60. Turnamen

1.6K 167 25
                                    

Hari ini adalah hari di mana Rei dan timnya bawa nama sekolah buat turnamen. Rei seneng karena dia bisa nginjak lapangan itu sekarang. Dan dia jadi inget, kalau ini semua karena Zora. Kalau Zora nggak bilang ke Ayah, mungkin sekarang dia masih ada di Semarang.

Lagi-lagi Zora yang di pikirannya. Rei udah berusaha ngelupain tentang Zora. Tapi dia juga frustasi karena kebanyakan apa yang dia lakuin itu ada sangkut pautnya sama Zora. Kayak sekarang, berkat Zora dia bisa ikut turnamen.

Dan dulu dia juga berharap di saat hari ini tiba, ada Zora yang teriakin namanya dari kursi penonton buat semangatin dia. Tapi nyatanya? Semua kebalikan.

Dia lagi siap-siap di satu ruangan sama timnya. Masih ada waktu buat mereka istirahat sebentar sebelum mulai turnamen.

Rizky, Leon, dan yang lain lagi pada ngobrol. Mereka semua terang-terangan nunjukin kalau mereka semangat banget buat bawa piala sekaligus nama baik sekolah kali ini.

Rizky ngeliat Rei yang lagi main HP di ujung sana. Rei milih nggak ikut kumpul bareng temannya di saat pikiran dia lagi kacau begini. Di sisi lain, ada Aksa yang juga lagi sibuk main HP. Kak Rangga nanya ke Rizky sama Leon sebenernya ada apa, tapi mereka nggak bisa jawab. Mereka juga khawatir kalau ini semua bakalan ngaruh sama pertandingan nanti.

Sebenernya bagi mereka semua nggak masalah kalau kalah. Tapi nggak ada salahnya berharap bisa menang, kan? Apalagi ini turnamen terakhir angkatan mereka. Mereka mau bawa nama baik sekolah buat terakhir kalinya sebelum lulus.

Galih teriak, waktu panggilan video sama Haikal tersambung. Haikal beneran nggak bisa ikut turnamen karena dia masih sakit, jadi dia cuma bisa di rumah sambil semangatin mereka dari jauh.

"Kalau kita menang, lo traktir kita. Tapi kalau kita, amit-amit, kalah, lo juga yang traktir kita. Gimana?" tanya Raka.

"Ngapain lo kasih opsi kalau begitu?!" Haikal teriak kesel. Yang lain ketawa, ledekin Haikal karena nggak bisa ikut turnamen kali ini.

Aksa natap keseruan temen-temennya. Di saat kayak gini seharusnya dia gabung sama mereka. Bukan milih buat menyendiri begini.

Aksa hela napas. Lagi-lagi perkataan Xavier yang dia pikirin. Waktu dia berantem sama Rei di lapangan, Xavier narik dia ke belakang sekolah. Di sana Xavier jelasin hubungan Zora sama Rei itu apa.

Aksa bingung kenapa Xavier ngomongin hal kayak gini. Dia jelas nggak percaya. Niat Xavier cuma mau setelah ini nggak ada salah paham lagi di antara Zora, Rei, dan Aksa. Xavier ngerasa ini semua terjadi karena Aksa belum tau apa-apa.

Xavier jelasin kalau hubungan Rei sama Zora bukan sekedar pacaran kayak rumor yang ada di sekolah. Tapi mereka udah menikah.

Aksa sempet kesel, karena omongan Xavier nggak masuk akal. Tapi Xavier berusaha jelasin dengan detail supaya Aksa bisa percaya. Xavier ngasih bukti kalau hubungan Rei sama Zora itu udah menikah, dan Aksa nggak bisa nyangkal.

Apa yang dibilang Xavier bener. Zora sama Rei udah menikah.

Aksa marah. Sempet nggak terima kenyataan. Kenapa harus begini lagi? Ini udah kesekian kalinya dia gagal dalam percintaan. Bukan cuma ini dia bersaing sama Rei buat dapetin cewek yang dia suka. Tapi selalu Rei yang menang.

Kebahagiaan nggak pernah berpihak sama Aksa.

Kak Rangga masuk ke ruangan. Nyuruh yang lain siap-siap. Kak Rangga juga minta tolong ke Aksa sama Rei supaya kali ini fokus, jangan mikirin hal lain.

"Ini turnamen terakhir angkatan kalian, kan?" tanya Kak Rangga setelah semuanya kumpul. "Mau menang gak?"

Yang lain teriak semangat. Rei senyum sekilas ngeliat yang lain semangat banget. Kak Rangga natap Rei, nepuk bahu Rei tiga kali.

"Harus sportif!"

***

Selama turnamen Rei belum juga dapat fokus, dari tadi yang dia pikirin cuma rumah tangga dia sama Zora. Apa bener dia bakalan pisah? Apa dia salah ambil keputusan ini? Itu yang dia pikirin.

Rasa nyesel? Ada. Karena dengan gampangnya dia ngambil keputusan kayak gitu. Apalagi secara sepihak. Tapi dia ngerasa ini emang yang terbaik.

Dia juga telat sadar kalau selama ini Zora cuma dapat kesedihan selama menikah. Mulut kasarnya, sifat cueknya, emosinya, sifat keras kepalanya. Udah pasti itu nyakitin Zora. Dengan bodohnya dia nggak sadar selama ini.

Tapi sebentar lagi semua selesai. Dengan gini Zora nggak sakit hati lagi. Harusnya dia lega, kan?

Kak Rangga ngusap wajahnya kasar, setelah ngeliat bola yang dipegang Rei direbut lawan dengan gampangnya. Yang lain hela napas, yang Rei lakuin cuma ngelamun. Nggak ada semangat. Bikin poin mereka ketinggalan jauh sama lawan.

"REI!! FOKUS! JANGAN BANYAK NGELAMUN!" teriak Kak Rangga dari pinggir lapangan.

Rei noleh ke Kak Rangga, trus dia nyariin bolanya. Rizky nepuk bahu Rei, tatapannya kecewa. "Tolong fokus, Rei. Ini buat yang lain juga," kata Rizky.

Bunyi peluit. Ronde kedua selesai. Yang lain natap Rei bingung. Darren natap poin mereka jauh dibawah lawan, dia natap ke arah Aksa. Aksa sadar sama tatapan Darren, dia cuma nepuk bahu Darren habis itu pergi ke pinggir lapangan.

Leon deketin Rei, "Tuh Zora nonton, lo nggak malu kalau kalah?"

Rei yang denger kalau Zora nonton dia langsung natap ke kursi penonton. Tapi di bagian sekolahan dia, cuma sebagian murid dari sekolah mereka yang jadi supporter. Nggak ada Zora di sana.

Karena Rei natap kursi penonton, yang lebih banyak diisi murid perempuan. Cewek-cewek yang nonton langsung pada teriak, kepedean. Dikiranya Rei ngeliatin mereka. Alhasil satu studio ramai sambil nyebut nama Rei. Semangatin Rei supaya fokus sama pertandingan.

Rei natap Leon, "Mana Zora?" tanya Rei.

Leon angkat sebelah alisnya, "Di rumah, lah, lagi meratapi nasib. Mana mau dia nonton lo yang lemot begini? Keburu males," kata Leon.

Bener, dia juga ngapain berharap. Begonya dia percaya aja sama mulut Leon. Zora nggak mungkin nonton dia sekarang.

Waktu istirahat, Rei langsung masuk ke ruangan sebelumnya buat istirahat.

Kak Rangga nasehatin Rei, biar lebih fokus. "Kalau babak kali ini poin tim kita masih jauh," Kak Rangga geleng kepala, nggak ngelanjutin omongannya. Yang lain udah ngerti maksud Kak Rangga apa. Mereka semua ngangguk paham.

Pertandingan dimulai lagi. Mereka semua udah siap di lapangan.

Rei natap wajah-wajah lawannya. Mereka semua senyum sinis, ngeremehin tim dia yang nggak ada hasil. Rei kepalin tangannya, kalau bukan di saat turnamen begini, Rei udah mukulin wajah mereka satu-satu.

Bunyi peluit, Rei ambil posisi. Agresif. Rei sama sekali nggak ngasih peluang buat lawannya. Rei lebih bernyawa sekarang. Kali ini Rei beneran nunjukin kalau dia itu kapten.

Ronde ke ronde, Rei terus-terusan nyetak poin. Yang tadinya poin tim mereka ketinggalan jauh, sekarang tim mereka yang unggul.

"Bangsat," Salah satu lawannya ngumpat karena bola direbut sama Rei. Rei oper bolanya ke Leon, habis itu dia natap si lawan. Rei senyum sinis.

Suara penonton kedengeran, waktu nama sekolah mereka disebut sebagai pemenang. Rei dan timnya berhasil bawa piala sekaligus nama baik sekolah.









































***

Bersambung...

Lagi seneng gais makanya up cepet

Komenan kalian mood banget trus kALIAN TAU?!! MIXTAPE ANAK NYASAR OT8 OYYY ADA HAJE ISHH😭😭

Badewey ngakak bgt knpa kalian jadi emosian ama rei😭 tiap baca komen rei diomelin mulu. rei rl gaterima ni asal kelen tau😭

C uuu next chap

Babayy❤️

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang