Gemuruh Duka & Kehilangan

31 5 0
                                    

Drrttt... drrrttt... handphoneku terus berdering.

Kubuka mataku dan waktu menunjukkan pukul 03.00 wib. Disaat yang bersamaan, ibu membuka pintu kamarku dan menyahutku pelan, lalu diikuti dua kucing kesayanganku memasuki kamar.

"Hmm?" responku setengah mengantuk pada ibu yang tetap berdiri di ambang pintu.

"Sudah jam 03.00," ingatnya.

Lalu aku bergegas bangun untuk segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat, seperti yang ibu ajarkan dan biasa ibu lakukan.

Saat itu, selesai shalat malam, 30 menit menuju waktu subuh, aku masih sempat bermain bersama kedua kucingku di mushola rumahku. Di waktu yang bersamaan juga, mata batinku tiba-tiba saja memberikan sebuah pertanda. Sayangnya, sinyal yang kudapati dari mata batin ini kurang baik.

Waktu itu, aku melihat ada banyak sekali gambaran tentang sesuatu yang akan terjadi. Salah satunya adalah akan terjadinya kecelakaan kendaraan darat dalam waktu dekat ini. Dan yang membuatku tak berdaya adalah kejadian yang tidak dapat dihindari itu akan menimpa orang-orang terdekat yang justru kukenal.

Aku mendapati gambaran tersebut dan melihat bagaimana kondisi orang-orang yang mengalaminya. Entah kenapa rasanya begitu menyesakkan. Aku tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang kulihat ini. Satu-satunya yang dapat kulakukan hanya mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang kusayangi. Semoga musibah tersebut tidak sampai menimpa keluarga, saudara, bahkan teman-teman terdekatku.

Catatan 2024:
"Akan terdengar beberapa kabar tidak baik dari orang-orang terdekat yang ku kenal, entah itu musibah kecelakaan, bahkan hingga kabar duka."

Seperti yang pernah ku alami di masa kuliah lalu, aku juga melihat keadaan diriku sendiri yang akan mengalami sebuah kecelakaan yang bukan kecelakaan ringan. Dan aku melihat sendiri bagaimana keadaanku terjatuh dari sepeda motor.

Sebenarnya, ini adalah sinyal kedua kalinya dimana mata batinku memperingatkan diriku sendiri untuk selalu berhati-hati selama perjalanan, baik berangkat kerja maupun pulang kerja.

Sayangnya, aku tidak mau begitu memikirkan gambaran-gambaran tersebut karena tidak mau terlalu berprasangka buruk. Aku yang biasanya selalu menceritakan setiap gambaran mata batin yang kuterima, saat itu aku justru diam saja. Seolah tidak ada pertanda apapun yang akan terjadi. Tak ada sedikit pun firasat buruk yang kuceritakan pada orang terdekatku.

Entahlah, aku merasa hal ini tidak perlu kuceritakan agar tidak membuat cemas.

"Tapi jujur saja, aku masih saja terlalu takut untuk menyampaikan hal-hal yang belum tentu terjadi. Dadaku sesak, tapi aku tidak menemukan kalimat apa yang pas untuk menyampaikan keresahanku ini."

"Aku resah, dadaku sesak. Aku melihat banyak aura kesedihan dan kehilangan yang akan terjadi di sekitarku. Tapi bagaimana pun juga, hidup harus tetap berjalan sebagaimana mestinya. Apa yang ku ketahui ini jangan sampai membuatku takut dan berhenti melakukan aktivitas dan tanggung jawabku."

....

Masih di hari yang sama setelah kudapati firasat tersebut, paginya aku tetap berpamitan untuk berangkat bekerja.

Waktu sudah menujukkan pukul  06.41 wib dan aku baru berangkat. Padahal jadwal kerjaku jam 07.00 dan jarak rumahku ke tempat kerja sekitar 16 km. Jelas sekali bahwa pagi itu aku akan terlambat meskipun aku sudah bangun sejak jam tiga pagi.

Pagi itu aku tetap bekerja seperti biasa, tapi badanku sudah agak meriang sejak beberapa hari yang lalu. Kupikir, badanku hanya sedikit kecapean karna banyaknya kegiatan yang kulakukan akhir-akhir ini, bahkan aku juga sempat lembur untuk menyelesaikan laporan bulanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indigo Crystal 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang