🧙♀️
Ini sudah dua hari semenjak Jacob berdiri di kota suci bernama Gardenia ini. Aneh memang jika dipikir-pikir kenapa Ellena—gadis itu mau membantunya.
Padahal sudah jelas, dia hanya seorang penjahat dalam kehidupan sahabatnya.
Tapi dia pikir dirinya beruntung. Di sini, saudara dan ibunya hidup lebih baik, bahkan mereka terlihat bahagia dengan memilih berkebun di belakang kerajaan.
Berbeda kalau hidup bersama ayahnya.
Lewat jendela kamarnya, lelaki itu menatap salju yang turun perlahan-lahan, melewatkan beberapa jam hanya untuk memandanginya dalam suasana dingin yang mendera.
"Dia beruntung dicintai oleh pria seperti mu. Tapi kau juga harus berpikir Tuan Jacob, Putri Syailendra mungkin lebih mencintai kekasihnya. Kalau kau terus melanjutkan, ini justru hanya akan menyakiti."
Di belakangnya, suara lembut Vanilla terdengar di telinganya. Mau tak mau pria itu menoleh ke belakang, menatap Vanilla tengah menaruh secangkir minuman hangat di meja kamarnya.
"Tapi tidak ada salahnya bukan untuk berjuang?" tanya Jacob, menarik atensi Vanilla untuk menatapnya balik seraya berjalan mendekatinya.
"Hm, kau benar. Namun Pangeran ... terkadang kau harus tahu, mana hal yang dapat kau perjuangkan dan mana hal yang tidak dapat kau perjuangkan. Bagaimana bisa kau memperjuangkan sesuatu yang tidak mau diperjuangkan? Itu hanya sekedar membuat mu lelah saja," jelas Vanilla sembari menatap keluar jendela bersamanya.
"Melupakannya itu berat, Putri. Asal kau tahu."
"Aku tahu, Pangeran. Karena itu, sebelum beban beratnya semakin bertambah, lupakan dan jalani hidupmu dengan baik. Waktu akan terus berjalan, jangan sampai kau menyesal." Vanilla menggulirkan matanya untuk menatap Jacob, membawa pemuda itu untuk menatap manik indahnya secara lekat.
"Kau mungkin tidak pernah merasakannya," kata Jacob lantas tersenyum miring. "Mengucapkannya mungkin terasa mudah, tapi melakukannya bukan perkara yang sulit namun sangat sulit, Vanilla."
"Sayangnya, mungkin aku lebih memahami soal ini dibandingkan mu, Jacob. Aku pernah berada di posisi mu bahkan rasanya lebih menyakitkan, karena dia tidak pernah menganggap ku, bahkan tidak pernah ingat padaku. Dan sekarang aku lebih memilih melupakannya dan mencintai seseorang yang lain, yang bisa mencintai ku balik. Karena cinta butuh keseimbangan, tidak cukup hanya berasal dari satu pihak saja, Jacob."
"Hah, mungkin kau ada benarnya .... Melupakannya adalah cara terbaik," kata Jacob mengalah, sontak menutup matanya perlahan sembari memijat kepalanya.
"Kalau begitu aku keluar. Dan, jangan lupa, bahwa kau masih mempunyai hutang budi kepadanya. Kau bergantung hidup dari Kristal nya." Gadis berambut pirang itu perlahan mengundurkan diri, namun ketika tubuhnya tepat di depan pintu suara Jacob lantas kembali menarik perhatiannya.
"Apa yang harus ku lakukan untuk membantunya? Apa kau dan keluarga kerajaan mu akan membantu mereka? Jika iya, ijinkan aku untuk mengikutinya."
Sayangnya Vanilla menggeleng sembari tersenyum miris. "Tidak ada. Semuanya sudah terlambat. Biarkan takdirnya berjalan sesuai apa yang akan didapatnya."
Jacob terperangah sembari berpikir keras. "M-maksudmu? Takdirnya ...?"
"Kekuatan Ayahmu terlalu berat, Jacob. Karena dia memakai kekuatan jenis terlarang. Dan kalaupun kita mencoba untuk menyerangnya hanya akan sia-sia. Belum lagi ... Bulan Seribu itu, kita tidak bisa mencegahnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/229723184-288-k365504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Crystal | Lee Taeyong
FantasyThey said, this Crystal is a disaster. * * * Syailen tidak pernah mengira bahwa kehidupannya akan menjadi rumit seperti ini. Hati Kristal, tahta, percintaan, pembalasan dendam, persahabatan, dan segala...