Part 50 - Puncak

13.8K 1.5K 172
                                    

Hai! Cie pada nyariin wkwk, long time no see ges!

Aku punya kabar buruk ges, jadi abis aku update ini, aku blm bisa janjiin ke kalian update kapan ueue, karena tiba2 deadline proposal penelitian aku harus udah kelar sebelum desember, jadi aku harus ngebut proposal ueue. Semoga kalian sabar ya! Doakan proposalku cepet kelar agar aku bisa kembali update! Yeay!

AKU MEMBUKA LOWONGAN HUJATAN BUAT AKU KRN MENGGANTUNG KALIAN 2 MINGGU :")

Happy reading ❤️

***

Nasha berulang kali mengecek ponselnya dengan perasaan gelisah. Waktu sudah hampir malam dan Nasha tidak mendapatkan kabar Althaf sedikitpun. Sialnya, Nasha juga tidak memiliki nomor ponsel teman-teman Althaf seorang pun. Nasha menggigit bibirnya gelisah, memikirkan cara untuk mengetahui kabar Althaf.

Bel apartemen berbunyi. Secepat kilat Nasha berlari menuju pintu. Saat Nasha membukakan pintu, seorang lelaki berdiri didepan pintu apartemennya. Nasha mencoba mengingat siapa lelaki yang sedang berdiri dengan baju yang nampak lusuh dengan wajah sedikit kotor di depannya.

“Masih inget gue?” tanya lelaki tersebut terburu-buru.

Nasha refleks mengangguk cepat, ia baru mendapatkan ingatannya. Lelaki tersebut adalah teman Althaf di BEM.

“Gue nggak mau basa-basi. Althaf ketangkep polisi.”

Nasha sontak menutup mulutnya terkejut. Jantungnya berdetak kencang, bahkan ia merasakan setengah kakinya terasa seperti jelly yang siap lebur kapan saja. Nasha mengeratkan pegangannya di dinding untuk menyangga tubuhnya sembari berusaha mencerna informasi yang baru saja diberikan Arsen.

“Terus gimana, Kak? Dimana dia sekarang?”

“Gue sama anak-anak yang lain masih berusaha ngeluarin dia. Gue kesini buat ngabarin lo karena gue nggak punya nomor lo.”

Nasha mengangguk cepat. Ekspresi cemas tergambar jelas di muka cantiknya. Seketika Nasha merasa menyesal karena tidak segera menyelesaikan masalahnya dengan Althaf. Kalau sudah begini, barulah Nasha merasa menyesal. Ia tidak mau kehilangan Althaf.

“Minta tolong temuin Al- Kak Althaf ya, Kak,” pinta Nasha dengan raut cemas.

“Tanpa lo minta,” balas Arsen cepat. “Gue pergi dulu.”

“Hati-hati, Kak.”

🌸🌸🌸

“Oke lo sabar, tunggu keadaan kondusif dulu. Ntar pasti ada jalan, okay?”

“Tapi nanti kalau Althaf masuk penjara gimana, Jal?”

“Plis! Althaf nggak abis ngrampok pulau, Nasha.”

“Ya tapi kan masuk kantor polisi, Ajal!”

“Lo kira orang masuk kantor polisi-“

Tiba-tiba sebuah panggilan dari nomor asing masuk ke dalam ponsel Nasha. Perempuan itu tidak lagi mendengarkan perkataan Azel melalui voice call grup mereka. Nasha melihat profil nomor asing tersebut lebih dekat. Seperti tidak asing.

Nasha memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, takut jika melewatkan kabar mengenai Althaf. Suara berat dari seberang telepon seketika membuat Nasha gugup.

“Assalamualaikum Nasha. Gue ada di loby apartemen lo. Gue tunggu di mobil. BMW hitam B 20** **. 10 menit.”

Nasha menatap ponselnya dengan mata membulat. Bahkan ia belum mencerna siapa yang meneleponnya secara tiba-tiba, lalu mengucapkan sederet pesan yang Nasha yakin hanya masuk ke telinga kanan dan keluar ditelinga kiri.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang