48. Semangat

2.2K 144 8
                                    

Setelah beberapa hari dari pas kejadian itu, Zora mulai jaga-jaga kalau lagi minum obat. Dia pikir selama ini dia udah ngelakuin yang terbaik, tapi masih belum. Dia masih ketauan sama Rei. Dan untungnya di kejadian itu, Rei nggak curiga lagi.

Dan sekarang, mereka lagi di sekolah. Rei lagi ada latihan, kayak biasanya. Zora duduk di kursi di pinggir lapangan buat nonton Rei. Sebenernya di kelas ada guru, tadi dia izin buat ke kamar mandi. Tapi malah belok ke arah lapangan basket dan ngeliatin Rei lagi latihan.

Hari turnamen udah semakin deket, Rei sama yang jadi lebih semangat nyambut hari H.

Di lapangan itu, nggak cuma ada Zora sebagai penonton. Tapi banyak murid-murid dari kelas lain yang juga ikut nonton. Pandangan Zora nggak jauh dari Rei, sesekali dia natap Aksa dan beberapa kali juga pandangan mereka ketemu. Tapi Zora cuma senyum singkat trus alihin pandangan. Zora nggak mau kelihatan kalau dia lagi menghindar dari Aksa. Biar Aksa juga nggak curiga.

Dan selama latihan, Rei sama Aksa sama sekali nggak ada interaksi. Zora sadar itu. Tapi Rei sama Aksa nggak mau ngelibatin masalah pribadi ke turnamen ini. Mereka mau bersikap biasa aja, tapi emang tetep nggak ada omongan.

Gara-gara ngelamun, waktu Kak Rangga niup peluit, Zora kehentak karena kaget. Dia liat lapangan, semuanya bubar dari lapangan dan milih buat duduk. Zora bisa ngeliat kalau Rei lagi ngobrol bareng yang lain, tapi habis itu mereka natap ke arah dia. Zora jadi ngerasa kalau barusan mereka ngomongin dia.

Rei naro handuk kecil di lehernya, trus nggak lama dia nyamperin Zora sambil minum. Zora geleng kepala, karena dia nggak suka kalau Rei minum sambil di posisi jalan begitu. Waktu di deket Zora, dia marahin Rei. "Minum nggak boleh sambil jalan," kata Zora. Emang nggak terkesan nyolot, tapi Rei tau kalau Zora marah.

Rei senyum doang, trus langsung duduk di kursi samping Zora. Rei atur napasnya sambil sandaran di kursi.

Zora ngelirik Rei dari samping, dia tau kalau Rei lagi capek makanya dia cuma diem aja. Rambut Rei lepek, karena keringet. Zora nggak heran kalau sampai segitunya karena selama latihan semuanya pada serius.

Tiba-tiba Rei ubah posisi jadi tiduran, kepalanya di paha Zora. Zora langsung melotot karena Rei yang keringetan, rok dia jadi basah. Zora udah nyuruh Rei buat bangun, tapi nggak digubris sama sekali.

"Bangun, Re!"

"Gak."

"Lo keringetan, tau!!" Tanpa sadar Zora pakai panggilan lo gue. Memang nggak jarang kalau Zora suka lupa, apalagi kalau lagi marah.

Rei natap Zora di posisi yang sama. Zora tau kalau Rei marah karena dia ngomong 'Lo'. "Ngomongnya."

"Makanya bangun."

"Sebentar, aku capek," kata Rei sambil pejamin matanya. Keberadaan mereka sekarang jadi pusat perhatian. Banyak yang udah tau kalau Rei sama Zora memang ada hubungan, tapi ada beberapa yang nggak percaya.

Zora risih kalau jadi pusat perhatian, tapi Rei nggak bisa diajak kompromi. Tapi lama-kelamaan Zora mulai biasa aja sama Rei yang tiduran di pahanya. Masalah rok yang basah gara-gara keringet Rei, dia nggak pikirin lagi.

Rei nyisir rambutnya ke belakang, bikin jidat dia kelihatan. Zora lihat sekitar, dia nggak mau kalau aset dia di lihat sama cewek lain. Walaupun cuma jidat Rei, itu juga aset penting dia.

Zora narik handuk yang ada di leher Rei, bikin Rei ngeringis karena sakit.

"Sshhh.. sakit, Ra!" Rei ngelus lehernya.

Handuk yang Zora ambil sama dia ditaro di jidat Rei, buat nutupin dari pandangan wanita-wanita lain.

Rei ngerutin dahi karena bingung, "Kenapa?"

"Sengaja. Ini tuh aset gue, semua bagian tubuh lo cuma bisa dilihat sama gue. Dan gue nggak rela kalau ada yang ngeliat aset gue, walaupun cuma jidat lo ini," kata Zora. Sengaja ngebesarin volume bicaranya, supaya orang yang ada di sekitarnya bisa denger.

Rei senyum. Siapa yang nggak salting kalau pasangannya bilang begitu? Rei jilat bibirnya, trus dia natap Zora. "Minjem HP," kata Rei.

"Buat apa?" tanya Zora.

"Aku mau main game," jawab Rei.

Zora ngambil HPnya trus dia kasih ke Rei. "HP kamu ke mana emang?" tanya Zora.

"Ada di tas," jawab Rei.

Rei pinjem HP cuma buat main game. Cukup sering Rei numpang nge-game di HP Zora, bahkan game itu yang download dia sendiri. Zora nggak tau apa-apa, tiba-tiba di HPnya udah ada game. Cooking Mama.

Rei nggak mau download di HPnya karena dia nggak mau diledekin temennya punya mainan kayak gitu.

"Astaga, Zora!" Tiba-tiba ada yang teriak manggil nama Zora. Nggak cuma Zora doang yang nengok, Rei sama beberapa orang yang nggak jauh dari dia juga ikut nengok ke sumber suara.

Pas Zora nengok, yang dia lihat si Una natap pakai muka ibu-ibu komplek alias muka galak. Zora ngerutin dahi bingung kenapa temennya tiba-tiba begitu.

"Pantes nggak balik-balik, taunya lagi di sini. Bu Yani nanyain lo, tuh," kata Una.

Zora langsung sadar. Dia natap jam tangannya, ini udah lebih dari setengah jam dia keluar kelas dengan alasan ke kamar mandi. Sekarang dia harus bilang apa ke Bu Yani?

Rei langsung duduk trus natap Zora. Zora cuma nepuk jidat karena dia beneran lupa. Bu Yani mikir apa, ya, anak muridnya izin keluar kelas bilangnya ke kamar mandi tapi malah lama banget begini.

Rei yang notabenenya anak pinter, jadi kalau Zora bolos atau males belajar aja sama dia langsung diocehin. Karena kalau Zora nggak ngerti sama materi, Rei yang Zora korbanin buat ajarin atau nemenin dia belajar sampai tugasnya selesai.

Mungkin itu yang bikin Rei natap Zora, "Kamu bolos?" tanya Rei.

"Lupa, bukan bolos," jawab Zora.

Rei natap Una, "Jadi dari tadi di kelas ada guru?" tanya Rei.

Una ngangguk, "Lo yang dari tadi sama dia masa nggak tau," kata Una.

"Gue kira free class, makanya dia santai aja duduk di sini," Rei natap Zora dari atas sampai bawah pakai tatapan datar. "Heh, siapa suruh bolos?" tanya Rei.

Kalau kayak gini Zora jadi kayak anak yang lagi diomelin emak bapak pas ketauan bolos. "Kan, aku bilang lupa. Lagian juga tadi kamu tiduran di paha aku, kan, aku jadi makin lupa," jawab Zora nyalahin Rei balik.

Prinsip Zora gini, mau sesalah apapun dia, tetep dia bakal nyalahin lawan bicaranya. Dan itu harus, dia harus bener. Karena cewek selalu bener. Dan kalau emang dia beneran yang salah atau lawan bicaranya sama-sama cewek, balik lagi ke pernyataan sebelumnya.

"Alesan, yaudah sana masuk," kata Rei.

"Iya, iya." Zora berdiri trus natap Una yang lagi nahan ketawa. Di tengah jalan, Zora berhenti karena Rei manggil dia.

"Ra,"

Zora balik badan, trus natap Rei, "Hm?"

"Nggak semangatin aku?" tanya Rei.

Zora diem sebentar, trus dia senyum. Dia letakin dua tangannya di samping mulutnya, "SEMANGAT, SAYANG!!"

Niat cuma semangatin Rei, tapi yang kena semangat malah satu lapangan.





















***

Bersambung...

Buat yang nanya kapan Rei tau, tungguin aja. Aku juga bingung kapan Rei tau penyakit Zora wkwk.

Tapi pasti nanti bakalan tau koo, just wait (◍•ᴗ•◍)❤

Intinya vote n komen, ga mau tau aku pemaksa loh orang nyaʘ‿ʘ

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang