11. Tentang Rei

6.3K 301 5
                                    

Kita udah sampai di rumah setengah jam yang lalu. Dan karena memang kita lagi nggak ada kegiatan apapun, jadi sekarang gue sama Rei lagi nonton TV. Beberapa kali gue ngelirik dia, dan dia nonton TV aja datar banget. Ngeliat adegan uwu nggak ada reaksi apa-apa. Beda sama gue yang kalau ada adegan romantis suka salting sendiri.

"Lama anjir!" heboh gue waktu di film itu ada adegan kissing. Tapi kayak sengaja dilamain, bikin gue greget. Mungkin kalau gue ada di sana udah gue pepetin muka mereka.

"NAH!! NEMPEL JUGA! IHHH COCOK BANGET GILA!!" Gue heboh, mukul-mukul sofa saking senengnya ngeliat scene itu. Btw ini kita lagi nonton drama korea, jadi wajar aja kalau ada adegan kayak gitu.

Gue ngelirik Rei, dia lagi buang muka. Nggak mau ngeliat adegan itu. Ekspresi wajahnya lucu bagi gue. Dia ngerutin dahi kayak risih gitu, dan gue ngeliatnya cuma senyum sendiri.

Dan tiba-tiba gue keinget sama yang tadi pagi. Tadi pagi dia sempet tersinggung (?) sama gue. Sekarang gue mikir apa moodnya masih sama atau udah membaik. Dari tadi selama di jalan pulang, bahkan kita udah sampai rumah dan duduk sebelahan gini pun dia masih belum ajak gue ngomong. Kalau diliat dari mukanya, sih, emang nggak ada bedanya dari biasanya. Masih datar, nggak ada ekspresi.

Sebenernya gue mau minta penjelasan sama dia, kenapa dia tiba-tiba begitu. Tapi kan gue juga lagi ngambek sama dia. Ya gue nggak mau lah kalau ngajak dia ngomong duluan. Tapi gue keinget kata Rizky, kalau gue begini juga masalah nggak akan beres.

Gue hela napas, "Re,"

"Hmm?" Rei noleh karena gue belum juga ngasih jawaban.

"Nggak jadi."

Rei ngerutin dahi, bingung. "Kenapa?"

"Katanya lo sensitif kalau ditanya soal pacar, bener?" tanya gue.

"Kata siapa?"

"Rizky," jawab gue.

"Dia ngomong apa sampe bilang begitu?" Dari nadanya udah nggak enak nih.

"Gue ngerasa tadi pagi waktu gue singgung soal pacar, lo kayak langsung berubah. Makanya gue tanya Rizky, dan dia jawab itu."

"Rizky cerita apa aja tentang gue?" tanya Rei.

Gue geleng, "Cuma itu. Dia nggak mau ngasih tau alasannya karena takut salah, jadi dia minta biar gue aja yang tanya langsung ke lo," kata gue.

Rei nggak jawab, dia malah natap gue doang pake tatapan yang agak sinis bagi gue.

"Gue nggak bermaksud mau tau tentang hidup lo, tapi gue rasa ini berhubungan sama yang tadi pagi," kata gue. "Tapi kalau lo nggak mau cerita ya gapapa, nggak masalah," lanjut gue.

"Mau gue ceritain?" tanya Rei.

"Kalau lo nggak keberatan," jawab gue. Karena gue sendiri juga nggak bisa maksa dia buat cerita tentang dia.

"Gue nggak mau ada pengulangan, jadi dengerin," kata Rei.

Gue ngangguk, trus pasang kuping buat simak cerita dia.

"Dulu waktu kelas sepuluh, awal-awal masuk sekolah, gue sama Aksa suka satu cewek yang sama, namanya Gina. Bisa dibilang kita berdua nggak pernah akur kalau ada apa-apa yang berhubungan sama Gina. Bahkan gue sama Aksa pernah jadiin Gina bahan taruhan. Yang menang boleh dapetin Gina dan yang kalah harus jauhin Gina. Tapi itu semua nggak berjalan karena Gina terus-terusan berusaha biar gue sama Aksa jadi temen."

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang