14. Merasa Bersalah

141 131 507
                                    

Arkan menghembuskan nafasnya panjang lalu berkata, "Bantu gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan menghembuskan nafasnya panjang lalu berkata, "Bantu gue."

Dua kata itu mampu membuat Gio dan Eja yang sedang asik bermain game di ponselnya saling melempar pandang.

"Bisa bayar berapa lo?" tanya Gio bercanda.

Arkan melirik Gio sebentar lalu berucap, "Nggak jadi."

"Buset, gue bercanda doang, Kan," ucap Gio diikuti kekehan kecil.

"Halah bilang aja lo serius, lo kan emang nggak pernah ikhlas kalau mau bantu orang," timpal Eja menyudutkan Gio.

"Suka banget lo mojokin orang," sinis Gio. Eja tersenyum namun tetap fokus pada layar ponselnya. "Ya, kalau orangnya lo sih gue suka."

"Jijik gue bangsat!"

"Bukan gitu anj-"

Arkan berdehem pelan berharap ia bisa menyadarkan kedua temannya itu. "Jadi kalian mau bantu gue apa nggak nih?" tanya Arkan serius.

Gio dan Eja sudah tak fokus pada ponsel mereka, melainkan beralih pada Arkan. "Oke, emangnya lo mau kita bantuin apa?" tanya Gio penasaran. Eja mengangguk tak kalah penasaran.

"Gue mau minta maaf sama Naya," sahut Arkan to the poin.

"Yaelah, Kan, nyali lo kecil banget masa mau minta maaf doang harus dibantuin?" ledek Gio tak percaya.

"Bukan gitu, lo denger dulu makanya."

Gio dan Eja hanya berdehem pelan lalu fokus mendengarkan ucapan Arkan selanjutnya. "Masalahnya, setiap kali gue mau minta maaf sama dia, pasti dia selalu ngehindar dari gue, menurut kalian kenapa?" lanjut Arkan bertanya.

"Eh goblok! Masih nanya lagi lo. Ya, karena dia marah lah, bayangin aja lo ngata-ngatain dia di depan banyak orang kalau gue jadi Naya juga pasti gue bakal marah." Gio dan Eja geleng-geleng kepala bisa-bisanya Arkan belum sadar juga dimana letak kesalahannya.

Arkan mendesis kesal. Ia jadi tambah merasa bersalah. Dia akui, dia memang sudah keterlaluan. Arkan memang selalu seperti itu, jika sedang marah dia akan melampiaskannya ke orang lain.

"Bener sih kata Gio dan menurut gue minta maaf aja nggak cukup," tambah Eja memberi tanggapan.

Arkan menghembuskan nafasnya pelan. "Jadi solusinya gimana?" tanya Arkan dan dia sangat berharap bahwa kedua temannya itu dapat memberikannya solusi yang tepat.

Gio dan Eja langsung membelakangi Arkan. Mereka terlihat sedang berdiskusi. Arkan memutar bola matanya malas, mengapa dia harus mempunyai teman yang lebay seperti ini.

Gio dan Eja akhirnya selesai berdiskusi. "Ada dua pilihan, pertama lo minta maaf langsung sama dia atau yang kedua serahin aja ke kita," ujar Eja sembari tersenyum penuh arti begitu juga dengan Gio.

Arkan bergidik melihat senyum kedua temannya itu yang terlihat sangat mencurigakan. "Kalau gue nggak pilih keduanya?" tanya Arkan.

"Mati aja lo!" umpat Gio kesal.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang