Setelah satu minggu berdinas di Lab Gedung Lama, ternyata rekan-rekan kerjaku sudah tahu kalau aku sempat muntah-muntah karna tidak enak badan bekerja disana. Sebenarnya aku hanya bilang sekedar masuk angin saja, tapi sepertinya orang-orang di sekitarku kali ini lebih peka dan paham dengan keadaanku tanpa aku bercerita banyak. Jadi, sampai saat ini aku sudah tidak pernah lagi ditempatkan disana selama bekerja.
Ya, bagiku tempat kerjaku kali ini benar-benar yang terbaik dari sisi-Nya. Aku yang sebelumnya mendapatkan banyak kisah pilu dan sulit untuk terbuka dengan orang baru karna takut dengan berbagai penilaian oran lain tentang kemampuanku ini, kini aku menjadi Nayshi yang ceria, apa adanya, dan memiliki banyak cerita untuk didengarkan.
Mereka adalah keluarga keduaku. Mereka memang tidak tahu bagaimana lemahnya aku sebelum ini. Mereka tidak pernah tahu bagaimana aku menangis di kamar karna ketakukan, atau karna mendengar bagaimana aku dibicarakan di belakang. Mereka tidak perlu tahu bagaimana kesulitan yang pernah aku lalui sebelum bertemu mereka, sebab aku hanya ingin bersyukur ditempatkan dan didekatkan dengan orang-orang baik yang menerima segala kurang dan lebihku saat ini.
***
- Rumah pukul 20.00 wib -
"Kak, kakak..." Tiba-tiba seorang anak lelaki memanggilku.
"Siapa? Aku?" Tanyaku heran pada anak tersebut.
"Iya. Kakak." Senyumnya melebar saat menatapku.
"Kamu siapa kenapa bisa sampai di kamarku?" Heranku.
"Aku pasien kakak." Senyuman anak lelaki itu masih saja melebar.
"Kamu umur berapa? Asal kamu dari mana? Nama kamu siapa?" Tanyaku masih heran.
"Aku 10 tahun kak. Namaku Ridho. Aku lupa rumahku dimana hehe," jawabnya.
"Kok bisa lupa?" Masih saja aku heran.
"Aku juga gatau kak, aku tidak ingat jalan pulang ke rumahku," jelasnya.
"Yasudah, biar kubantu doa supaya kamu bisa pulang dengan tenang ya," ucapku lembut.
"Kak, jangan buru-buru. Aku mau cerita dulu sama kakak. Aku tadi siang mau ajak kakak ngobrol di rumah sakit, tapi kakak lagi serius kerja, jadi aku ikutin kakak aja sampe rumah," jelasnya.
"Ada yang mau kamu sampaikan kah?" Tanyaku lembut.
Ia mengangguk pelan, kini raut wajahnya mulai berubah murung.
Sebelum pulang bekerja tadi, aku memang sempat mendengar kabar bahwa ada pasien anak yang meninggal dunia. Kudengar, ia memang sudah lama masuk ICU. Kudengar juga dari perawat yang menanganinya, karna sakitnya yang sudah berada di tingkat stadium 4, kondisi fisik anak ini pun sudah banyak berubah.
Tetapi ia adalah pasien yang sangat baik. Keluarganya pun sangat baik, tidak rewel seperti beberapa pasien lainnya yang menginginkan pelayanan khusus. Waktu ia dirawat di ruang ICU, setiap hari orangtuanya selalu mengajak ia berbicara dengan nada yang sangat lembut, tidak jarang juga mereka mengaji di samping anak tersebut sebagai doa terbaik untuknya. Hingga kudengar tiga hari yang lalu, keadaan anak tersebut pun mulai membaik. Namun setelah itu, takdir berkata lain.
"Kak, aku sayang mamah dan papah," ucapnya sedih.
"Lalu kenapa kamu masih disini? Apa yang membuatmu tertahan?" Tanyaku.
"Kak, aku belum bisa bahagiain mereka. Semasa aku hidup, aku hanya merepotkan kedua orang tuaku. Sedari kecil mereka merawatku dengan penuh kasih sayang. Tapi aku merasa sangat menjadi beban bagi kedua orang tuaku karna mereka juga harus berjuang dengan penyakitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 3
Paranormal2021 - Ngaji Roso Sejatinya Guru Cerita ini ku tuliskan setelah aku melewati begitu banyak perjalanan yang bermakna dalam hidupku. Perjalanan yang diselimuti oleh keabu-abuan rasa lelah, bimbang, bingung, tak percaya, dan hampir saja putus asa, pada...