Part 2 - Azzamy's Family

27.8K 2K 7
                                    

"Semesta memang tak bisa ditebak. Ia selalu memiliki rencana untuk mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, atau bahkan mempertemukan orang yang bahkan tak saling mengenal. Seperti aku dan kamu"
***

Althaf memarkirkan mobilnya dipelataran halaman rumah. Ia bingung harus diapakan perempuan disampingnya ini. Anggap saja Althaf naif, tapi dia berani bersumpah, seumur hidupnya ia hanya berani menyentuh 2 perempuan saja. Maira dan Adeeva, adik bungsunya.

Melihat keadaan perempuan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja itu, akhirnya ia memberanikan diri menggendong perempuan itu kedalam rumahnya. Hatinya tak henti mengucap istighfar karena menyentuh seseorang yang belum menjadi mahramnya.

"Astaghfirullah Abang, ini siapa bang?!" Maira bertanya histeris. Siapa yang tidak terkejut melihat anaknya datang dengan pakaian basah lengkap bersama perempuan yang juga basah kuyup dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Maira segera menyuruh Althaf meletakkan perempuan itu ke kamar tamu. Biar ia sendiri yang menggantikan bajunya dengan pakaian milik anak bungsunya. Maira rasa usia mereka tidak jauh berbeda.

"Ya sudah abang cepet ganti pakaian dan pergi ke ruang makan. Abi sudah menunggu abang disana" Althaf menggaruk keningnya yang tak gatal. Lalu pergi mematuhi perintah umi tercintanya itu.

***

"Jadi, siapa perempuan itu Althaf?" Zayn membuka percakapan usai istrinya kembali dari dapur untuk mencuci piring. Althaf menggelengkan kepalanya pertanda tidak tau.

"Althaf tidak tau Bi, tadi perempuan itu ingin bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke mobil Althaf. Lalu Althaf berhenti dan dia marah-marah ke Althaf karena Althaf nggak menabrak dia. Akhirnya dia pingsan karena terlalu lama terkena hujan." Althaf menceritakannya lengkap dihadapan kedua orang tuanya.

Zayn menghela napas sambil menatap kearah Maira yang dibalas dengan pandangan seakan-akan berucap "terserah abi saja."

"Yasudah Althaf. Biarkan perempuan itu istirahat dulu dirumah ini. Kelihatannya kondisinya juga lemah. Abi tau, Althaf pasti melakukan ini untuk menolong perempuan itu, dan abi tidak menyalahkan Althaf untuk hal itu." Zayn terdiam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya. "Tapi Althaf juga tau kan? kalau perempuan itu bukan mahram Althaf. Untung saja Abang membawanya kesini, jadi bisa dirawat oleh Umi. Coba saja Althaf berani membawa dia ke apartemen, besok abi akan langsung bawa kamu sama perempuan itu ke penghulu" Ucap Zayn serius. Meski terselip kalimat bercandaan disana, tetapi Althaf tau bahwa ucapan Zayn tidak main-main.

"Iya abi, Althaf mengerti kok. Dan Althaf yakin bisa menjaga diri Althaf dengan perempuan yang bukan mahram" Jawab Althaf dengan kepala menunduk. Meski ini bukan sepenuhnya salahnya, tetapi tindakan Althaf juga tidak sepenuhnya dibenarkan. Ia tau akan hal itu.

"Yasudah, kamu istirahat gih. Ini sudah hampir pukul 1 dini hari. Kamu pasti capek" Althaf mengangguk.

Tak dapat dipungkiri, tubuhnya lelah seharian ini. Sedari pagi ia sudah disibukkan dengan kegiatan ospek fakultas yang diadakan tiap sabtu. Kebetulan sabtu ini jadwal ospeknya adalah pengenalan LKM dan UKM. Dan jabatan Althaf yang menjadi Presiden BEM Fakultas mewajibkannya hadir di ospek kali ini.

Setelah berpamitan kepada kedua orang yang telah membesarkannya sedari kecil itu, Althaf naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Ia masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu sejenak lalu merebahkan dirinya dikamar yang berlangit-langit dengan warna gelap dan beberapa hiasan yang berpola galaksi.

Althaf termenung sejenak, memikirkan gadis yang ia temui beberapa waktu yang lalu. Siapakah dia? dan kenapa Althaf sepeduli ini? Biasanya ia tidak pernah peduli dengan urusan perempuan dikampusnya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang