12. Berita Buruk

171 167 429
                                    

Bel pulang berbunyi nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang berbunyi nyaring. Para siswa-siswi SMA Wisteria berhamburan keluar kelas, dan menuju gerbang sekolah.

Namun, sepertinya mereka tak dapat langsung pulang akibat bumi yang sedang menangis sore hari ini. Sama halnya dengan Kanaya, ia menunggu semua orang di kelasnya keluar, baru dia akan pulang.

Jane menoleh ke arah Kanaya yang sedang mengemasi buku-bukunya. "Nay, are you okay?" tanya Jane.

Kanaya tersenyum tipis lalu menjawab, "Udah biasa."

Jane memasang raut prihatin membuat Kanaya terkekeh. "Lo jangan masang muka kek gitu, gue ngerasa jadi orang yang paling menyedihkan," ucap Kanaya.

"Lo, kan, tau gue, masa gue sedih cuma karena hal kecil kayak gitu. Udah biasa juga," lanjut Kanaya berbohong. Itu sama sekali bukanlah hal kecil, kejadian tadi benar-benar melukai hatinya. Tapi, apa boleh buat, Kanaya sudah seperti hama yang dibenci oleh semua orang.

"Ya, tapikan–"

Drt... Drt...

Ponsel Jane tiba-tiba bergetar, membuat ucapannya terhenti. Jane mengangkat telepon yang masuk dan langsung mendengar suara dari seberang sana.

"Hah, kata abang pulangnya besok?"

"..."

"Oh yaudah, aku langsung ke sana." Setelah itu, telepon diputuskan sepihak oleh Jane.

"Kenapa?" tanya Kanaya.

"Abang gue, dia udah tunggu di depan. Padahal dia bilang pekerjaannya selesai besok, eh tau-taunya dia udah pulang tanpa ngabarin gue," jelas Jane dan dibalas anggukan kepala oleh Kanaya.

"Yaudah sana, abang lo lagi nungguin," suruh Kanaya ketika Jane masih saja diam di tempatnya.

"Kok lo nyuruh gue duluan? Ya, lo bareng lah, lagian abang gue bawa mobil kok." Kanaya menggeleng pelan. "Gue tunggu hujan berhenti aja," sahut Kanaya.

"Yaampun Naya... Lo mau sampe kapan nunggu hujan berhenti, bukannya berhenti nih hujan malah makin deras, tuh liat." Jane menunjuk langit yang semakin gelap. Dan, benar saja hujan bertambah deras.

"Ish, lo sih ngomong kayak gitu, hujan bener tambah deras, kan." Kanaya memasang wajah cemberut.

Jane tertawa puas. "Makanya kalau gue ngomong tuh didengerin, hujan aja dengerin gue masa lo enggak," ujar Jane semakin membuat Kanaya bertambah kesal.

Kanaya tidak menyerah. Ia masih terus memikirkan alasan lain. "Lagian ya jalan rumah kita, kan, beda arah. Abang lo pasti capek kalau harus bolak-balik."

"Dih, nggak apa-apa, anjir. Lo kayak ama siapa aja," balas Jane terlihat kecewa.

"Bukannya gitu, Jane, tapi gue cuma nggak mau ngerepotin."

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang