Menapaki Dunia Kerja (1)

125 21 1
                                    

Riuhnya Dua Alam yang Saling Memiliki Kepentingan Masing-Masing.

••••

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja, di sebuah perusahaan yang tak jauh dari kampusku sebelumnya.

"Selamat pagi," sapaku pada seorang satpam yang kemudian dibalas dengan sapaan selamat pagi juga.

"Hmm ... belum ada siapa-siapa ternyata," batinku.

"Pagi, maaf mau cari siapa?" tanya seorang OB saat aku masuk ke dalam ruangan.

"Saya pegawai baru, pak," jawabku sopan.

"Oh... pegawai baru. Kenalkan, nama saya Iwan. Saya OB disini," kenalnya.

"Oh, iya. Saya Nayshi, pak," balasku ramah.

Setelahnya, kami sedikit berbincang, dan beberapa menit kemudian aku pun kembali sendirian di dalam ruang ber-AC yang cukup luas ini.

Rasanya, seperti ada yang memperhatikan dan mengawasiku. Rasanya juga, seperti aku sedang dibicarakan oleh para makhluk tak kasat mata karena mereka yang penasaran denganku.

"Salamu'alaikum salam. Permisi semuanya, maaf kalau mengganggu. Saya Nayshi, pegawai baru disini. Niat saya datang kesini hanya untuk bekerja. Semoga kita bisa hidup selaras, aku dengan aktivitasku, dan kalian dengan aktivitas kalian ya," ucapku dalam hati sambil memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.

Beberapa dari "mereka" ada yang terlihat ramah, ada yang terlihat cuek-cuek saja, ada yang terlihat menantangku, ada pula yang memperlihatkan ekspresi ketidaksukaannya dengan hadirnya aku di kantor ini –seolah kehadiranku ini mengancamnya.

"Hhhh... kantor ini ramai sekali dihuni oleh para makhluk tak kasat mata," pikirku gelisah.

                                         _____
                                       

Beberapa hari telah berlalu, aku mulai terbiasa dengan lingkungan dan juga pekerjaanku. Semua orang yang kukenal di tempat ini sangatlah baik. Pekerjaan pun tidak ada yang membebani pikiran ataupun tenaga. Sama sekali tidak ada sesuatu yang membuatku lelah. Semuanya sungguh masih dibatas wajar.

"Awal yang baik," gumamku.

"Nayshi, gimana?" sapa ibu BM, kepala cabang kami.

"Nay, kerja disini dibawa santai aja, gausah dijadiin beban. Sambil jalan sambil belajar, ya. Nayshi bisa belajar sama Mba Aluna, juga Mba Ayu di operasional ini. Kalau ada ide ataupun masukan, langsung sampaikan aja ke saya atau ke Mba Aluna ya," jelas Bu Ageng, BM kami, dengan sangat ramah.

"Iya, siap bu. Makasih bu," jawabku yang masih sedikit malu-malu.

Kembali aku melanjutkan pekerjaanku. Tapi setelah dipikir-pikir, sudah beberapa hari kerja di tempat ini, aku sulit sekali untuk fokus. Meskipun pekerjaan dan lingkunganku ini sangat baik, rasanya tetap saja ada yang berbeda. Hmm, sepertinya itu hanya perasaanku saja. Dimana pun tempatnya, aku memang akan selalu merasakan hal yang berbeda, "perihal dua dimensi yang saling berdampingan, atau bahkan berbenturan".

"Nay, Lun, udah beres? kalau udah kita siapin untuk jumat berkah besok yuk," ajak Mba Ayu.

"Aku belum beres. Sama Nayshi dulu aja, ya," jawab Mba Aluna, dia kakakku.

Sore itu, Kak Luna merasa tidak enak badan. Sejak pagi, entah kenapa ia merasa kedinginan. Beberapa kali ia harus bolak-balik keluar ruangan untuk berjemur menghangatkan badan. Tapi kadang-kadang, hawa ruangan kantor ini juga bisa mendadak panas dan sesak walaupun AC sudah dinyalakan. Memang kantor ini sangatlah ramai dam sulit ditebak situasinya.

"Aduhh... berat lagi punggung aku," keluh Kak Luna.

"Kenapa kak, dari pagi nyebut gaenak badan mulu. Minum obat atuh, masuk angin kali kak," kataku.

"Kayaknya Luna kecapean deh. Aku juga sering gitu Nay selama kerja disini, sering banget tiba-tiba punggung berat, terus hawanya ngantuk banget. Kenapa ya Nay? Apa jangan-jangan penghuni disini tuh gasuka sama aku atau gimana?" tanya Mba Ayu.

Kebetulan, Bu Ageng dan Mba Ayu sudah tahu kalau aku ini indigo. Sebelumnya mereka tahu dari Kak Luna yang kadang-kadang mempromosikan wattpad-ku. Dan Mba Ayu juga sudah membaca beberapa kisah indigo crystalku.

"Gapapa mba Ayu. Lagipula, disini memang banyak banget penghuninya. Tapi, ya mereka semua gak ganggu kok," jelasku.

"Dulu, katanya, di belakang itu ada kakek-kakek. Sebelumnya ada karyawan yang 'bisa' juga kayak Nayshi, terus katanya sempet komunikasi sama penghuni yang di deket pohon itu. Nayshi udah pernah liat?" kata Mba Ayu.

"Nayshi taunya yang si tempat wudhu mba. Tiap Nayshi ke mushola, hawanya adem banget," jawabku.

"Oh, kalo di tempat wudhu itu, jadi dulu ada sumur tuanya gitu, Nay. Katanya disitu ada penunggunya. Sumurnya itu kan gak boleh dirubah, jadi cuma boleh ditutupin aja," jelas Mba Ayu.

"Oh iya, mba. Itu penunggunya si Abah. Sosoknya baik. Dari awal kerja, Abah udah pesen sama Nayshi, pokoknya kalau kerja disini jangan berlebihan. Seneng secukupnya, sedih secukupnya, jangan sampe kebablasan aja.

"Disini tempatnya memang banyak banget penghuninya, mba. Ada yang positif, ada juga yang negatif. Jadi ya memang iman kita yang harus kuat, supaya gak gampang terpengaruhi oleh hal-hal negatif yang bisa menjerumuskan diri kita sendiri," kataku.

"Oiya, mba Ayu jadi inget. Dulu, marketing disini pernah cerita banyak banget tentang hal-hal gaib. Katanya disini tuh ada yang membahayakan, terus dia sering kasih tau disini ada apa, disitu ada apa, jadi kadang mba Ayu tuh yang tadinya gamau tau, jadinya kepikiran, Nay," cerita Mba Ayu sambil menyiapkan bingkisan jumat berkah.

"Ohh.. hal-hal gaib kayak gini seharusnya jangan diceritain sih, mba. Karna kalau diceritain takutnya mereka semua jadi merasa terganggu, dan jadinya malah tersinggung lalu bisa jadi menghambat pekerjaan kita, kayak kitanya jadi susah fokus juga," jelasku lagi.

"Bener, Nay. Mba Ayu tuh kerja disini susah banget fokus. Kadang ada aja yang bikin kesel, yang bikin gak karuan, dan lain-lain, jadi kerjaan tuh rasanya gak beres-beres. Mood-nya cepet banget berubah." Ceritanya lagi.

"Tuh, Nay, kita cerita kayak gini aja pundak aku langsung tiba-tiba berat" keluhnya.

"Sama mba. Nayshi juga tiba-tiba lemes dan lehernya berat," kataku yang tiba-tiba merasa sakit.

"Eh, udah jam 5 ini. Kamu gak pulang, Nay?" tanya Kak Luna.

"Kerja disini mah waktunya pulang malah rame, Nay. Pada betah, jam pulang malah baru pada sibuk," terang Mba Ayu sambil tertawa.

"Iya, nih masih betah. Nanti dulu deh pulangnya," jawabku.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.05 wib, dan aku masih di kantor bersama Mba Ayu, kak Luna, Kak Fabian, dan pegawai lainnya. Masih dengan sedikit membereskan bingkisan jumat berkah untuk dibagikan esok hari, sambil sedikit berbincang-bincang.

Perasaanku cukup aneh sekali sore ini. Aku merasa benar-benar seperti diawasi oleh makhluk-makhluk tinggi besar yang ada di kantor. Ada apa sebenarnya, aku benar-benar tidak tahu-menahu tentang keadaan kantorku yang sebenarnya. Yang aku tahu saat ini hanyalah ....

"Kantor ini benar-benar ramai, bahkan lebih ramai dari sekadar pasar gaib. Ini benar-benar menguras energiku. Dan semakin hari, aku semakin merasakan kejanggalan. Kadang-kadang, aku merasakan kesakitan dan juga kesedihan yang mendalam, yang entah darimana datangnya semua perasaan itu.

Ada banyak hal yang tiba-tiba menyesakkan. Ada banyak makhluk yang terus mendekat karna ingin meminta tolong. Ada banyak pula makhluk yang ingin coba merasuki tubuhku ini untuk menyampaikan cerita.

Sungguh, jika terus seperti ini, aku akan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaanku."

                                    _______

Indigo Crystal 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang