Gedung Lama RS

46 5 2
                                    

Saat ini, rumah sakit tempatku bekerja memiliki total 4 gedung yang beroperasi. Satu gedung utama/pusat dengan 8 lantai, satu gedung cancer dengan 7 lantai, dan ada dua gedung 5 lantai yang kudengar sudah hampir 5 tahun ini tidak difungsikan selain sebagai gedung isolasi pasien covid-19 di masa itu. 

Karna sekarang covid-19 sudah tidak seperti dulu dan rumah sakit tempatku bekerja statusnya sudah menjadi rumah sakit rujukan kelas A, maka kami membuka semua gedung untuk difungsikan secara maksimal karena semakin banyaknya pasien yang perlu ditangani dari berbagai daerah di Jawa Barat. 

Waktu itu, ruangan IGD diperbesar, bangunan di renovasi, dan ruang rawat inap semakin bertambah banyak dibuka. Karna semakin hari pasien terus bertambah, akhirnya direktur pun memutuskan untuk membuka Lab cabang di gedung D agar pemeriksaan tidak terlalu menumpuk di Lab Utama. Kebetulan, gedung D adalah gedung paling ujung yang sudah hampir 5 tahung kosong.

Dan tanpa aba-aba, Lab yang direncanakan pun akhirnya rampung dan telah siap beroperasi di Desember 2022 lalu.

Setelah satu bulan sebelumnya kami telah melaksanakan training untuk melakukan pelayanan di laboratorium cabang tersebut, akhirnya besok adalah giliranku untuk melaksanakan uji coba sebagai staf laboratorium disana, sekaligus mengecek apa-apa saja yang masih kurang.

"Nayshi, besok dinas pagi seperti biasa ya jam 7, tapi ke gedung utama dulu karna kuncinya masih saya pegang," pesan whatsapp dari kepala sub unit.

Dengan perasaan khawatir, aku mulai memikirkan bagaimana nasibku besok saat berdinas di gedung lama. Pasalnya, dua minggu yang lalu aku sudah diundang untuk mengecek langsung bagaimana kondisi laboratorium baru di gedung lama.

"Gimana, Nay?" tanya teman kerjaku.

"Hm... gimana ya? hehe" jawabku agak ragu.

"Sepertinya aku tahu jawabannya," balasnya sambil melirik ngeri.

Ya, mau bagaimana lagi. Namanya juga bangunan lama yang sudah hampir 5 tahun tidak difungsikan. Tentu saja gedung ini penuh dengan perhantuan. Tidak mungkin tidak, kan. Apalagi ini posisinya terlalu terpencil menurutku. Posisi laboratorium ini berada di lantai dua dan paling pojok. Benar-benar seperti sebuah pengasingan, dimana tidak ada satupun orang yang akan melewati ruang laboratorium ini.

***

07.30 wib.

"Healing." Tiba-tiba saja Arvino mengirimiku pesang singkat saat aku sedang mulai bekerja.

"Kenapa haaaahh? Beneran healing ko, soalnya disini masih gabut belum banyak kerjaan," jawabku.

"Bener? Asik dong ga banyak kerjaan. Tapi hati-hati ah bangunan lama," katanya.

"Vino liat deh iniiii, tempatnya juga masih berantakan. Masih gelap. Serem kan, mana depan tangga." Aku pun mengirimkan sebuah foto bagaimana keadaan tempat kerjaku kepada Arvino.

"Emang ada apa disitu?" Tanyanya santai.

"Kunti," balasku.

"Mana, gaada ah," balasnya lagi.

"Ngapain dicari sih pinoott, kan kamu gak liaaatt" balasku gemas.

"Ya siapa tau aja aku juga liat hehehe."

Pagi itu, aku benar-benar sedikit khawatir menghadapi dinas hari pertamaku di gedung lama rumah sakit. Ada banyak sekali hawa tidak enak disana karena laboratorium baru ini difungsikan tanpa aba-aba dan tanpa adanya pengajian atau apapun itu untuk sekedar permisi atau membersihkan dulu ruangan ini dari makhluk-makhluk tak kasat mata yang sudah hampir 5 tahun mendiami bangunan kosong ini.

Hari ini kebetulan aku dinas pagi bersama Kak Ryan dan Putri. Ya, hanya ada kami bertiga yang menghandle lab baru ini sebagai uji coba.

"Teh Nayshi, btw teteh gapapa, kan? Kok daritadi aku liatin kayak gelisah gitu," heran Putri padaku.

Indigo Crystal 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang