49. The start of the problem

1.8K 139 3
                                    

Sekarang Zora lagi di luar kelas sama beberapa murid yang lain, Krystal sama Una juga ada. Dari tadi mereka terus bolak-balik dari ruang guru ke gudang sekolah. Yang tadi Una bilang Bu Yani nanyain Zora, dia kira dicariin kenapa. Nggak taunya disuruh bantuin angkat barang-barang lama yang ada di ruang guru itu.

Awal pas Zora disuruh dia kira itu hukuman gara-gara dia bolos, ternyata cuma dimintain tolong.

Beberapa murid yang lain lagi pada sibuk ngangkutin barang-barangnya. Soalnya banyak yang harus dibawa ke gudang, kalau Zora sendirian selesainya bakalan lama. Selain berat, itu juga banyak.

Zora lagi di ruang guru, merhatiin buku-buku bekas di depannya. Dia lagi mikir ini dibawa langsung semua apa sedikit-sedikit.

Bukunya udah diikat gitu, jadi satu ikat ada lima buku. Dan sekarang di depan dia tinggal tiga ikat terakhir.

Akhirnya Zora milih buat bawa dua ikat buku langsung, karena setiap buku lumayan tebel. Bu Yani manggil Zora.

"Zora, nggak kebanyakan bawa segitu?" tanya Bu Yani.

"Gapapa, Bu, nggak terlalu berat, kok," kata Zora sambil senyum ramah.

"Kalau berat suruh yang lain bantuin bawa, ya?"

"Iya, Bu." Zora ngangguk trus keluar ruang guru.

Zora ngelewatin koridor yang lumayan ramai, karena udah mau bel pulang, banyak anak murid yang di luar kelas jadi bikin dia susah lewat. Mending gampang disuruh minggir, tapi ini harus uji kesabaran dulu.

Waktu di lorong deket tangga, ada beberapa anak yang nutupin jalan dia. Zora decak sebel, dalem hati ngedumel ngapain itu anak ngobrol di tengah jalan.

"Permisi," kata Zora.

Zora ngerutin dahi waktu dia nggak digubris. Malah mereka bercandanya makin berisik.

"Misi dong!" Mulai emosi.

Buku yang dia kira nggak bakal berat tapi makin lama makin kerasa beratnya. Sekarang aja tangan dia pegel banget, pakai segala bilang kalau nggak terlalu berat. Padahal betis udah geter-geter.

"WOI MISI DONG, BERAT NIH!!" teriak Zora.

Anak-anak yang ada di depannya tutup telinga. Mereka natap Zora bingung, "Santai dong, Ra," kata salah satu anak cowok yang di situ.

Zora rolling eyes, "Tadi gue suruh minggir pelan-pelan pada nggak denger, sekarang giliran digas malah nyuruh nyantai," kata Zora trus lanjut jalan.

Baru juga beberapa langkah, tapi tiba-tiba,

Brakk!

Roboh semua lur bukunya, Zora juga ikut duduk di lantai. Zora merem berusaha nggak teriakin orang yang barusan nabrak dia.

"Ya Allah cobaan apaan lagi ini?"

Zora narik napas panjang trus dongak ngeliat orang di depannya. Dilihat dari kakinya, sih, itu cowok.

"Lah Zora? Sorry, sorry," kata si orang itu sambil ketawa-ketawa trus jongkok nyamain tingginya sama Zora.

"Lo tuh!" sewot Zora pas orang di depannya udah jongkok.

"Iya tau, maaf," kata Aksa trus pungutin buku-buku yang keluar dari ikatannya. Sementara Zora nyoba buat bersihin roknya. Dia bantuin Aksa buat ngumpulin buku-buku itu.

Sebenernya nggak sepenuhnya salah Aksa, Zora juga salah karena waktu jalan dia lagi ngomong sama orang yang di belakangnya tadi.

Buku-bukunya udah diikat lagi, "Ini mau dibawa ke mana?" tanya Aksa.

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang