53. Menghindar

2K 167 9
                                    

Zora ngurung dirinya di kamar mandi. Udah sekitar tiga puluh menit tapi Zora nggak ada niat buat keluar dari sana. Beberapa bagian tubuhnya masih kerasa sakit. Apalagi pergelangan tangannya, yang selalu dicengkeram sama Rei. Bibirnya bengkak, ada sobekan kecil yang masih kerasa perih. Kepalanya pusing gara-gara nangis nggak berhenti.

Dari semenjak Zora pergi dari kamar tadi, nggak ada Rei yang nyusul dia. Dari tadi nggak ada suara Rei yang manggil nama dia.

Zora inget Xavier. Di sekolah tadi dia janji kalau dia nggak bakal kenapa-napa. Tapi justru dia nggak nepatin janji, sekarang rasa sakitnya lebih daripada tadi. Zora nggak tau harus nunjukin wajah kayak apa nanti kalau ketemu orang-orang. Sekarang penampilan dia udah nggak kondusif.

Zora matiin keran air, dia jalan perlahan ke arah cermin. Natap dirinya sendiri. Zora ambil handuk buat dia bungkus badannya. Dia keluar kamar mandi, dingin. Tapi rasa dinginnya seakan bukan apa-apa bagi dia.

Zora jalan ke arah lemari. Kekunci. Zora hela napas karena baru sadar kalau ini bukan kamar dia. Sekarang dia nggak ada baju lain selain seragamnya. Baju dia yang sebelumnya udah basah akibat dia pakai waktu mandi tadi.

Zora natap seragamnya. Dia nggak mau kalau harus ngambil baju di kamarnya, dan bakal ketemu Rei nanti. Nggak ada jalan lain selain harus pakai seragam sekolahnya lagi. Sekarang yang harus dia lakuin, keluar rumah tanpa bikin orang curiga sama keadaan dia. Zora jalan ke arah tas, seinget dia waktu tadi pagi berangkat sekolah dia pakai jaket.

Habis pakai seragam, Zora pakai jaket hitamnya. Zora ke arah laci, trus dia buka. Zora hela napas panjang, "Thank God," katanya setelah nemu satu kotak masker di laci.

Sekarang dia nggak ada tujuan ke mana. Yang dia mau, dia keluar dari rumah ini dan nggak ketemu Rei. Yang penting dia pergi dulu dari sini, soal tujuan dia bisa pikirin nanti.

Zora pakai tas sekolahnya, dia udah siap kayak mau berangkat sekolah. Zora pakai masker, trus ngambil topi yang ada di atas kasur dan dia pakai. Selesai pakai sepatu, Zora natap ke arah pintu. Dia bingung, cara biar nggak ketemu Rei itu gimana. Trus dia liat ke arah balkon, nggak mungkin dia loncat lewat balkon.

Zora gigit bibir bawahnya, trus narik napas. Zora buka pintu itu pelan-pelan. Waktu ngelewatin pintu kamarnya, rasanya kebayang-bayang sama kejadian tadi.

Zora turun tangga, sejauh ini belum ada Rei yang manggil nama dia. Sampai di bawah juga Zora nggak ngeliat Rei. Zora bersyukur dan ngira kalau Rei ada di kamar.

Setelah dapat notif dari HP kalau ojolnya udah sampai di depan, Zora langsung buka pintu rumah buru-buru. Begitu di depan, Zora berhenti. Natap Rei yang lagi ngobrol sama seseorang, dan kayaknya itu ojolnya dia.

"Atas nama Zora?" tanya Rei ke ojolnya.

Sadar sama kehadirannya, Rei noleh ke arah Zora. Trus dia naikin satu alisnya. Rei natap Abang ojolnya, "Sebentar, ya, Pak."

Rei nyamperin Zora, di tangannya ada satu kantong plastik yang isinya obat-obatan. Dia natap Zora dari atas sampai bawah. Sedangkan Zora cuma nunduk, nggak mau natap wajah Rei yang dia benci.

"Mau ke mana?" tanya Rei.

Zora nggak jawab, dia jalan ngelewatin Rei yang masih nunggu jawaban dia. Rei megang tangan Zora trus langsung ditarik sama pemilik tangan. Zora natap tangannya yang barusan dipegang Rei. Detak jantungnya berdebar, rasanya takut. Takut kejadian tadi keulang lagi.

Di posisi nunduk, Zora mundur beberapa langkah. Rei khawatir karena Zora jalan mundur. "Awas—" Rei narik tangan Zora sebelum Zora nabrak kursi.

"Gue tanya mau ke mana?" tanya Rei lagi.

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang