school (3)

288 39 43
                                    

Warning: long chap and a lot of typos

"Sini, nggak usah sok sok an pengen sendiri, kalau udah jatuh nanti gue yang disalahin" Kata Chandra sambil mengulurkan tangannya, menawarkan pegangan untuk Clarissa yang baru saja berdiri setelah mengenakan sepatu roda nya.

"Ish" Clarissa mendengus dan berpegangan pada pergelangan tangan cowok itu. Hal itu membuat Chandra cemberut karena bukan itu maksud dari uluran tangannya.

"Yuk jalan pelan pelan"

"Chan kita main sepatu roda setiap libur semester kaya gini, lo nggak perlu ngajarin gue" Kata Clarissa yang mulai berjalan perlahan dengan sepatu roda nya.

"Masalahnya kita udah sering main tapi lo nggak bisa bisa, gimana sih lo?"

"Gue mau nyoba main sendiri tapi selalu lo larang, kapan gue bisa nya?"

"Ya iyalah, menurut lo gue mau diomelin sama bibi gara gara lo lecet?"

"Yaudah nggak usah protes kalau gitu" Kata Clarissa sambil cemberut, dan Chandra terkekeh melihat nya.

Bermain sepatu roda sore hari di perumahan rumah Clarissa, sudah menjadi jadwal yang harus ditepati oleh Chandra.

Jadwal ini nggak ada yang menentukan, tapi memang secara tiba tiba aja jadwal ini menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh keduanya.

Bukan setiap hari atau setiap minggu melainkan setiap libur semester, tepatnya setelah mereka selesai berkutat dengan kertas kertas menyebalkan selama satu minggu full, hal yang guru guru sebut sebagai UAS.

Yang berarti agenda sepatu roda ini dilakukan 2x dalam setahun kaya minum obat cacing. Mereka akan bermain di hari pertama libur.

Chandra akan merasa agenda ini berjalan dengan lancar pada saat mereka melaju dengan sepatu roda nya di 50 meter pertama. Seperti biasa, Chandra menguatkan lengannya karena Clarissa berpegangan pada pergelangan tangannya, dan tangan kirinya yang menggenggam erat sebuah botol minum berwarna hitam.

Sesekali terkekeh melihat Clarissa yang kehilangan keseimbangan dan membuatnya merangkul cewek itu walau cuma sebentar.

Ketika Chandra kehabisan topik untuk mengajak cewek itu ngobrol, disinilah ia akan merasa panik karena takut pertanyaan itu akan diajukan oleh Clarissa padanya.

Disaat saat ini Chandra akan mencoba mencari topik baru dengan berkomentar tentang apapun yang dia liat demi menghindari pertanyaan itu. Seperti "liat deh rambut dia kaya aromanis", terima kasih kepada seorang perempuan berambut pink yang melewati mereka dengan motornya.

Atau pertanyaan nyeleneh seperti "semut kalau papasan ngomongin apa sih? Kayanya asik banget" Atau "tikus got sama tikus rumah pernah saling ngejek ngga ya?" Keluar dari mulut Chandra.

"Chan"

Jeng jeng, Chandra panik Chandra panik.

"Lo tau nggak sih kalau tukang tahu kan suka bawa 2 tong gede itu loh yang warna biru, itu kan bisa dilepas pasang, terus gue mikir kalau dia masuk gang terus tong nya nyangkut karena gang nya terlalu sempit, dia nyadar nggak ya kalau tong nya ketinggalan?"

"Nggak tau, Chan gue mau nanya"

"Nanti kalau dia nyadar nya pas udah nyampe rumah gimana? Nanti dia nanya 'loh tahu saya mana?' nanti ada yang jawab 'lah mana saya tahu?' "

"HAHHAHAHA, apaan sih lo sumpah random banget mikirin tukang tahu" Clarissa tertawa sambil memukul lengan Chandra.

Chandra ikut tertawa sampai tawa Clarissa berhenti, dan dia kembali panik.

[2] Metanoia | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang