44. Baby

3.3K 201 14
                                    

Sore ini, sepulang sekolah, Zora sama Rei nggak langsung pulang ke rumah mereka. Tapi mereka mampir ke rumah Ayah Bunda. Karena udah dari kemarin Bunda minta mereka buat datang. Bunda juga mau ngeliat Rei, karena setelah pulang dari Semarang, Rei belum ketemu sama Bunda. Jadi mereka sempetin biar sekarang ke rumah Ayah Bunda. Bahkan mereka nggak ada niatan buat ganti baju dulu. Sebenernya juga ini permintaan Rei supaya langsung aja, karena kalau pulang dulu takut keburu hujan, soalnya langit udah mendung.

Seperti biasa, Zora selalu berakhir cemberut kalau habis dibonceng sama Rei. Karena Rei selalu ngebut, apalagi tadi buru-buru karena takut keburu hujan, jadi Rei tambah ngebut. Bikin rambut Zora sedikit berantakan, karena dia nggak pakai helm. Nggak kayak Rei yang selalu pakai helm.

Sadar sama wajah Zora, Rei nahan tawa. Sebenernya nggak terlalu berantakan, tapi emang bocahnya yang paling sensitif kalau soal rambut.

Ngeliat Rei kayak nahan tawa waktu ngeliat dia, Zora makin kesulut emosi. "Apa?!" Zora melototin Rei.

Rei yang masih cengengesan langsung nyamperin Zora, masih dengan senyum andalannya yang bisa meluluhkan hati para wanita.g Rei angkat tangannya buat benerin rambut Zora.

Zora sama sekali nggak ngasih respon, masih marah. "Iya, maaf. Buru-buru, kan, tadi," kata Rei.

Zora ngasih senyuman, karena dia nggak tahan ngeliat wajah Rei sedeket itu. Akhirnya Rei gandeng tangan Zora, trus jalan ke arah pintu.

Di samping dia berdiri sekarang, dia ngeliat ada satu kantong plastik beserta antek-anteknya di atas meja. Rei nggak tau itu apa, yang jelas itu kayak makanan hewan.

Waktu pintu kebuka, pandangan mereka langsung tertuju ke Ayah yang lagi duduk sendirian di sofa. Tapi waktu jarak mereka semakin deket, Rei sama Zora sadar kalau Ayah nggak sendirian. Ayah lagi momong anak barunya di pangkuannya. Bahkan Ayah nggak sadar kalau anaknya udah sampai.

Rei masang wajah bingung, karena setau dia ayahnya paling anti kalau soal anabul. "Ayah?" panggil Rei.

Ayah yang lagi asik main sama anaknya langsung noleh, ternyata anak aslinya yang manggil. Ayah benerin kacamatanya, Ayah letakin kucingnya di sofa. Sambil nyengir, Ayah berdiri trus nyapa mereka. "Lho, udah datang? Kok Ayah nggak tau?" tanya Ayah.

Rei sama Zora salim ke Ayah, "Sejak kapan Ayah suka kucing?" tanya Rei. Zora udah beda arah sama Rei, dia udah asik main sama kucingnya Ayah.

"Sejak tadi. Buat nemenin Ayah kalau di rumah, lumayan jadi ada temen mainnya," kata Ayah.

Padahal sebelumnya Ayah pernah bilang begini "Ayah nggak mau kalau ada anabul di rumah. Ayah nggak suka bulunya, rontok." Tapi sekarang justru kelihatan seneng banget. Karena juga Ayah milih pelihara kucing emang buat nemenin dia kalau di rumah. Jadi rutinitasnya nggak cuma sarungan sama singlet, minum kopi di teras sambil baca koran. Kalau ada kucing, Ayah punya kesibukan baru.

Rei geleng kepala, nggak heran kalau di luar tadi ada beberapa perlengkapan hewan. Dan ternyata itu buat kucing.

"Bunda?" tanya Rei.

"Di dapur," kata Ayah, nyamperin Zora yang lagi ngelus bulu abu-abu si kucing.

"Siapa namanya, Yah?" tanya Zora.

"Ayah kasih nama Leo. Katanya dia lahir di bintang aries, tapi Ayah mau namain Aries kayaknya terlalu cewek, ya? Karena dia juga cowok, jadi Ayah kasih nama Leo," kata Ayah.

Zora ngangguk-ngangguk.

Di dapur, Rei liat bundanya lagi masak. Diem-diem tanpa ngeluarin suara, Rei jalan ke arah Bunda yang nggak sadar sama sekali kalau ada dia. Waktu tepat di belakang Bunda, Rei senyum trus langsung meluk bundanya dari belakang.

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang