[24] Give Me a Reason

123 29 13
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Bola mata Taehyung tampak enggan mengalihkan pandangannya pada sebuah album foto yang disuguhkan oleh pelayan Fanucci. Jelas sekali dirinya bisa melihat dua bocah laki-laki yang tertawa bersama, sangat dekat meski terlihat latarnya bukan zaman Taehyung lahir. Pribadi itu sangat tahu salah satu dari gambar bocahnya adalah Angelino Vencentio –Ayahnya.

Menghabiskan beberapa menit untuk melihat-lihat isi sepenuhnya, Taehyung berdeham bersama tawa lirih, "Lalu apa urusanku dengan semua ini, Tuan?"

Disana, dihadapannya, Fanucci menegakkan duduknya dengan tegap menatap berani pada manik Taehyung yang nyatanya lebih muda darinya. Sudut bibir yang dipenuhi janggut itu ditarik tanpa kesan bersahabat sama sekali, "Mana hormatmu pada sahabat ayahmu, Dav? Kudengar kau anak yang baik jika berhadapan dengan sahabat." Penuturannya mendapatkan ledekan dalam batin Taehyung.

"Tergantung, bagaimana juga sikapnya. Apakah butuh diberikan hormat atau sebaliknya, Tuan." Taehyung meletakkan pinggulnya di kursi yang berhadapan dengan sang lawan bicara, "Tidak habis pikir memang kalau Anda seorang Don besar. Kejutan," ucapnya melirik pada Elina yang berdiri dibelakang Fanucci dengan kepala menunduk malu disertakan takut.

Tidak berani menilik barang sedikitpun pada manik Taehyung yang tajam bak mata elang. Elina memilih diam tak menyahut.

"Aku bicara dengan otak dingin, Dav. Hargai aku!" Pria tua itu menggertak agak menyeramkan dengan kabut marah tak terartikan.

Sedangkan dalam pikiran Taehyung masih tidak menyangka dengan Ale yang ingin sekali menangis, tetapi selalu berusaha ditahan apabila sedang bersamanya. Membuat semuanya seolah sangat berdosa jika Ale terisak dengannya. Tatapannya dicuri pada lengan Elina yang terekspos melihatkan lebam merah, kemudian mendengus tak habis pikir, "Kau menyiksa anakmu karena ini semua, Don?"

Fanucci menarik kepalanya ke belakang serta mengawasi pergerakan Elina yang terus saja diam. Langkah selanjutnya memegang tangan sang putri yang lalu dipaksa duduk disebelahnya dengan sedikit kasar, hingga Elina sendiri mendesis. Terdengar sampai rungu Taehyung.

"Anda bilang otak dingin, setelah semua teror yang Anda lakukan pada keluargaku. Menarik." Lenguhan penuh ketidaksukaan berhasil lolos dari bibir Taehyung yang memijat pelipisnya mulai kesal. "Katakan janji apa yang ayahku berikan?"

Pria yang tak kalah gagah dihadapan Taehyung terseyum. "Dulu, kami selalu bersama sampai dewasa. Mendapatkan didikan baik dari masing-masing keluarga, tidak ada sengketa. Sampai kabar baik soal kelahiran anakku dan ayahmu membuatnya rumit." Fanucci menghela napas dahulu sambil mengambil tangan Elina untuk digenggam, "Kami sepakat menikahkan kalian demi bersatunya Keluarga Vencentio, sang penguasa hukum negara pun beraset luar biasa, dengan Keluarga Fanucci, sang dewa dari lorong kegelapan. Penguasa ekonomi."

Speak Softly, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang