(C O M P L E T E)
[1 DARK SERIES]
"Menikahlah denganku, Nona."
"Lalu membiarkan hidupku dalam masalah begini? Katakan siapa dirimu, Taehyung. Aku ingin tahu lebih soal pria yang menarik seluruh perhatianku dalam satu malam ini."
Tangan lebar Taehyu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pria itu menatap lawan dengan datar, lalu menyerahkan selembar kertas pada mereka. Orang-orang bawahan Don Marsello yang sedang diminta membawa kembali Federico pada sang Don, dan justru mencari celah lainnya pada dua bawahan tersebut.
Federico memang sudah tidak bisa berbicara dengan jelas, tapi setidaknya ia pria berpendidikan yang masih bisa menulis untuk memberikan satu dua kalimat pada mereka. Sejenak keadaan mencekam itu membuat Federico diam sambil mengedarkan padangan pada sekitaran, sudah berada di luar gerbang rumah Keluarga Vencentio rupanya.
Ia tengah menunggu. Menunggu dua orang anak buah Don Marsello menyelesaikan bacaannya, lalu menyiapkan satu tas besar yang nyatanya mampu membulatkan bola mata kedua pria di hadapannya. Entah apa isinya, hanya Federico dan dua orang itu yang tahu.
Yang pasti, dua orang itu menganggukkan kepala bersamaan atas permintaan Federico dalam tulisannya. Menanggapi dengan kesanggupan yang cukup mantap dirasa. Kemudian salah satu dari keduanya membukakan pintu mobil untuk masuknya Federico yang dihadang perasaan bermasalah pada sang kakak. Tidak mengetahui kebenaran jika adiknya sudah lelah hidup dalam lingkup kekerasan dan kejahatan kriminal.
Dan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah dengan menyakiti hati dan kepercayaan Taehyung.
Lintas pikirannya adalah pada amplop berisi surat cinta untuk Taehyung di atas meja kerjanya. Berharap jika Taehyung tidak akan marah dan kecewa dengan keputusan yang Federico ambil demi kebaikan siapapun dalam keluarga. Itu menurut Federico, mungkin menurut Taehyung itu keputusan bodoh.
Benar-benar bodoh.
"Kita langsung saja ke rumah Don Marsello lagi," ucap salah seorang pengawal yang menjadi supir, di berikan anggukan dari dua orang lainnya dalam mobil.
***
Joe Brasi terus memandangi ponselnya yang hanya diam di atas meja. Sesekali lirikan mata itu tertuju pada diri seorang Donzello yang sibuk menimbang ulang keputusan David untuk memberikan ancaman pada Don Marsello. Lantas ia menghembuskan napas gusar, "Jangan gegabah, David! Aku tahu istrimu dalam bahaya. Berpikirlah lebih jernih seperti ayahmu."
Saran dari Joe menarik sebuah siratan marah dari David. Pria itu diam, lalu mengangguk tenang, "Kau benar. Sebagai sahabat lama ayah, pasti sudah sangat tahu kepribadiannya."
Donzello berdeham, "Padahal Senator Charles memintamu bertemu dengannya di Amerika beberapa hari lalu. Urusan persahabatan katanya. Kau bisa datangi saat pesta pelantikan Jaksa Lim agar bertemu. Masih satu bulan."