69. Pesan Xavier untuk Zora

2K 191 30
                                    

Setelah memastikan suasana udah mulai tenang, nggak ada suara teriakan Zora lagi, Rei mulai berani ambil keputusan. Walaupun di dalam hatinya lebih besar rasa ragu daripada rasa yakin, tapi Rei nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain ini.

Rei mandang wajah Zora, udah lima belas menit dari kejadian tadi, Bunda masih belum nunjukin kedatangannya. Padahal di saat kayak gini, Rei butuh Bunda.

Rei cium punggung tangan Zora, dia beneran nggak ngira kalau Zora bakalan ngelakuin hal senekat tadi. Sementara Zora cuma diem, di hatinya makin tertanam rasa nggak enak. Semakin lama Rei nunjukin rasa ragunya, semakin buruk pikiran Zora.

Rei hela napas berat, dia berdiri jalan ke arah sofa di mana dia naro tasnya di sana. Rei ngambil laptopnya dan satu benda kecil yang mungkin bikin tatapan Zora sekarang jadi bingung.

Rei duduk di tempat semula, tangannya mulai buka laptop dan masang flashdisk itu. Setelah layar laptop nyala, Rei mulai ketik sesuatu.

"Aku minta tolong, jangan gegabah kayak tadi. Bisa bahaya kalau kamu ngelakuin itu lagi, Ra," kata Rei setelah letakin laptopnya di atas paha Zora.

Zora natap Rei sejenak, ada perasaan ganjil di hatinya. Rasanya gelisah, rasa penasarannya tadi seketika berubah jadi rasa nggak mau tau. Tatapan Rei melunak, senyum. Dia udah siap apapun yang bakal terjadi nanti.

"Nyalain," kata Rei.

Zora natap layar laptop, ada satu video di sana. Dia mulai mutar video itu.

"Hai cantik, udah sehat?"

Tatapannya berubah, ada raut wajah kaget waktu ngeliat seseorang di video itu. Zora tutup mulutnya waktu ngeliat bibir pucat itu berusaha nampilin senyumannya.

Xavier. Wajahnya pucat, bukan kayak Xavier yang biasanya.

"Gue yakin lo nggak bakal setuju sama keputusan gue. Tapi lo harus percaya kalau gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo seperti adik gue sendiri." Senyumannya hilang, wajah Xavier nunjukin rasa kecewa.

"Gue nyesel, Ra, karena malam itu gue nggak langsung anterin lo pulang, maaf gue nggak hati-hati. Lo mau, kan, maafin gue? Lo tau gak? Hati gue sakit waktu tau kalau lo punya kelainan jantung dan sembunyiin itu semua. Leci, lo itu adik gue, lo lebih berharga dari apapun. Udah pasti gue khawatir. Gue selalu berharap bisa jadi rumah lo, tempat buat lo cerita apapun."

Ada jeda di ucapan Xavier, dia ngasih senyuman hambar. "Tapi kayaknya situasinya beda, dan maaf gue nggak bisa terus ada di samping lo sesuai janji gue malam itu, tapi sekarang gue ada di lo, Ra. Kalau lo udah lihat ini, berarti gue udah nggak ada kan, ya?"

Xavier nampilin deretan giginya. Manis. Walaupun bibirnya pucat, tapi nggak bisa sembunyiin senyuman manis khas Xavier. Dan siapapun yang lihat video itu, semua orang tau kalau Xavier lagi sembunyiin tangis di balik senyumannya.

Rei noleh waktu ada tetesan air di tangannya yang lagi genggam tangan Zora. Dia dongak, natap Zora yang udah mulai terisak. Rei eratin genggamannya guna ngasih kekuatan buat Zora.

"Lo tau gak? Waktu gue buat keputusan ini, Krystal ngamuk. Gue jadi inget lo, gue mikir kalau misalkan lo ada saat itu, lo juga nggak kalah ngamuk kayak Krystal."

Ada bayangan tentang dua adiknya yang nangis di hadapan dia. Berusaha buat nolak keputusan kakaknya ini. Xavier senyum tipis, pikirannya cuma tertuju sama Zora dan Krystal.

Xavier ngasih jeda, dia berusaha atur nada bicaranya yang mulai bergetar karena nahan tangis.

"Tapi akhirnya Krystal izinin gue."

Zora kangen semua dari Xavier, suaranya, tingkahnya, senyumannya. Senyuman yang Zora kangenin selama ini, senyuman yang Zora tunggu selama seminggu ini datang nemuin dia.

[I] 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang