"Teka-Teki Bayangan"
Ada banyak sekali kejanggalan yang aku rasakan selama aku bekerja. Kurasa, aku mulai paham dengan situasi di kantorku. Situasinya, semakin ramai dipenuhi oleh energi negatif.
Walaupun punggungku masih terasa berat, tidak mungkin aku hanya terus berdiam diri menahan rasa sakit yang kurasakan selama satu minggu kemarin. Hidup harus tetap berjalan. Dan aku memutuskan untuk kembali bekerja, walau "terluka" secara batin.
Bismillah.
"Nayshi... udah sehat?" sapa Bu Ageng di pagi hari.
"Alhamdulillah bu," senyumku merekah di hari pertama aku kembali bekerja setelah sakit hampir satu bulan.
Pagi ini aku kembali mengerjakan apa yang sudah menjadi tanggung jawabku, walaupun agak-agaknya aku sedikit lupa apa yang harus kukerjakan terlebih dahulu.
"Ternyata beberapa pegawainya sudah berganti sekarang, pasti karena kontraknya yang tidak diperpanjang lagi," pikirku.
Rasanya, suasana saat ini lebih tenang dibanding sebelumnya. Tak tau juga mengapa.
"Pagi, Teh," sapa seorang pegawai baru.
"Pagi," balasku sambil tersenyum."
_____
Satu minggu telah berlalu, dan entah kenapa bekerja di tempat ini rasanya tetap sangat berat. Padahal, beban kerja yang diberikan tidaklah seberat yang dikira. Hanya saja, jika sedang ada suatu event tertentu, kami bisa lembur hingga larut malam. Dan jika event telah selesai, aku masih tetap akan lembur untuk mengedit video.
Juga ...
Entah masalah apa yang sebenarnya terjadi sebelum aku hadir di tempat ini. Satu hal yang kutahu saat ini adalah ... ada banyak sekali orang yang merasa kecewa dan sakit hati karena Bu Ageng. Entah apa penyebab dari semua ini, Abah penunggu bangunan kantor ini pernah bilang padaku,
"Neng, jujur aja, Abah tuh sayang sama Neng Nayshi. Abah seneng bisa ketemu Neng Nayshi di tempat ini, tapi yang hati-hati ya kerja disini.
"Pokoknya Neng Nayshi bakal Abah jagain selama Neng kerja disini. Abah doain semoga Neng bisa dapet tempat kerja yang lebih baik. Jangan berhenti disini, ya.
"Jujur Neng, Abah mah gak percaya sama Ibu Ageng, Mba Ayu, dan semua yang kerja disini, kecuali sama Neng Nayshi sekarang. Gaada yang bisa dipercaya Neng disini mah," jelas Abah padaku di mushola, saat aku menyempatkan shalat duha sebelum memulai pekerjaanku.
"Abah, makasih udah ngingetin Nayshi dan jagain Nayshi. Tapi punten, Bah, Mba Aluna teh kakak kandung saya," jelasku.
"Ohh, Neng Aluna teh kakaknya Neng Nayshi? Yaudah atuh berarti Abah juga harus jagain Neng Aluna biar ga kenapa-napa selama kerja disini."
"Iya, Bah, permisi, tapi Mba Ayu sama Bu Ageng juga baik banget sama Nayshi, boleh gak Nayshi cerita soal Abah?" tanyaku hati-hati.
"Jangan Neng, cerita aja seperlunya. Apa yang Neng Nayshi tau soal kantor ini, gak usah cerita sama Mba Ayu, soalnya Abah gak percaya," pesan Abah padaku.
"Oh iya atuh, tapi Abah jangan ganggu karyawan disini ya," kataku.
"Abah mah gak pernah ganggu, Neng. Da yang selama ini suka ganggu mah justru manusianya. Da yang disini mah gaakan ganggu kalo manusianya gak ngusik.
"Ya memang, jujur Abah pernah buat masalah kecil disini. Bikin karyawan disini akhirnya keluar atau dikeluarin, tapi maksud Abah teh baik," jelasnya.
"Baik gimana, Bah? masa niatnya baik tapi sampe karyawannya dimarahin dan dikeluarin?" heranku.
"Gini, Neng. Orang-orang yang kerja disini teh aslinya orang-orang baik. Kalau memang ada tempat yang lebih baik dan lebih pantes buat mereka, Abah buatin masalah biar dia keluar dari lingkaran ini. Demi kebaikan mereka juga Neng, supaya pada akhirnya mereka bener-bener mencari tempat lain yang lebih baik. Da Abah teh sayang sama semuanya, tapi ya beginilah cara Abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 3
Paranormal2021 - Ngaji Roso Sejatinya Guru Cerita ini ku tuliskan setelah aku melewati begitu banyak perjalanan yang bermakna dalam hidupku. Perjalanan yang diselimuti oleh keabu-abuan rasa lelah, bimbang, bingung, tak percaya, dan hampir saja putus asa, pada...