Halo kawan-kawan! Happy 2k readers🥳
Makasih banyak yang udah mau baca cerita ini, dan always support aku. Pokoknya love banyak-banyak💗💗Sekali lagi, maaf baru sempat up sekarang, nunggu mood aja sih, hehe✌️
Sebelum lanjut baca jangan sampai lupa votenya dong. Okey, pasti udah.
Jam menunjukkan pukul setengah delapan, dan Kanaya belum pulang sedari tadi. Ia masih setia menemani bundanya.
Karena sangat lelah, Kanaya tak sadar sudah tertidur cukup lama di samping bundanya. Gadis itu tiba-tiba terbangun dengan raut wajah panik.
"Bunda?" panggil Kanaya pelan. Merasa namanya disebut, Lona lalu mengelus pelan rambut Kanaya. "Bunda nggak kemana-mana, sayang," jawab Lona lembut.
Jujur, Kanaya sangat takut. Ia takut jika ia membuka matanya, Lona sudah tak ada di sampingnya.
Kanaya memeluk Lona erat. Lona pun membalas pelukan itu tak kalah erat. Namun, Lona dapat merasakan tubuh Kanaya yang terasa panas. "Kanay, kamu sakit?" tanya Lona khawatir.
Kanaya menggeleng. "Enggak kok, Bunda. Naya cuma kurang istirahat aja," jawab Kanaya beralasan.
"Jangan bohong, kamu panas banget ini." Lona menyentuh dahi Kanaya menggunakan punggung tangannya.
"Naya nggak apa-apa, Bunda..." Kanaya berusaha meyakinkan Lona.
"Nggak apa-apa gimana? Sekarang kamu pulang, minum obat terus jangan lupa istirahat!" perintah Lona.
"Tapi Naya mau temenin bunda aja," bantah Kanaya tak mau pulang.
"Pulang, Kanay! Kesehatan kamu lebih penting daripada bunda," seru Lona dengan penuh penekanan.
"Tapi-"
"Pulang, Kanaya!" tekan Lona sekali lagi, dan kali ini Kanaya tak ada nyali untuk membantah. Alhasil, gadis itu meraih tas sekolahnya dan berniat untuk pulang.
"Terus nanti yang jagain bunda siapa?" tanya Kanaya dengan harapan Lona akan membiarkannya untuk tinggal sebentar saja.
"Nggak usah pikirin itu, bunda bukan anak kecil, yang harusnya kamu pikirin itu kesehatan kamu!"
"Ck, yaudah Naya pulang," pasrah Kanaya lalu keluar dari ruangan Lona walaupun dengan rasa berat hati.
Kanaya berjalan keluar rumah sakit dan memutuskan untuk naik taxi. Gadis itu menunggu di pinggir jalan raya, namun sedari tadi ia tidak melihat satu taxi pun yang lewat.
"Butuh tumpangan?"
Kanaya sedikit tersentak, ia lalu menoleh ke samping. Dahinya mengerut samar ketika menangkap sosok yang tak asing baginya.
"Kai?" tebak Kanaya.
Kai terkekeh lalu mengangguk sebagai jawaban. "Ternyata lo masih ingat sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya
Fiksi Remaja[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] [Cover by pinterest] Kanaya kira, dia bisa menyentuh kebahagiaan. Kanaya kira, rasa sakit yang dia rasakan hanyalah sementara. Kanaya kira, kasih sayang yang ia dapatkan adalah nyata. Ternyata tidak. Sayangnya...