[14] All The Scars are Open

161 21 1
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Kacanya dipecahkan penuh luapan marah.

Penuh gusar dan amukan yang tergambar dari perilaku Taehyung saat ini. Beberapa waktu setelah berhasil menidurkan Ale dalam dekapannya, pria itu kembali pada ruangan yang sudah sangat lama terkunci tanpa digunakan lagi.

Ruangan minimalis yang sudah bersih dari pecahan terakhir kali, namun tadi ia sudah menyuruh diisi benda kaca untuk melepas semua beban agar tidak menyakiti Ale. Kembalilah seorang Kim Taehyung pada kebiasaan lamanya, menyurai rambut yang dipenuhi keringat dengan frustasi.

Sejenak ia menunduk guna menyapa darah yang terlumur di tangannya penuh luka, sudut bibir itu ditarik kecil. "Bodoh. Sialan. Keparat memang. Penjahat," umpatnya kecil dan gerakan detik selanjutnya sukses menyisakan suara pecahan lain.

Lihat cairan kental dengan anyir bau yang mengendap dalam raganya. Taehyung yakin Ale akan sangat kecewa jika tahu suaminya telah balik dengan kebiasaan lama. Saat beban hidup tak mampu dilampiaskan dengan apapun sampai memilih keputusan menyakiti diri.

Taehyung menangis.

Andai ada seseorang yang sedang melihatnya sekarang, sudah dipastikan ia akan memberikan banyak tissu karena derai air mata sang pria yang membanjiri wajah tampannya.

Taehyung benci atas penyesalannya yang tak kunjung surut. Meninggalkan Ale bukanlah pilihan terbaik, tapi ia tetap harus mencari tahu siapa dibalik serangan malam itu agar tidak terulang atau bahkan lebih parah lagi. Ini hal serius yang harus digali. Benci sekali pada dirinya yang tidak ada kala sang istri menempuh semuanya sendiri.

Ia selalu benci kehilangan hal berharga dalam hidupnya, dan sekali lagi itu terulang dengan sangat menyakitkan. Bukti bahwa setelah pulang tadi Ale tidak banyak berbicara, atau sekadar melakukan hal menyenangkan seperti biasa. Meminta Taehyung untuk mengurus Mary terlebih dahulu, lalu malamnya Ale sudah bisa tersenyum samar.

Sialnya, besok akan mendatangi pertemuan para Don di gedung kasino baru si Carmello brengsek itu.

Taehyung sudah tahu siapa Philip Carmello dalam hidup Ale. Informasi dari orang-orang yang pernah berinteraksi langsung dengan mereka di Roma. Soal jalinan kasih yang keduanya jalin dengan sangat romantis, hingga suatu masa Ale harus diam-diam meninggalkan Carmello ke Korea Selatan.

Menapaki kehidupan bersama ayahnya yang sudah tertidur nyaman selamanya. Turut berduka atas kehilangan banyak nyawa yang berharga dalam hidup sungguh menyiksa bukan main.

Taehyung melangkah pada wastafel di kamar utamanya. Masih sempat mengambil kesempatan melirik pada Ale yang tertidur nyenyak dalam bungkusan selimut besar di tubuhnya. Lalu berdiri di depan wastafel dengan tangan bergerak membasuh sisa darah yang ada. Sedikit mendesah sakit menahan denyut ngilunya.

Speak Softly, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang