Perkampungan Jin Muslim

187 26 4
                                    

#Legenda

Kisah Warga – Sumber Mata Air yang Takkan Pernah Habis.

....

Ke-kenapa... berat!
Kepalaku sangat berat!
Aku tidak kuat!

Braakk!

Setelah aku melihat sosok pocong yang ada di depan rumah kakak, kepalaku semakin sakit. Aku tidak kuat menangkap energi yang ada dari makhluk tersebut.

Energinya terlalu besar, juga tidak bisa aku pahami. Aku tidak tahu sebenarnya makhluk apa itu tadi. Aku hanya bisa merasakan kalau tubuhku saat ini sangatlah lemas.

"Ah, sudahlah, ini kan sudah waktunya tidur!"

01.42 wib, waktunya tidur.

____________

"Mimpi Yang Panjang"

Wsshh... suara desiran angin.

Tempat ini, sunyi sekali.

Terakhir kali kuingat, tadi masih sekitar pukul 01.42 wib. Sepertinya aku sudah terlalu lemah dalam menahan diri agar tidak berkomunikasi dengan "mereka". Hingga pada akhirnya, aku tak bisa lagi menolak untuk berkomunikasi dengan "mereka".

Tetapi, komunikasi yang dialami kali ini justru terjadi di alam yang berbeda. Sepertinya, aku sudah terbawa ke dalam dunia "mereka". Dunia yang begitu hampa.

"Aduhh... merepotkan saja. Udah berapa kali aku kayak gini sejak umurku 19 tahun -_-" gumamku sendiri.

"Kalau kayak gini terus, aku gaakan pernah ngerasain lagi gimana rasanya tidur nyenyak," pikirku.

Ada banyak sekali kejadian yang sebenarnya sudah terjadi dalam hidupku. Entah ini mimpi, atau memang nyata dialami oleh batinku. Kadang-kadang, pengalaman perjalanan spiritual ini seperti mimpi yang panjang. Dimana semua mimpi ini alur kejadiannya benar-benar kuingat dengan jelas. Tidak seperti mimpi biasa yang ketika terbangun akan terlupa. Rasanya, seperti sukma yang sedang menjelajah waktu ke masa lalu atau dimensi lain.

Di tempat yang aku kunjungi kali ini, aku melihat suatu aktivitas dan kejadian yang sama seperti di alam manusia. Hanya saja, wujud mereka semua tak sama seperti manusia pada umumnya. Tak ada satupun dari mereka yang menapakkan kakinya di tanah. Dengan kata lain, mereka semua melayang, melangkahkan kaki tanpa menginjak tanah.

Latarnya, seperti aku sedang berada di sebuah pedesaan di jaman dahulu kala. Wilayahnya tidak begitu luas. Anehnya, mimpi yang panjang ini sama sekali tidak pernah hilang dari ingatanku, dan aku mengingat betul semua detail kejadiannya.

"Selamat datang," sapa salah seorang penduduknya kepadaku.

Aku tidak menjawab, aku hanya terdiam menatapnya karena bingung. Kupikir, aku tidak perlu menjawabnya karna aku sedang bermimpi. Tapi kalau aku bermimpi, kenapa aku cukup sadar?

Aku tidak tahu saat ini siang atau malam karena menurutku tempat ini tidak ada bedanya baik siang ataupun malam. Tempat ini tidak bercahaya. Hanya sebuah wilayah kecil yang padat penduduk dengan udara yang terasa hampa. Mungkin jika digambarkan di alam manusia, perkampungan ini tidak lebih besar dari sebuah rumah. Tapi Tuhan memang Maha Kuasa, tempat seperti ini saja bisa dipadati oleh ratusan orang.

Satu per satu dari mereka menjalankan aktivitasnya masing-masing tanpa menghiraukan kehadiranku, kecuali bapak-bapak yang ada di hadapanku saat ini. Yang menyapaku dengan ucapan selamat datang. Aneh sekali!

"Assalamu'alaikum," sapanya sekali lagi.

"Ah, iya. Wa'alaikumsalam." Aku baru tersadar, ternyata perkampungan ini diisi oleh jin muslim. Kalau begitu, sepertinya aku tidak perlu khawatir karna ajaran kita sama.

Indigo Crystal 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang