Ini adalah bulan kedua aku bekerja di rumah sakit. Aku bekerja di unit Laboratorium, dan kebetulan, minggu ini aku kedapatan jadwal shift siang yang jam kerjanya dimulai dari jam 14.00 s.d 21.00 wib.
“Hhh... alhamdulillah aman,” batinku. Aman dari keramaian pasien dan juga makhluk tak kasat mata.
"Nay, ke bawah yuk ambil makan," ajak temanku Rena.
"Nitip dong Nay, da baik...." ucap teman-temanku yang lain.
Sore itu, sekitar jam 17.00 aku dan Rena pergi menuju kantin karyawan yang ada di basement untuk mengambil jatah makan sore karyawan.
Jujur saja, pergi ke basement adalah hal yang paling aku hindari. Seringnnya, aku yang selalu minta tolong kepada temanku untuk sekalian titip ambilkan makan siang atau makan sore untukku.
Ohya, teman-teman kerjaku sudah tau kalau aku ini indigo. Dan alhamdulillah sekali, tidak ada satupun dari teman-temanku ini yang memanfaatkan kemampuanku.
Mereka semua paham kalau setiap orang memiliki kurang dan lebihnya masing-masing. Kalaupun ada sesuatu, teman-temanku lebih mengajak sharing dan bercerita tentang hal-hal yang belum pernah diketahui. Jadi, aku merasa sangat nyaman bekerja disini. Alhamdulillah.
"Permisi a, kita mau ambil makan," ucap Rena kepada petugas DFS yang menyediakan makan untuk karyawan.
"Siap teh," jawabnya.
"Nay, gausah liat kemana-mana deh," tegur Rena sambil berbisik cemas.
"Haha maaf maaf, Ren."
"Pasti ada sesuatu kan?" bisik Rena.
"You knowlah, Ren" jawabku.
Sambil menunggu makan sore kami disiapkan, aku sedikit kepo dengan suasana kantin karyawan. Sudah lama sekali aku tidak makan di kantin ini. Terakhir aku duduk disini sepertinya pada saat training karyawan bulan lalu.
Kau tau? Meskipun kantin ini terlihat bersih dan sepi, tetap saja penglihatanku berbeda. Aku melihat kantin ini seperti gudang yang dipenuhi oleh kuntilanak. Kuntilanaknya pun ada beragam versi. Ada yang normal, ada yang merayap di lantai, ada yang merayap di dinding, ada yang lidahnya menjulur panjang, ada yang hitam, ada yang merah, dan ada yang biru lebam. Ramai sekali, bukan? Oh, jangan-jangan, kantin ini memang tempat perkumpulan kuntilanak.
"Hayu Nay," ajak Rena ketika makanan kami sudah siap.
“Nay, kalo kamu laper, kamu langsung istirahat duluan aja," ucap a Yuza kepadaku sesampainya aku di Lab.
"Nanti a, aku sekalian sholat magrib aja. A Yuza duluan aja," jawabku.
"Hoo, yasudah kalo gitu. Tapi aku mau buat kopi dulu ah di ruang Lab PA (Patologi Anatomi)" pamitnya.
"Yakin ke Lab PA sendirian?" isengku.
"Tolonglah, Nay. Tadi aku gak kepikiran apa-apa, kamu gituin malah jadi merinding," keluh a Yuza.
"Loh, aku kan cuma nanya wkwk," ucapku tanpa dosa.
"Haaaiiii" tiba-tiba saja Daffa datang. Daffa adalah perawat ruang bedah yang biasa mengantarkan sampel jaringan pasien hasil operasi.
"Nah, kebetulan ada Daffa. Ayo daf," ajak a Yuza.
"Ayo apaan? baru juga dateng udah ayo ayo aja. Teh Nayshi, ini formulir PA. Tolong inputin ya teh keburu tutup billing. Ada 10 pasien yang operasi, makasih teh," kata Daffa.
"Nah, sampel pasiennya harus kamu simpen ke ruang Lab PA, kan? Yaudah ayo, aku temenin. Selagi aku baik nih," ucap a Yuza.
"Beneran? Yaudah yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 3
Paranormal2021 - Ngaji Roso Sejatinya Guru Cerita ini ku tuliskan setelah aku melewati begitu banyak perjalanan yang bermakna dalam hidupku. Perjalanan yang diselimuti oleh keabu-abuan rasa lelah, bimbang, bingung, tak percaya, dan hampir saja putus asa, pada...