Doyoung tersenyum dari jauh saat melihat sang kakak tengah menonton tv bersama Jihoon bahkan sesekali Junkyu tertawa.
"Makasih ya kak Jihoon udah mau nemenin kak Junkyu" bathin Doyoung.
"Hoon aku mau tidur" pinta Junkyu.
"Iya sayang" sahut Jihoon "tapi kamu minum obat dulu ya" sambung Jihoon.
Junkyu mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Tanpa di duga Jihoon gendong Junkyu sampe reflek doi ngalungin tangannya ke leher Jihoon.
"Aku bisa jalan Hoon" protes Junkyu.
"Biar gak cape" kata Jihoon berjalan menuju kamar Junkyu.
Doyoung buru buru masuk kamar lagi takut kegep lagi ngintip kebetulan kamar kakak adik itu sebelahan.
Setelah dia rasa Jihoon dan Junkyu gak ada Doyoung keluar kamar lagi mengintip di celah pintu kamar Junkyu yang sedikit terbuka.
"Sampai kapan kamu sembunyikan penyakit kamu dari Doyoung?" Jihoon mengusap puncak kepala Junkyu yang telah berbaring tak lupa sebelumnya Junkyu udah minum obat terlebih dahulu.
"Aku belum siap Hoon" Junkyu lirih.
Jihoon menghela nafas "sayang, kanker kamu udah stadium akhir. Apa kamu gak mikir kalau Doyoung bakal curiga atau bahkan nyari tahu sendiri kenapa kamu sering bolak balik rumah sakit" Junkyu terdiam mendengar penuturan pacarnya itu.
Junkyu kembali duduk dan Jihoon ikut duduk di atas ranjang setelah sebelumnya duduk di kursi.
Jihoon menarik Junkyu dalam pelukannya menenangkan sang pacar yang terisak.
"Aku gak tahu gimana jadinya kalau Doyoung hidup sendiri. Dia begitu sakit saat ayah dan bunda pergi" Junkyu sesegukan dan Jihoon masih setia memeluknya "aku gak bisa bayangin kalau nanti Doyoung menangisi jasad aku Hoon" Junkyu nangis makin kenceng.
"Saran aku mending kamu bilang ke Doyoung tentang keadaan kamu sebelum dia tahu dari orang lain" Jihoon berucap masih dalam posisi yang sama.
"Hiks..hiks..." Jihoon dan Junkyu merasa ada suara isakan lain.
"Doyoung!" Pekik Junkyu lemah meleoaskan dirinya dari pelukan Jihoon.
Doyoung diem masih dalam keadaan menangis.
"Ma-maafin kakak" lirih Junkyu.
Doyoung makin nangis kemudian lari dari kamar Junkyu.
"Doyoung tunggu!" Teriak Junkyu dengan suara parau menyibakan selimutnya hendak mengejar Doyoung.
"Sayang jangan! Biarkan Doyoung sendiri dulu" tahan Jihoon membuat Junkyu pasrah dan menuruti perintah Jihoon.
Tak lama Junghwan datang menghampiri Junkyu yang menangis sedang di tenangkan oleh Jihoon.
"Kak Doy kenapa dah? Dia mewek sambil lari barusan" kata Junghwan menyimpan beberapa potongan buah ke atas nakas dekat ranjang Junkyu.
"Lo kejar dia cepet!" Perintah Jihoon dengan panik.
"I-iya" Junghwan langsung lari ngejar Doyoung. Sial sekali Junghwan kehilangan jejak kini dia lagi celingukan gak jelas.
Hasil celingak celinguk gak sia sia akhirnya Junghwan menemukan Doyoug sedang berlutut di atas rerumputan.
"Kak Doy" Junghwan perlahan menghampiri Doyoung.
Doyoung noleh matanya sembab banget karena kebanyakan nangis.
"Lo mau apa?" Dalam keadaan menangis Doyoung masih bisa bentak Junghwan.
Junghwan menelan kuat salivanya "a-ayo balik kak. Kasihan kak Junkyu"
Doyoung menghapus jejak air matanya berjalan perlahan menghampiri Junghwan.
"Lo tahu tentang penyakit kak Junkyu?" Doyoung lirih.
Junghwan malah nunduk dia gak tahu harus jawab apa.
"Jawab Junghwan!!!! Lo tahu kan? Kenapa lo gak bilang sama gue!" Teriak Doyoung depan muka Junghwan sambil menggoncang goncangkan tubuh Junghwan.
"Maafin fue kak" cicit Junghwan.
Doyoung melepas cengkraman tangannya pada lengan sepupunya itu "lo gak ada bedanya kaya kak Junkyu dan kak Jihoon! Kalian semua jahat!!! Kalian semua nganggap gue apa sih!" Doyoung nangis makin kenceng.
"Kak lo mau kemana!" Teriak Junghwan melihat Doyoung lari.
"Aduh gue harus gimana nih?" Junghwan panik.
Sepersekian detik dia ada ide untuk nelfon Jaehyuk.
Jaehyuk memeluk Doyoung yang sedang terisak "jangan nangis kakak disini"
Doyoung melepas kasar pelukan Jaehyuk menatap Jaehyuk dengan mata sembabnya.
"Jangan bilang kalau kakak juga tahu penyakitnya kak Junkyu" lirih Doyoung.
Jaehyuk sedikit terkejut kini dia faham kenapa Doyoung kabur malam malam sambil nangis.
"Keparat napa Junghwan gak bilang kalau Doyoung udah tahu penyakit kakaknya" bathin Jaehyuk.
"Kenapa kakak diem?" Doyoung kembali meneteskan air matanya.
Jaehyuk menggenggam kedua tangan Doyoung "kakak minta maaf"
Doyoung menepis tangan Jaehyuk "ternyata kalian semua bener bener jahat!"
Jaehyuk sigap menahan Doyoung yang hendak kabur dengan cepat kembali memeluk Doyoung dengan erat agar dia tak bisa kabur.
"Percayalah kakak kamu sebenernya gak jahat hanya gak ingin kamu sedih Doy" Jaehyuk terus memeluk Doyoung yang tengah meronta ingin melepas pelukannya sayangnya tenaga Doyoung tak cukup kuat.
"Dia menganggap kamu berharga hingga tak ingin air mata setetespun jatuh dari pelupuk mata kamu" Doyoung berhenti meronta.
Jaehyuk melepas perlahan pelukannya menghapus air mata Doyoung.
"Sekarang kamu nangis kaya gini apa yakin kalau kakak kamu gak lagi nangis juga mikirin kamu? Apa kamu gak berfikir kalau kakak kamu mungkin sekarang lagi merasa bersalah?" Oceh Jaehyuk mengusap lembut kepala Doyoung yang hanya diam.
"Kakak kamu cuma gak ingin kamu kefikiran namun cara dia salah. Kakak yakin kak Junkyu udah mikir bolak balik tentang ini" sambung Jaehyuk.
"Aku salah ya kak?" Suara Doyoung serak akibat kebanyakan nangis.
Jaehyuk tersenyum "kamu gak salah. Wajar kalau kamu kecewa tapi percayalah gak ada kakak yang bermaksud berbohong pada adiknya kecuali memang dia merasa harus melakukan itu"
Doyoung diam menatap lurus ke depan fikirannya melayang kemana mana. Dia ingin pulang tapi malu ketemu Junkyu dan yang lain terlebih dia terlanjur bilang kalau mereka semua jahat.
"Kak Jae" Doyoung nunduk memainkan ujung kemejanya.
"Hmm" Jaehyuk noleh ke arah Doyoung.
"Aku nginep di rumah kakak malam ini boleh ya?" Pinta Doyoung menatap Jaehyuk dengan tatapan memelas.
Jaehyuk bukannya merasa kasihan tapi malah gemes pengen nyubit pipi gembilnya.
"Ya udah yuk kita pulang!" Ajak Jaehyuk merangkul pundak Doyoung
Double up lho...... jangan beranjak dulu ya yok geser.....
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
Fanfiction"kamu lagi marahan ya sama Haruto?" - Jaehyuk "aku udah lama putus sama dia kak" - Doyoung