up secepat yang aku bisa, makasih banyak yaa udah support dan semangatin aku, jujurly aku kangen spam kalian jadi aku update deh 😂

Happy reading guys 💖

🌸🌸🌸


“Jadi gue udah nemuin beberapa channel perusahaan properti yang siap bantuin lo kalau mau buka cabang. Lo tinggal liat profilnya, dan pilih yang menurut lo trusted,” ujar Akbar sembari mengotak-atik laptopnya.

Lelaki itu sibuk mengumpulkan beberapa profil perusahaan propeti dan menjadikannya satu berkas sebelum memberikannya kepada Althaf.

Althaf masih terdiam di sofa sembari fokus membaca beberapa berkas yang diberikan Akbar beberapa menit yang lalu, “Wait.”

“Bagus-bagus sih,” komentar Althaf beberapa menit kemudian usai melihat satu per satu profil perusahaan yang diberikan Akbar.

"Paling banyak di review klien yang mana nih?" tanya Althaf selanjutnya sembari membandingkan satu profil dengan profil yang lainnya.

"PT. Adikarya, sejauh yang gue tau itu sih."

"Oke," jawab Althaf singkat sembari mengetikkan beberapa kalimat di laptopnya.

"Btw, kenapa lo nggak minta bantuan bokap lo aja sih? Bokap lo kan channelnya banyak tuh,"

"Gue pengen mandiri," jawab Althaf singkat.

"Gue nggak nyangka ya, Al. Dari lo ngerekrut gue 3 tahun yg lalu sampe lo yang sekarang udah hampir lulus kuliah, jauh banget. Mana udah nikah lagi," ledek Akbar seraya tertawa lepas. Mengingat momen dimana mereka masih sering bermain bersama.

Althaf menegakkan badannya, mendorong tangannya ke depan untuk meregangkan tubuhnya, lalu bersandar di sofa. Pandangannya lurus ke atas, mengikuti Akbar bernostalgia ke masa lalu.

"Kalau lo hidup, tapi lo nggak melakukan perubahan, itu berarti lo nggak beneran hidup, Bar."

Akbar terdiam sejenak, "Lo bener."

Beberapa denting notifikasi muncul di ponsel Althaf yang berada di dekat laptop, memecahkan keheningan di sela keterdiaman mereka. Kali ini Althaf memilih untuk mengacuhkannya.

"Selagi kita bisa berkembang, kenapa enggak? Kita masih muda. Banyak waktu dan kesempatan yang bisa kita manfaatkan."

"Kalau katanya orang-orang, masa muda itu masa-masa penuh perjuangan dan air mata, Bar. Bukan waktunya seneng-seneng. Seneng-seneng itu nanti, kalau kita udah sukses."

Akbar menegakkan tubuhnya sembari menatap Althaf takjub, "Lo abis seminar dari mana mendadak jadi Althaf Teguh gini?"

Althaf tertawa renyah, "Sekali-sekali."

Berulang kali mengacuhkan notifikasi, akhirnya sebuah panggilan muncul dalam layar ponsel Althaf. Lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke depan meja, setelah melihat namanya, Althaf memutuskan untuk menggeser tombol hijau itu ke atas.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang