Sekitar lima belas menit, Arkan dan Kanaya tiba di depan rumah bertingkat dua yang tak lain adalah rumah Kanaya.
Kanaya turun dari motor Arkan. "Makas-"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Arkan sudah lebih dulu melajukan motornya menjauh dari kediaman Kanaya.
Saking kesalnya, Kanaya dengan spontan menaikkan jari tengahnya ke arah Arkan yang hampir tidak terlihat. "Ngeselin banget jadi cowok!"
Kanaya memutar tumitnya dan berjalan menuju pintu rumahnya. Ia masuk dan hal pertama yang dilihatnya adalah Ulla yang sedang menonton televisi dengan santai.
Kanaya tidak bodoh, ia tahu bahwa Ulla adalah anak dari selingkuhan papanya atau bahkan sudah menjadi istri keduanya.
Sakit hati sudah jelas. Namun, tak ada cara lain selain lagi-lagi menahannya.
"Kamu ke sini lagi?" tanya Kanaya kepada Ulla yang sedang menonton kartun di TV.
"Disuruh sama papa, Kak," jawab Ulla tanpa dosa. Entah memang gadis itu tak tahu apa-apa atau dia hanya pura-pura tak tahu. Kanaya hanya merasa kesal karena anak ini dengan santainya keluar masuk rumahnya tanpa memikirkan perasaan bundanya.
"Besok-besok nggak usah datang lagi, ini bukan rumah kamu," ucap Kanaya dengan penekanan yang sangat terdengar jelas.
"Kok, Kak Naya ngomong gitu?" tanya Ulla kecewa.
"Ya, emang kenapa?" Kanaya berusaha untuk tenang.
"Ulla kan cuma ngikutin kata papa," gumam Ulla pelan. Ia takut dengan nada bicara Kanaya yang terdengar sedang marah.
"Kata papa juga kita bersaudara, terus kenapa Ulla nggak boleh datang ke sini?" tanya Ulla dengan air muka polosnya.
Kanaya mengepalkan tangannya kuat. Jadi dugaannya memang benar bahwa papanya sudah memiliki wanita lain.
Marah? tentu saja. Kanaya benar-benar tak habis pikir mengapa ada orang seperti Dirga di dunia ini.
"Udah kamu pulang, pokoknya jangan pernah datang lagi!" tekan Kanaya mengakhiri ucapannya.
Terdengar jahat namun siapa yang akan tahan melihat anak dari wanita yang sudah menghancurkan keluarganya.
Sementara Ulla, mata gadis itu mulai memanas. Melihat itu, Kanaya hanya memutar bola matanya malas, ia tak peduli sama sekali.
Dan seperti sudah direncanakan, pintu rumah Kanaya tiba-tiba terbuka bersamaan dengan pecahnya tangis Ulla. Di ambang pintu terlihat sosok pria paruh baya yang tak lain adalah Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya
Teen Fiction[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] [Cover by pinterest] Kanaya kira, dia bisa menyentuh kebahagiaan. Kanaya kira, rasa sakit yang dia rasakan hanyalah sementara. Kanaya kira, kasih sayang yang ia dapatkan adalah nyata. Ternyata tidak. Sayangnya...